Bab 11 - Amarah

9 0 0
                                    

Satu-satunya yang Rifki rasakan adalah, marah. Tentu saja.

Dia pikir Riski adalah konsultan yang tepat untuk membantu kedekatan hubungannya dengan Elita, tapi kenapa, kenapa cowok itu malah diam-diam menikungnya di belakang?

Jadi selama ini, kebaikan Riski untuk membantunya itu apa? Apa selama ini dia hanya pura-pura agar bisa mendekati Elita, merebutnya dan memilikinya seutuhnya.

Sama seperti dulu?

"Brengsek lo Ki"umpat Rifki marah, dia mungkin sudah sangat marah saat ini, tapi ketika dia teringat dengan sikap Elita yang sangat manis beberapa hari yang lalu membuat amarahnya sedikit meredam.

Apakah foto-foto itu hanya keisengan belaka? Tapi kenapa Riski menamai Elita sebagai sweetheart? Dan, kenapa chat mereka sangat romantis baginya?

Kepala Rifki seperti buntu, dia benar-benar tak dapat melakukan apapun saat ini juga.

"Gue nggak tau apa maksud lo Ki, yang jelas gue nggak akan ngebiarin lo buat merebut Elita dari gue"

*

"Kamu kenapa sih sayang? Kok kayak nggak semangat gitu"kata Lusiana cemas, meskipun Elita sudah dirias secantik mungkin, namun anaknya itu nampak sangat tak bersemangat.
"Kamu sakit?"

"Enggak kok mah"jawab Elita. Dia meremas ujung gaunnya yang terasa kasar di tangannya.

Sialnya, setelah beberapa hari menolak berbicara dengan Riski, Elita tiba-tiba terkejut saat menyadari bahwa hari ini adalah hari pertunangannya dengan Rifki, hari dimana dia akan bertukar cincin dengan cowok cupu itu. Dan Elita nggak mau, tentu saja.

"Beneran?"tanya Lusiana, "kalo kamu sakit entar mamah bilang sama mamahnya Rifki kalo kamu sakit"

"Nggak usah mah, Elita pengin cepet-cepet dateng ke acara pertunangannya"

Acara pertunangannya digelar di rooftop salah satu hotel bintang lima. Ada pesta kecil-kecilan yang dihadiri oleh beberapa rekan penting kedua belah pihak.

Begitu sampai di sana, Elita dan kedua orang tuanya langsung pergi ke rooftop. Elita tampak sangat cantik malam itu dengan balutan gaun berwarna navy selutut, rambutnya ia biarkan tergerai dengan kepangan kecil berbentuk bando.

Sebastian dan Hans langsung sibuk dengan rekan-rekan mereka begitu mereka tiba di rooftop. Lusiana memperkenalkan Elita pada semua rekan mereka, yang langsung setuju bahwa Elita adalah gadis muda yang cantik. Dan tampak kurang bersemangat.

Di acara itu, tentu saja Riski juga ikut hadir. Dia menatap Elita dari kejauhan sembari menikmati segelas anggur yang ia ambil dari salah satu pelayan yang lewat. Penampilan Elita malam ini membuatnya sedikit melayang. Dan sangat terkesima.

"Sayangnya gue bukan siapa-siapanya"gumam Riski pelan.

Beberapa saat kemudian, setelah acara basa-basi yang sangat lama, akhirnya tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu, yaitu saat dimana Rifki dan Elita saling bertukar cincin. Riski bergabung bersama yang lain, memperhatikan acara dengan murung.

Sementara Elita menolak menatap wajahnya.

Di sisi lain, Rifki juga tak tampak bahagia. Dia hanya berharap bahwa acara kali ini akan berjalan lancar sampai akhir, jika ada apa-apa maka yang berhak disalahkan adalah Riski.

Kenapa?

Karena semua ini memang salahnya, kan?

Tangan Rifki terulur, bersiap meraih tangan Elita untuk memakaikannya sebuah cincin emas putih cantik berlapis Ruby. Tapi, sebelum tangan itu meraihnya, Elita sudah melangkah mundur duluan menjauhi Rifki, yang seketika langsung tercekat dengan tingkahnya.

As IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang