6

18 7 0
                                    

Roku ろく

The important things to do before you go travel
Six; Payung atau mantel.
Jangan terlena dengan matahari terik dan cuaca yang cerah, langit bisa berubah kapan saja, lho! Kamu tidak akan tahu kapan datangnya badai. Jadi, persiapkan payungmu lebih awal, ya!

"Ah! Aku juga punya ini," Okei meletakkan nampan berisi dessert yang sekilas tampak seperti panna cotta dengan kacang mente di dalamnya. Orang-orang yang sedang berkumpul di ruang tamu di rumah Okei terdiam menatap perempuan bertubuh mungil itu menata dessert yang baru saja diambilnya dari dapur. Mereka semua tau, Okei hanya berusaha mengalihkan perhatian untuk mencairkan suasana. "Scottish Cranachan, makanan pencuci mulut dari Skotlandia. Pada perayaan Hogmanay, biasanya kami menyajikan dessert ini." Karena tidak ada satupun yang menanggapi ucapannya, Okei kembali membuka suara. "Kata mertuaku, dessert ini bisa membuang sial."

Ochi, saudara kembarnya tersenyum tertarik mendengar ucapan Okei. "Wah, memangnya siapa di sini yang ingin membuang sial?" tanya perempuan itu pada semua orang yang ada di ruang tamu. Wanita itu sempat melirik ke arah Alessia ketika mengucapkan kata 'sial'. Ochi lalu melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap ayahnya yang sudah tiba beberapa jam yang lalu. "Come on, Otousan, aku hampir tiga puluh tahun, sudah saatnya aku mulai menata kehidupanku. Okei sudah menikah. Aku juga ingin."

Ayahnya, menatap Ochi dari ujung meja makan. "Tetapi bukan dengan suami orang, Ochi!"

Ochi terhenyak. Tersinggung dengan ucapan ayahnya. "No, i didn't do that." Ochi menatap Alessia yang hanya terdiam tidak tau harus berbuat apa. Ini rumah orang lain, dan rumah tangganya sedang dibicarakan di tempat ini. "Alessia dan Albi sudah akan bercerai. I mean, dia—" Ochi menunjuk Alessia dan melanjutkan, "Alessia tidak akan keberatan."

"Otousan tetap tidak setuju! Kamu bisa cari laki-laki lain, Ochi!"

"Otousan tidak mengerti, ada sesuatu—"

"SUDAH AKU BILANG TIDAK!"

"TETAPI AKU HAMIL!" teriak Ochi yang kehilangan kesabarannya. Membuat semua orang di ruangan itu semakin membisu. "Aku hamil anak Albi! Dua bulan! Kalian mau melihat aku hamil tanpa suami?!"

Alessia tersenyum miris. Bukan Ochi yang akan hamil tanpa suami. Karena setelah Alessia bercerai nanti, dirinya sendiri yang akan hamil tanpa suami.

Seharusnya Ochi tidak usah mengkhawatirkan anak di dalam kandungannya. Pada dasarnya perempuan itu sudah memenangkan hak atas diri Albi.

Plak

Tamparan Burushi membuat Millard yang tertidur di pangkuan Alessia terbangun dan berbisik menanyakan apa yang sedang terjadi.

"Ma? Ada apa? Kenapa ribut sekali?" tanya Millard.

Alessia berusaha menidurkan Millard kembali karena khawatir anaknya akan mendengar semua perbincangan ini. "Ssst... Millard tidur lagi aja ya kak, sebentar lagi kita pulang. Enggak ada apa-apa kok,"

"KAMU! SAYA SEKOLAHKAN KAMU JAUH-JAUH BUKAN UNTUK JADI ORANG YANG RUSAK SEPERTI INI!" Burushi menendang meja makan dan membuat semua orang terkesiap.

"Otousan! Ada anak kecil di sini," Ocean yang sejak tadi hanya diam dan menyaksikan pertengkaran antara kakaknya dan ayahnya, berdiri melerai dan menghampiri Alessia. "Biar gue bawa anak lo ke kamar tamu."

Alessia menggeleng dan berdiri. "Tidak perlu. Saya mau pulang dan kalian bisa melanjutkan ini setelahnya."

Ocean mendorong pelan tubuh Alessia sehingga perempuan itu kembali terduduk. "Lo masih diperlukan di sini." Ocean lalu menggendong Millard dan membawanya ke kamar tamu agar anak itu tak mendengar pembicaraan yang kelak akan merusak psikologisnya.

Alessia berdeham, mendukkan kepalanya sedikit sebelum memulai berbicara. "Maaf, bisa saya menyampaikan pendapat saya?" Ochi menutup mulutnya dan memperhatikan Alessia. Memberikan isyarat bahwa dirinya diperbolehkan untuk berbicara. "Saya mohon maaf untuk kelancangan saya, tetapi ini adalah masalah rumah tangga saya dengan Albi. Kalau kalian berkenan, tolong biarkan masalah ini hanya saya dan Albi yang akan menyelesaikannya."

Alessia menatap semua orang yang ada di sekitarnya. Ia pikir ini hanya ulang tahun anak kecil yang biasa dengan nyanyian selamat ulang tahun, tiup lilin, potong kue dan pembagian bingkisan lalu selesai dengan akhir yang manis. Namun siapa sangka orang yang sedang dihindarinya justru hadir di tengah-tengah acara dan membuat dirinya terlibat di dalam perbincangan keluarga orang lain. Bahkan topik utama yang mereka bahas adalah rumah tangganya sendiri.

"Saya juga meminta maaf kepada kamu, Alessia," Burushi menurunkan nada suaranya. Ia menatap Alessia dengan raut wajah yang penuh penyesalan. "Tetapi masalah rumah tangga kamu sudah melibatkan anak saya. Jadi saya sebagai orang tua tidak dapat berdiam diri." Burushi menatap tajam Albi yang hanya terdiam, membuang wajah ke arah pintu keluar. "Saya tetap tidak akan pernah mengizinkan anak saya menjadi orang ketiga didalam rumah tangga orang lain."

Ochi berseru dan memukul meja dengan tangannya. "Otousan!"

Sementara di sebelah ayahnya, ibunya—Ayumi, yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja disampaikan oleh anaknya, menggeleng mengingatkan Ochi untuk tetap diam dan tidak melawan ayahnya.

"Otousan sudah putuskan, kamu—" Burushi menunjuk Ochi. "Tidak akan pernah menikah dengan Albi sebelum Albi dan Alessia bercerai secara resmi." Emosi Ochi mereda mendengar ucapan ayahnya. Memang itu yang dia inginkan. Albi dan Alessia bercerai, lalu ia akan menikah dengan Albi Dion Yudanta. Namun emosi Ochi hanya mereda sesaat, ketika ia mendengar kalimat berikutnya yang keluar dari bibir sang ayah. "Namun Alessia hanya boleh bercerai, ketika dia sudah menemukan calon pendampingnya yang baru. Dan selama itu belum terjadi, Alessia dan Albi akan tetap menjalani kehidupan selayaknya suami istri."

🙠🙡🙢🙣

21.21


------------------
------------------
Otousan:  Sebutan ayah dalam bahasa Jepang.
Hogmanay: Festival khas asal skotlandia sebagai tradisi pergantian tahun baru.

Playa De AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang