1. Pindah

14.5K 1.1K 32
                                    

Lisa menelusuri setiap ruangan yang ada disana.

Ini sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun tak membuat semangatnya luntur.

Ia benar-benar senang karena Ibunya membeli rumah yang ditumbuhi beberapa pohon di sekitarnya.

"Bagaimana? Kau suka?" tanya Ibunya.

Lisa mengangguk.

Jujur saja rumahnya cukup besar untuk di tempati dua orang.

Ya, Ayahnya meninggal karena kecelakaan maka dari itu Ibunya memilih membeli rumah baru untuk memulai hidup baru.

"Pilihlah kamarmu. Mommy akan membereskan barang yang lain."

Lisa mengangguk dan berlari kecil menuju ruangan yang cukup dekat dengan dapur.

Ruangan yang memiliki jendela besar dan bisa melihat halaman belakang secara langsung.

Lisa membuka jendela itu dengan perlahan. Tanpa rasa takut sedikitpun ia mengedarkan pandangannya melihat halaman belakang dalam gelapnya malam.

"Mom! Aku memilih kamar ini." Teriaknya cukup nyaring.

•••••

Seminggu berlalu.

Tak ada kejadian aneh yang mereka rasakan. Semua aktivitas berjalan dengan lancar.

Lisa juga mengikuti home schooling jadi ia hanya dirumah sepanjang hari.

Ya, Lisa gadis 16 tahun yang lebih suka menyendiri maka dari itu ia lebih memilih home schooling.

Ia merenggangkan otot-ototnya dan membiarkan laptop nya itu terbuka di atas kasur.

Lisa turun dari kasur berniat mengambil minuman. Ia melirik jam dinding di lorong yang ia lewati.

Masih beberapa jam lagi hingga Ibunya pulang bekerja.

Ia bersenandung kecil menuju dapur hingga mendengar suara gaduh yang cukup nyaring membuat perhatiannya teralih.

Lisa menghentikan langkahnya lalu berjalan mundur dengan pelan tanpa menimbulkan suara.

Ia masih berada di lorong dengan banyaknya pintu-pintu yang tertutup.

Jantungnya berdegup kencang. Ia membalikkan badannya lalu mendekatkan tubuhnya pada pintu ruangan yang menjadi sumber kegaduhan itu.

Perlahan tapi pasti ia mulai memutar knop pintu dan mulai mengedarkan pandangannya dalam ruangan itu.

Berdebu, kotor, gelap.

Ya, itulah yang bisa Lisa gambarkan untuk ruangan itu.

Dan tak ada tanda-tanda adanya jejak kegaduhan disana membuat Lisa kembali menutup pintu itu.

Rasa hausnya langsung menghilang.

Ia menjadi parno karena itu.

Lisa tak mungkin salah dengar.

Ia langsung berlari cepat saat mendengar ponselnya berbunyi.

Lisa langsung meraih ponselnya yang berada tepat di sebelah laptop miliknya.

Ia langsung mengangkat panggilan telepon itu tanpa melihat nomor ataupun nama sang pemanggil terlebih dahulu.

"Hello?" ucapnya.

Tak ada jawaban.

Hanya terdengar suara deruan napas berat disebrang sana.

Lisa menjauhkan ponselnya dan melihat nomor itu. Tetapi ia sama sekali tak mengenal nomor itu.

"Hello? Who is this?" tanyanya lagi mencoba menepis rasa takut nya.

Jujur saja ia merasa bulu kuduknya berdiri saat ini.

Lisa memilih memutuskan panggilan telepon dan kembali berkutat pada laptop nya dengan harap bisa melupakan kejadian tadi.

Namun kini ponselnya kembali berbunyi dengan pesan yang masuk.

Dengan cepat ia langsung membaca pesan itu. Matanya reflek melebar, tubuhnya menegang.

Matamu bagus.
Bolehkah aku memakannya?








Tbc

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang