"Terus mau lo apa?"
"Kalo gue bilang jauhin Revan, iya Lo jauhin dia." Bentak Gilang.
"Enggak!"
"Jauhi Revan!"
Gilang pergi meninggalkan Laura yang masih bingung dengan tingkah Gilang yang melarangnya untuk dekat dengan Revan.
"Lo nyuruh gue jauhin Revan tapi lo..." Laura menghentikan omongannya saat terlintas di otaknya ada nama Moza dan Citra.
Gilang sedari tadi menunggu Laura keluar kelas namun Laura masih belum mau beranjak dari mejanya. Ia menatap Laura lalu mendekatinya. "Lo..." Tanya Gilang kaku.
"Apa?"
"Lo... Lo... Lo pulang sama siapa?"
Laura melirik Gilang sekilas, "Revan!" Jawab Laura singkat.
Gilang menarik lengan Laura hingga wajah Laura hampir saja mengenai dadanya. "Lo... Gue udah bilang jauhi Revan!"
Bukan hanya jantungnya yang sudah dangdutan namun semua tubuhnya sudah tak bisa bergerak lagi. Otaknya benar-benar sudah konslet.
"Gue tau Lo masih suka sama gue." Bisik Gilang ditelinga Laura.
Gilang menarik tangan Laura dan menuntun Laura untuk keluar kelas. Ia yakin cewek yang sedang berdiri di lorong sekolah sekarang sedang menatap kearah mereka berdua.
"Gilang!" Teriak Moza memanggil Gilang.
Gilang yang masih menarik tangan Laura terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan Moza yang memanggil namanya.
"Gilang lepas, sakit." Mohon Laura.
"Enggak, sebelum Lo mau jauhi Revan."
"Gue enggak mau, terus Lo mau apa?"
Tak ada jawaban dari Gilang, ia terus menarik tangannya Laura dan membawanya ke parkiran sekolah.
Gilang melepas tangannya Laura, ia mengambil helam yang yang taruh di atas jok motor dan memakaikan ke Laura. "Gue antar Lo pulang. Tidak ada penolakan."
Laura membulatkan mata lalu menatap Gilang. "Lo yakin?" tanyanya.
"Berisik, naik atau gue gendong?" ancam Gilang.
Dengan secepat kilat Laura berkata, "gendong." Ucap Laura dengan manja.
"Naik sendiri." Jawab Gilang singkat.
"Katanya mau gendong." Sebal Laura.
Detik berikutnya setelah Laura menaiki motornya Gilang, ia mengembangkan senyum saat ia sadar bahwa tadi Gilang tidak peduli pada Moza.
Gilang menyalakan motornya setelah mereka sudah siap.
"Gilang, gue boleh tanya?"
"Iya."
"Gue boleh peluk Lo?"
"Enggak!" Jawabnya singkat.
"Iya sudah," pasrah Laura. "Gilang, berapa orang yang pernah naik motor Lo?" Lanjutnya lagi.
"Maksud lo?"
Laura merasa geram karna ia tak mendapatkan jawaban langsung dari Gilang. "Maksudnya gue, berapa cewek yang pernah Lo bonceng pakai motor Lo?" Teriak Laura tepat di telinga Gilang.
"Tiga orang."
"Siapa?"
"Mama, adik gue dan Lo."
Laura merasa puas dengan jawaban Gilang, ia dengan tak tau malu memeluk Gilang tanpa sadar.
"Gue bahagia," gumamnya pelan.
Memang pas baget kalo merebahkan kepalanya di pundak lebarnya Gilang.
"Turun."
Baru saja Laura mau merasakan hangatnya pundak Gilang malah ia sekarang disuruh turun.
"Enggak mau."
"Turun, Oya."
"Isss..., Kenapa nih rumah dekat amat." Gumam Laura.
Gilang menarik tangan Laura lalu melepaskan helem yang di pakai Laura. Gilang menatap Laura, "jauhi Revan."
Laura langsung mengangguk mengerti.
"Kenapa?" tanya Laura sekali lagi.
belum sempat Laura mendengar jawaban dari Gilang, Gilang sudah keburu melaju dengan motornya.
"He he he, bilang aja kau cemburu." gerutu Laura dengan hati berbunga-bunga.
Hari ini sepertinya akan full oppa Nasar, goyang heboh sampai pagi sepertinya. "Papa, Oya pulang. Assalamualaikum."
"Oh iya lupa, Papa lagi tidur. Jangan berisik Laura....." bisikanya. "Tapi Laura ingin cerita Pa,"bisiknya lagi didepan pintu kamar Papa-nya.
"Ya udah kalo gitu, Papa tidur aja lagi."
"Pa, jangan nakal ya."
"He he he ...."
Senyum lebar tertarik lebar pada bibir nya.
Luvv Luvv bye bye gaess
Jangan lupa setiap jam 9 pagi atau jam 9 malam ....
UP sitiap hari ya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Gilaang (Update Setiap Hari)
Teen Fiction"Gue Laura menyatakan pada kalian semua bahwa mulai hari ini, gue tidak akan pernah jatuh cinta." Suara lantang Laura terdengar sampai pojokan kelas. "Jabat tangan gue," Cinta menjulurkan tangannya yang sudah ia ludahi terlebih dahulu. Laura yang b...