caroline.
saya suka terkadang memanggil olin dengan caroline, entah itu untuk menggoda dia atau sebagai panggilan sayang. hari ini adalah hari yang telah kami nantikan sejak lama (bagi saya sih, sejujurnya).
kami akan liburan berdua untuk pertama kali.
mungkin kalian bosan melihat nama kota ini, namun kami memutuskan untuk pergi ke batu - kota favorit brian dan asha. sebenarnya kami membuat list kota-kota yang ingin kami kunjungi. atas bisikan setan bernama brian, saya dan olin termakan mulut brian dan pergi ke batu. kamar yang kami sewa pun adalah tempat ia dan asha biasa menginap. mobil ini juga hasil pinjam dari setan tersebut.
"kalo gak sempet prepare, di laci mobil cari deh di dalem dompet hello kitty tuh ada. gas aja kalo moodnya mulai anu. gutlak, broh." brian menepuk bahu saya dengan ekspresi yang tidak dapat saya definisikan. saya juga tidak paham apa maksud brian.
hehe.
.
biasanya olin akan sangat amat cerewet mengomentari semua hal yang ia lihat, namun ia diam saja hari ini. ia juga mulai menggigiti kukunya, kebiasaan buruk olin saat ia nervous.
"lin."
"yaaa?"
"tumben diem?"
"hmm gapapa."
"aku puter lagu deh, mau lagu apa?"
"itu tuh yang enam hari baru rilis, when you love someone?"
"when you love someone ya, someone-nya siapa nih?" saya mencolek lengan olin yang ia balas dengan tinjuan ringan di lengan saya.
"ih pake nanya."
saya terkekeh dan meraih tangan olin, mengecupnya cepat sebelum lampu lalu lintas berubah hijau.
"jangan tegang, caroline."
"hehehe apa sih panggil-panggil caroline."
saya mencubit hidung olin.
"gemes."
.
"wira siapa dulu yang mandi?"
"bareng yuk lin."
olin melempar piyama yang ia pegang ke arah saya.
"mesum."
"hemat air, caroline."
hm. satu ide terbesit di pikiran saya. tak lama, saya mendorong olin menuju kamar mandi dan menutup pintunya.
"EH EH EH WIRA MAU NGAPAIN YA-"
"ngeliatin kamu."
"keluar gak."
"utututu judesnya pacarku. mana apa sih itu minyak yang kamu pake sebelum cuci muka?"
"cleansing oil? tuh. mau ngapain sih?" olin menunjuk satu pouch tempat ia menaruh segala hal yang saya tidak mengerti.
"ada deh." saya mengerling dan mengenakan bandana pita pink yang bahannya seperti handuk agar tidak mengenai rambut olin.
saya asal saja menekan 3 pump cleansing oil dan mengusapkannya di kedua telapak tangan sebelum membersihkan makeup olin.
"wir....."
"yaaaa? udah nurut aja."
"jangan keras-keras....."
"OH- maaf sayangku. lin, abis ini diapain?"
"ambih air dikit terus diusap ke muka sampe milky."
"terus?"
"ya dibilas."
olin menatap saya dan melipat tangannya setelah ia cuci muka dengan facial foam. pasti setelah ini saya disuruh keluar.
"wir, gak mau keluar?"
benar, kan.
"keluar apanya, lin?"
"kamu. keluar."
"belum diapa-apain masa keluar."
"ish. jorok."
saya memanyunkan bibir dan menunjuknya.
"cium dulu."
"hm."
"cium."
"apa itu cium? aku gak ta---"
i cut her remarks by giving her a big fat wet kiss on her lips.
"WIRA JOROOOOKKKK!"
.
"hello kitty? wira kamu kesambet apa...?
saya panik melihat olin memegang dompet hello kitty milik brian. lagian kenapa saya bawa juga ke kamar. mungkin khilaf.
"ih kok kotak? isinya rokok ya? kenapa hello kitty sih? aku gak papa sih kamu ngerokok tapi jangan sering-sering, kamu tuh belakangan ini sering crack kalo nyanyi, nafas gak nyampe, makanya kurangi- oh- isinya.... kok......"
shit.
celotehan olin otomatis berhenti saat ia membuka dompet itu.
"wira...... kok kondom......"
"BUKAN PUNYAKU."
saya cepat-cepat berkilah.
"a a a ah maksudku, kita udah pernah bicarain soal ini kan. jadi."
"jadi....?"
"jadi...... itu punya brian."
"hah? terus kenapa? kamu mau aku sama brian gitu?"
"ya...... engga..... AAAAAAAAAA"
saya tidak tahu kenapa saya baru saja teriak lalu berlari ke kasur dan tengkurap, membenamkan muka saya di bantal.
"brianbilangbawaajakaloakugasempetbelitapiakungajakliburanbukanbuatituajakoksuer."
olin memanggil saya dan mencolek lengan saya berkali-kali, namun saya tidak bergeming.
"wir"
"wira"
"krisna"
"priyambodo"
"ih yaudah aku nyetir sendiri aja ke surabaya. dadah krisna."
saya menahan lengan olin agar ia tidak pergi dan mengintip dari sela-sela bantal.
"hm udah paniknya?" goda olin.
saya mengangguk perlahan, masih menolak untuk meninggalkan bantal yang saya jadikan tameng.
"sini aku kasih hadiah karena udah gak panik. tapi jangan sembunyi gitu dong."
she kisses my lips once i lift my face from the pillow. unlike her who was all nervous in the car, she is getting braver and slips her tongue inside my parted lips. i pull her closer and flip our position so that she's beneath me. i plant kisses on her neck once, twice, thrice, and so on while chanting endless i love yous.
shy hands and timid touches. inexperienced hands trying to unbutton each other's clothes. my clumsy and failed attempt to unclasp. and we both laugh at our dumbness.
the hello kitty pouch remains untouched because neither of us dares to go further.
"let's stop here for now," she says, still panting in her half-unbuttoned blouse.
"alright. let's continue where we left when we're both ready," i reply.
"when we're both ready."
KAMU SEDANG MEMBACA
cuddly6
Fanfictionconsisting short stories (less than 1k words) of enam hari being soft and cuddly ; warning: - some include mature contents - extramarital sex (nothing too graphic) - cohabitation - use of alcohol feel free to skip this fic if you're not comfortable...