complicated 2

1.2K 123 9
                                    

Pada dasarnya, manusia memang makhluk yang egois. Mendengar apa yang ingin ia dengar. Melihat apa yang ingin ia lihat. Lalu kemudian, menyimpulkan sesuai yang mereka inginkan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sakura masih menatap kosong pemuda bersurai merah didepannya. Kejadiannya terlalu mendadak dan begitu cepat. Apa itu tadi sebuah 'ciuman'?

Tangannya dengan reflek menampar pipi mulus pemuda itu. Membuat orang yang menerima tamparannya itu mendelik kaget. Sama seperti Sakura yang tak menyangka dengan gerak reflek tubuhnya.

"Gaa..ra-kun..." bahkan ketika sakura hendak memanggil nama pemuda itu saja masih terdengar gagap.

"Maafkan aku sebelumnya, Sakura. Aku tak bermaksud kurang ajar padamu.." ucap Gaara mencoba menjelaskan.

"Ta-tapi.. Apa maksudnya tadi? Sebuah ciuman??" tanya Sakura yang masih memproses segala 'insiden' yang terjadi beberapa detik yang lalu.

"Ya, itu sebuah ciuman." ucap Gaara tenang.

"Ta-tapi.. untuk apa?" Raut kecewa turut menyertai pertanyaan yang Sakura ajukan.

"Saat istirahat, datanglah ke taman belakang sekolah. Aku akan menjelaskannya nanti."

"Saat ini, bel masuk akan segera berbunyi. Jadi, sampai nanti..." lanjut Gaara seraya mengusap kepala Sakura lembut. Membuat gadis gulali itu semakin bingung akan tingkahnya.

Seperti apa yang diucapkan Gaara. Bel berbunyi nyaring setelahnya. Menggema di seluruh penjuru sekolah. Menyadarkan Sakura serta Gaara untuk segera kembali ke kelas mereka masing-masing.

"Jaa ne.." pamit Gaara disertai senyuman manis.

"Jaa.." balas Sakura lirih.

.
.
.

***
.
.
.

Ini masih jam pelajaran pertama. Dan Sakura sudah berkali-kali menghembuskan nafas sebal karena merasa waktu berjalan begitu lambat. Membuat Ino yang berada disebelahnya menatap heran padanya.

"Anak ini sudah gila ternyata.." ucap gadis bersurai blonde itu lirih seraya menatap Sakura aneh.

"Aku bisa mendengarmu, Pig.." bisik Sakura seraya menatap malas kearah Ino.

"Oh, ku kira kau akan asik dengan pikiranmu sendiri. Seperti biasanya." balas Ino, kali ini atensinya ia arahkan kepapan tulis. Tak ingin membuat Tsunade-sensei yang terkenal killer itu mengusirnya dari kelas.

Sedangkan Sakura hanya memutar bola matanya, tak ingin menanggapi lebih. Sebab, sama seperti sahabat pig-nya itu, dia juga tak ingin diusir dari kelas Tsunade-sensei.

.
.
.

***
.
.
.

Dikelas sebelah, tepatnya kelas milik pemuda bersurai semerah darah. Sejak jam pelajaran dimulai, tak sedetikpun ia fokus memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh sensei didepan sana.

Otaknya selalu me-replay ulang reka adegan yang baru beberapa menit lalu terjadi.

Kejadiannya begitu cepat dan terasa manis. Semanis bibir Sakura si gadis gulali.

Oh, astaga.. Mengapa otaknya menjadi seperti pemuda mesum begini? Hanya karena ciuman singkat yang tak lebih dari lima detik saja mampu membuatnya menjadi semacam pemuda brengsek.

KALOPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang