Bab 8 - Bumerang

12 1 0
                                    


Merokok adalah salah satu kebiasaan para cowok bengal di sekolah manapun. Namun meskipun begitu, nyatanya Riski tak merokok setiap hari kok. Dia memang suka merokok, namun dia hanya merokok jika merasa bahwa otaknya hampir jebol karena kebanyakan pikiran.

Paling-paling, kebiasaan buruk Riski untuk mengisi waktu luang adalah bermain poker dan balapan. Jangan salah, saat kedua orang tua Riski tak memberikannya uang karena ulah Riski, biasanya Riski akan ikut bermain poker bersama teman-temannya dengan bermodalkan uang yang masih ia punya.

Kan lumayan, Riski juga mahir kok main poker.

Dan saat ini, setelah bolos pelajaran selama empat jam bersama Andoni dan antek-anteknya yang lain, Riski memilih untuk duduk di warung lain yang terletak di gang-gang sempit di dalam kompleks perumahan. Pihak sekolah sudah mengetahui markas mereka di Warung Bu Kamil sehingga Riski dan yang lain tak bisa pergi ke tempat itu lagi jika mereka ingin membolos, bisa-bisa mereka ditangkap dan dijebloskan ke dalam kamar mandi yang bau.

Selama empat jam pelajaran itu, mereka hanya duduk-duduk santai, ada yang bermain ponsel, makan gorengan sampe bejibun-jibun, main kartu, atau bahkan merokok.

Untuk yang terakhir, Riski sudah melakukannya sebanyak lima kali dalam pagi ini. Terkadang sembari merokok, dia menyelinginya dengan bermain Mobile Legend dan Helix Jump.

Saat bosan, dia ikut menonton video delapan belas tahun ke atas bersama  teman-temannya.

Tapi meskipun begitu, tak ada yang benar-benar menghibur perasaan Riski pagi itu. Entah kenapa kepalanya kembali melayang pada kejadian malam tadi, dimana dia meluapkan segala isi hatinya pada Elita Kenward, cewek yang sebenarnya telah ia bohongi.

Saat pertama kali menawarkan kerja sama, Riski memang sama sekali tak berniat untuk membantu Elita, malah sebenarnya dia berencana agar Elita mau bertunangan dengan Rifki.

Entah bagaimana, memikirkan hal itu membuat Riski merasa jahat. Setidaknya Elita sudah mau mendengar segala keluh kesah masalahnya, tapi dengan sikap Riski yang diam-diam ingin membantu Rifki membuatnya merasa tak adil pada Elita.

Jelas-jelas cewek itu tak menyukai Rifki, tapi dengan rencana goblok yang Riski buat, Riski terus memaksakan rencananya hingga saat ini.

Hingga sesuatu yang aneh menghinggapinya.

Entahlah, Riski hanya merasa bahwa dirinya adalah seorang yang sangat brengsek. Berani menipu wanita demi egonya semata. Jika dipikir lagi, emang alasan Riski memang tak masuk akal, dia melakukan ini semua demi mendapatkan perhatian kedua orang tuanya. Demi kasih sayang yang sudah lama tak menghampirinya.

Childhis. Bodoh. Dan tak masuk akal.

Riski tak menyangka akan menjadi sebodoh itu hanya karena alasan yang tak mungkin ia raih. Benar-benar bodoh.

Sekarang, meskipun masih ada sedikit harapan atas apa yang ia inginkan dari rencananya, Riski sudah memutuskan untuk mengakhirinya. Masa bodoh dengan kasih sayang yang ia harapkan, sekarang dia berpikir bagaimana caranya mengakhiri semua ini.

Riski hanya tak ingin Rifki dan Elita sama-sama terluka karena rencananya. Jika Elita tau dengan maksud Riski yang sebenarnya, pasti dia akan sakit hati dan dapat membatalkan pertunangan dengan tiba-tiba, dan pada akhirnya Rifki akan merasa sakit lagi karena penolakan kedua.

Sekarang karena semuanya sudah terlanjur terjadi, hanya ada satu cara agar semua ini bisa berakhir dengan baik, Riski hanya perlu membuat Elita benar-benar mencintai Rifki, menerimanya dengan sepenuh hati.

Drtdrt.

Getaran ponselnya di atas meja membuat lamunan Riski buyar. Cowok itu menoleh, memungut ponselnya selnya dengan malas.

As IfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang