Laura menatap Gilang yang baru turun dari motornya, dadanya sesak karena baru kali ini ia merasakan sakit sekaligus cemburu disaat yang bersamaan."Moza .... Moza, hanya itu yang bisa kepala Lo proses?" gumam Laura cemburu.
Jelas sekali pengelihatannya bahwa saat ini Gilang sedang membantu Moza untuk membuka helmnya. Jleb rasanya saat Laura melihat itu. Apalagi saat Gilang tersenyum manis ke arah Moza, dan disambut manis pula oleh Moza.
"Senyum itu, milik gue," ucapnya dalam hati.
Ayu melihat sahabatnya itu sudah sangat cemburu melihat bagaimana Gilang memperlakukan Moza, ia menepuk pundaknya Laura lalu berkata. "Sudah jangan dilihat terus, nanti bintitan," ucap Ayu menenangkan.
"Gue, cemburu, Ayu."
"Gue tau Lo cemburu, tapi masak kamu mau ngelabarak mereka."
"Lah, emang gue apaan, main gituan. Itu mah ibu zaman now main labarak. Lalu naburin duit ke muka si pelakor."
"Nah Lo tau. Yuk masuk," ajak Ayu.
"Tapi kalo gue jadi pelakornya Bu Dendy, gue udah karungin tuh duit," cerocos Laura.
"Dia tau kali mana pelakor mata duitan sama enggak."
"Emang bedanya apa?" tanya Laura bingung.
"Auuuu,"
Cinta yang sedari tadi menjadi pendengar setia mereka, hanya bengong mengangguk mengikuti alur cerita yang sebenarnya ia tak mengerti sama sekali. "Emang pelakor itu apa?" tanya Cinta.
"What?" Kaget Ayu dan Laura barengan.
Cinta terlonjak kaget karena kedua temannya teriak tepat di kedua telinganya.
"Kenapa?"
"Enggak, itu nama acara televisi," kilah Ayu, ia tak ingin memperpanjang pembahasan mereka tentang pelakor.
"Kenapa kita jadi bahas pelakor sih, tadi kan kita bahas Gilang sama Kak Moza. Sekarang mereka udah enggak ada." Sesal Laura.
"Enggak tau, Lo yang duluan." Bela Ayu tak mau disalahkan.
Tiga cewek cantik ini benar-benar anak orang mulai bersahabat dari awal mereka masuk sekolah, kini persahabatan mereka sudah terjalin satu tahun lebih dan semoga persahabatan mereka bisa langgeng terus sampai tua. Dengan langkah kaki yang pasti mereka pergi menuju kelas mereka yang ada di lantai dua.
Setelah sampai Laura langsung melihat ke arah pojok kelas, tapi sayang orang yang ia cari tak ada. Hatinya sakit tak karuan. Semalam Laura mencoba untuk mengirimkan Gilang pesan tapi tidak di balas oleh Gilang.
"Huftt!" hela Laura.
Ia memutuskan duduk di dekat jendela untuk menunggu Gilang masuk kelas.
Matanya terus tertuju keluar jendela namun sama sekali tak menemukan tanda-tanda Gilang mau masuk kelas. Gadis itu memutuskan untuk duduk di mejanya, ia berdiri namun terhenti ketika melihat Gilang berjalan menuju kelas mereka.
Laura berlari menuju pintu lalu menghadang Gilang, "gue cemburu!" ucap Laura langsung.
Gilang melihat Laura bingung.
"Cemburu?" tanya Gilang balik.
"Iya, gue cemburu. Lo tadi kelihatan romantis sama Kak Moza." Jelas Laura tak suka.
"Oh ...." Jawab Gilang acuh.
Laura bingung mau bereaksi seperti apa, ia benar-benar terkejut dengan sikap Gilang yang membuatnya bolak balik.
Baru kemarin dia merasakan diperhatikan oleh Gilang, tapi pagi ini Gilang sama sekali tak peduli sama sekali dengannya.
"Apa gue yang terlalu bodoh?"
-----------
Apa sebenarnya yang direncanakan oleh Gilang?
Apa dia benar-benar suka sama Laura?
Sungguh membingungkan. Sakit aku tuh nulis ini.
Huftttt
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Gilaang (Update Setiap Hari)
Teen Fiction"Gue Laura menyatakan pada kalian semua bahwa mulai hari ini, gue tidak akan pernah jatuh cinta." Suara lantang Laura terdengar sampai pojokan kelas. "Jabat tangan gue," Cinta menjulurkan tangannya yang sudah ia ludahi terlebih dahulu. Laura yang b...