Ada yang berubah.
Apakah waktu telah berhasil meniadakan kehangatanmu?
Atau aku yang tak sedingin dulu?.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sasuke membuka kelopak matanya perlahan. Sinar matahari yang mengintip dari balik tirai yang tak tertutup rapat berhasil mengganggu tidurnya yang nyenyak.Beberapa hari ini moodnya benar-benar hancur. Setelah kejadian malam itu, entah kenapa Sakura menjauhinya.
Beberapa kali gadis itu bahkan berangkat ke sekolah jauh lebih pagi, hanya karena tak ingin bertemu dengan dirinya. Sakura bahkan tak lagi menemuinya untuk mengajaknya makan siang bersama seperti biasanya.
Semua yang dilakukan gadis itu benar-benar membuatnya kelimpungan.
Sasuke memang beberapa kali mengeluh betapa merepotkannya ketika gadis itu berada di sekitarnya. Tapi ternyata jauh lebih merepotkan ketika Sakura tak ada bersamanya.
Maniknya yang segelap malam, beralih pada jendela kamarnya. Menyaksikan sinar matahari yang menyingsing semakin terik. Ia memutuskan untuk segera bersiap.
Pemuda itu mengambil handuk putihnya dan bergegas ke kamar mandi, namun langkahnya terhenti ketika kakinya tak sengaja menginjak sebuah benda yang tak asing di matanya.
Senyumnya merekah. Kali ini Sakura tak akan bisa menghindarinya lagi.
.
.
.***
.
.
.Langkah kaki Sasuke terasa ringan. Beberapa kali ia bahkan sempat menyematkan senyum ketika otaknya yang terkenal jenius itu mengingat benda apa yang saat ini berada di genggamannya.
Jam pelajaran pertama belum di bunyikan. Masih ada waktu untuknya menemui wanita dengan manik sedalam samudra. Tentu saja, Sakura bukan seorang gadis lagi.
Keningnya mengernyit, ketika melihat kerumunan siswa berdiri melingkar di depan kelas Sakura. Ada hal apa hingga murid-murid bisa seheboh ini?
"Kau lihat tadi, sepertinya Matsuri-san marah besar."
"Ya, aku juga melihatnya. Dia bahkan berani berucap kotor saat Gaara-san justru membela selingkuhannya."
"Kau benar. Haruno itu memang tidak tahu malu yah? Merebut tunangan orang."
Percakapan beberapa siswa yang berdiri di dekatnya membuat Sasuke naik pitam. Wajahnya bahkan sudah memerah hingga ke telinga.
Dengan langkah lebar, ia mencoba menerobos beberapa orang yang menghalangi jalannya.
Sejenak ia terpaku. Didepan sana, Sakura tengah jatuh terduduk dengan rambut yang sudah berantakan. Di pipi kanannya terdapat lebam. Dan lengan yang nampak terdapat bekas cakaran.
Sebenarnya gadis yang satunya pun tidak kalah mengenaskan. Hidupnya berdarah dan rambutnya yang pendek juga nampak sama berantakannya. Itu artinya, Sakura memberikan perlawanan yang seimbang.
Setelah tersadar dari lamunannya, ia memutuskan untuk melangkah mendekat. Menggapai wanitanya yang nampak sudah tak berdaya.
Tapi sekali lagi ia harus menghentikan langkah lebarnya, karena saat ini ada seorang pemuda dengan surai semerah darah yang bertingkah bak pahlawan.
Gaara melepas jas almamaternya dan memakaikannya di pundak Sakura. Mengabaikan teriakan tidak terima tunangannya dan juga pandangan tidak suka dari Sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALOPSIA
Fanfictiona sasusaku fanfiction Lalu, apa kabar hati hari ini? Masihkah dengan rasa yang sama ataukah dengan luka yang sama. Seperti hari lalu. Ketika candu menjadi tabu. #2 sakuraharuno