Ayu menatap sahabatnya dengan wajah mengkerut, bergidik ngeri dengan pemandangan yang ada di hadapannya saat ini. Sejak kemarin Laura tidak banyak bicara dan hanya uring-uringan dan lebih banyak duduk diam melamun."Lau..." Panggil Ayu, nada suaranya melirih.
Laura tidak menjawab ia sedang fokus ke arah papan tulis.
"Lo kenapa?" Tanya Ayu. "Dari kemarin Lo cuman diam tak banyak ngomong kayak biasanya. Apa Lo sakit?" Lanjut Ayu.
Laura menggeleng lemas.
"Kalo bukan sakit, lalu apa? Tanya Ayu lagi. Namun ia hanya mendapatkan gelengan dari Laura.
"Cuman lagi mikir."
"Mikir kok segitunya," sangah Ayu.
Laura hanya diam dan merebahkan kepalanya di atas meja. Lalu menutupnya dengan tasnya.
Ayu yang hanya diam melihat perubahan Laura hanya bisa menghela napas panjang.
"JUNAAA!!" terik Ayu pada Juna yang sedang mengobrol dengan Gilang.
Juna yang sedari tadi lagi asyik ngobrol, sontak kaget dan membalikkan badannya ke arah Ayu berdiri.
"Apa?" Jawab Juna acuh.
"Kemarin, Lo apain Laura?" Tanya Ayu tegas.
Juna yang merasa tidak berbuat apa-apa hanya diam memikirkan apa yang ia katakan kemarin. "Enggak ada," jawabnya.
"Kemarin, lo-kan yang terakhir ngomong sama dia."
"Mungkin," jawabnya singkat.
"Gue, enggak apa-apa, Ayu. Udahlah biarin. Gue cuman lagi pusing dikit," bohong Laura.
"Beneran?"
"Iya, demi apa gue baik-baik aja," ucap Laura lemas.
Gilang yang melihat kelakuan Laura merasa sedikit aneh. Tidak biasanya Laura seperti ini, pagi tadi juga ia telat masuk kelas dan yang lebih mengganggu pikiran Gilang adalah dia tidak cerewet seperti biasanya.
Matanya melirik ke arah Laura.
"Dasar cewek, baperan baget," celetuk Juna.
Pikiran Gilang selalu mengarah pada Laura. Gilang juga enggak tau kenapa tapi ada yang beda yang ia rasakan.
"Hei cutey... Laura ada?" tanya cowok bermata sendu. Yang sedang berdiri di dekat pintu.
Gilang mendongak setelah mendengar suara cowok yang mencari Laura.
"Ape lu?" Plotot Ayu.
"Judes amat. Segitu nya sih. Cutey, Laura mana?" Tanya Revan sambil ngedipin sebelah matanya pada Ayu.
"Najis!" Bergidik ngeri.
"Muahhhh." Goda Revan.
"Lo kesini ngapain sih?" Tanya Ayu sekali lagi.
"Laura mana?"
"Tuh," tunjuk Ayu bete. "Meriang pengen diserang dia." sambut Ayu pada Revan.
"Sakit apa?" tanyanya khawatir.
Revan melangkah menuju meja Laura.
"Lo sakit?" tanya Revan pada Laura.
Laura menggeleng lemah.
"Terus?"
"Lagi ngak mood aja."
"Claudia? Lo siapanya dia?"
"Claudia?"
"Iya, lo kenal dia?"
"Nggak! Pacar lo?"
"Bukan, tapi dia mirip baget sama lo."
"Kenal di mana?"
"Club."Laura menghela napas kasar, dia mencoba menahan sesak di dadanya. "Gue, duluan van."
"Katanya lo sakit."
"Nggak jadi."Tapi sayang kaki laura terlalu lemas untuk berdiri. Wajahnya terlihat pucat pasih, "Caludia, kenapa sih lo muncul!" gumamnya pelan, Laura kembali duduk dekat Revan.
Revan menghela napas, lalu mengelus kepala Laura pelan. "Lo, udah makan?"
Masih tidak ada Jawaban dari Laura. Revan yang tak menemukan jawaban dari Laura hanya bisa menghela napas panjang.
"Mau gue beliin makan?"
"Nggak usah, terimakasih" jawabnya pelan. "Lo kenal caludia sejak kapan?" sabungnya.
"Lo kenal dia?"
"Gue tanya, lo kenal dia sejak kapan?!" bentak Laura kasar.
"Minggu lalu, mungkin." jawabnya pelan.
"Jauhin dia!" lalu pergi meninggalkan Revan penuh tandatanya.
"Oke, tapi kasih gue satu alasan kenapa gue harus ngejauihin dia."
"Please Van, jauhin dia. Please!" ucap Laura pelan.
"Oke, oke." ucap Revan dengan helaan napas dalam.Gilang yang melihat semua itu hanya diam ditempat. Rasanaya ada yang beda dari semua kejadian ini. Ia pun tak tau apa yang beda itu.
Juna yang dari tadi memperhatikan apa yang di lakukan Revan ke Laura merasa Laura kesambet jin siluman.
"Juna!" Bentak Gilang pada Juna.
"What?!" jawab Juna kasar.Juna diam melihat Gilang pergi setelah membentak nya.
Gilang melempar kertas yang dari tadi ia remas ke sembarang tempat. Lalu pergi mendahului Revan yang mau pergi.
"Gilang!"
------
Terimakasih ya Allah sudah memberikan ide ini. Mungkin ini ide yang paling tidak baik. Namun Terimakasih banyak.
Terimakasih sudah baca dan tersesat disini.
Semoga Allah selalu memberikan kesehatan untuk kita semua.
Amin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Gilaang (Update Setiap Hari)
Fiksi Remaja"Gue Laura menyatakan pada kalian semua bahwa mulai hari ini, gue tidak akan pernah jatuh cinta." Suara lantang Laura terdengar sampai pojokan kelas. "Jabat tangan gue," Cinta menjulurkan tangannya yang sudah ia ludahi terlebih dahulu. Laura yang b...