Bahkan disetiap detik yang terlewat. Hatiku yang rapuh masih menginginkanmu.
Lagi. Dan lagi..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Menggema di seluruh penjuru sekolah. Pemandangan dimana semua murid berhamburan memenuhi koridor sekolahpun tak lagi asing di matanya.
Pemuda dengan aura secerah matahari itu masih setia menunggu di depan gerbang seraya memperhatikan satu persatu siswa-siswi yang keluar. Tak berpaling barang sedikit pun.
Ia khawatir sekali saja ia teledor, sosok dengan surai merah jambu akan berlalu tanpa ia tahu.
Naruto, nama pemuda yang masih setia menunggu di depan gerbang meski waktu sudah berlalu sejak lima belas menit dari pertama kali bel tanda pulang di bunyikan.
Matanya masih liar menilik satu persatu siswa yang bergegas pulang. Berharap Sakura menjadi salah satu bagian dari mereka. Tapi, tak ada.
Hingga matanya menyorot pada sosok tinggi yang tengah berjalan melewatinya.
"Hoy, Teme..." panggilnya seraya melambaikan tangan kanannya dengan heboh.
Pemuda yang merasa mendengar suara dari sosok yang sudah lama tak di temuinya kini refleks menengok.
Memperhatikan pemuda bersurai kuning cerah yang kini tengah memamerkan senyum bodohnya yang super lebar.
Naruto berjalan mendekat kearah pemuda yang di panggilnya. merangkul bahu lebar pemuda berkulit putih itu. Terlihat begitu akrab.
"Dobe? Apa yang kau lakukan disini?"
Pemuda berkulit putih itu mengernyitkan dahinya bingung. Ada urusan apa pemuda jabrik ini sampai berdiri seperti orang bodoh di depan sekolahnya.
"Aku sedang menunggu Sakura-chan pulang. Tapi dari tadi aku tak kunjung melihatnya. Ku kira ia akan pulang bersamamu. Bukankah biasanya kalian selalu pulang bersama?"
"Tidak, dia..." belum selesai Sasuke menjawab pertanyaan Naruto, sebuah suara nyaring lebih dulu terdengar memanggil nama pemuda jabrik di depannya.
"Ah, Sakura-chan... Kenapa kau begitu lama?" pemuda jabrik itu mengeluh seraya menghampiri gadis yang di panggilnya Sakura tadi.
Sedangkan Sakura hanya tertawa kecil menanggapi gerutuan Naruto yang malah terdengar menggelikan di telinganya. Mengabaikan wajah suram yang Naruto tunjukkan, Sakura bertanya
"apa yang kau lakukan di sekolahku?"
Mengabaikan sosok Sasuke yang masih memperhatikan mereka berdua, Sakura mulai menyeret Naruto untuk melangkah pulang.
"Tentu saja menjemputmu. Memang apalagi yang ku lakukan?" pemuda jabrik itu mulai mengoceh.
"Ya, ya, ya.. Kau tak mungkin mengemis di sekolahku karena itu dilarang." jawab Sakura seraya memutar matanya bosan.
"Eh, sepertinya kita melupakan sesuatu.." Naruto bergumam pelan.
"Woy, Teme.. Kau tak ikut pulang dengan kami?" teriak Naruto diseberang jalan.
"Hn.." sedangkan pemuda yang di panggil tadi hanya bergumam seraya berjalan menyusul mereka. Mengabaikan wajah mendung Sakura saat memandangnya.
Posisi saat ini, benar-benar terasa canggung. Dengan Sasuke berada di sebelah kiri Sakura dan Naruto di sebelah kanannya.
Ah, keliru.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA
Fanfictiona sasusaku fanfiction Lalu, apa kabar hati hari ini? Masihkah dengan rasa yang sama ataukah dengan luka yang sama. Seperti hari lalu. Ketika candu menjadi tabu. #2 sakuraharuno