11

15 6 2
                                    

Jyuu Ichi じゅうい

The important things to do before you go travel
Eleven; Dokumen penting, jangan sampai lupa!
Paspor, print out booking tiket pesawat atau kereta, serta print out booking hotel adalah sebagian dokumen penting yang kita bawa saat traveling. Jangan sampai ketinggalan.
Oleh sebab itu, cek kembali dokumen-dokumen kamu minimal sekali sebelum berangkat. Daripada sudah sampai bandara atau stasiun kereta dan malah menyesal kemudian karena kelupaan.
Kalau perlu, kumpulkan semua dokumen dalam satu tempat. Simpan di tempat yang mudah diingat dan dijangkau di dalam ransel.

Ocean membuka matanya secara perlahan. Kepalanya masih terasa berat dan pusing. Samar-samar ia melihat Alessia sedang mondar-mandir di dalam kamarnya, memindahkan barang-barang yang ia bawa dan merapikannya pada sudut-sudut rak yang ada di sana. Ocean menarik selimutnya kembali. Tak mempedulikan aktivitas yang sedang dilakukan oleh Alessia di kamarnya.

"Perlengkapan kamu sudah aku bawa semua ke sini." ujar Alessia yang sedang berdiri membelakangi Ocean. "Kamu mau sarapan di restoran resort atau sarapan di luar?"

Ocean hanya menggumam tak menjawab pertanyaan Alessia. "Egh..."

"Syuting hari ini akan dimulai jam 11 pagi. Aku tidak akan menerima keluhan kalau kamu lapar nanti."

Ocean tetap tak menjawab ucapan Alessia sehingga perempuan itu memutuskan untuk menyerah dan keluar dari kamar Ocean. Namun ketika tangan Alessia hendak  menggapai pintu kamar Ocean, laki-laki itu bangkit dari tidurnya dan menahan pergelangan tangan Alessia dengan cepat.

"Wait. Gue nggak biasa makan masakan bukan buatan rumah." keluhnya dengan suara yang serak. "Biasa makan masakan mama atau Okei."

Alessia mengernyit tak mengerti.

"Okei atau mama selalu ikut tiap gue pergi travelling." Ocean menggaruk rambutnya yang panjangnya melebihi daun telinganya. "This is the first time i travelled alone."

"Lalu aku harus belikan makanan di luar atau—"

Ocean berdeham menyela ucapan Alessia. "Lo nggak bisa masak gitu? Gue nggak bisa makan masakan bukan buatan rumah atau makanan yang dimasak tanpa gue lihat proses masaknya kayak gimana." Ocean melanjutkan, "Kemarin gue cuma makan bubur yang lo beli dan sereal. Nggak mungkin seminggu di sini dan gue cuma makan sereal."

"Masak? Untuk kamu?"

Ocean mengangguk-angguk cuek.

"Masak untuk kamu?" Alessia bertanya kembali. Masih tidak dapat mengerti pola pikiran laki-laki di hadapannya. "Begini... Sepertinya kamu salah paham. Tugasku hanyalah menyiapkan segala keperluan talent untuk syuting selama masa kontrak produksi. Tidak akan jadi masalah jika kamu memintaku untuk mengatur semua jadwalmu karena itu memang tugasku. Atau begini, jika kamu memintaku untuk membelikan sarapan sebelum syuting juga tidak akan menjadi masalah. Namun jika kamu sampai memintaku sejauh itu seperti memasak atau mencuci bajumu—Maaf. Aku bukan pembantumu."

"Oke..." Ocean membalik badannya dan mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Tak menunggu lama, jari-jarinya sibuk mengetikkan sesuatu di atas layar ponselnya. "Nggak masalah kalau lo nggak mau membantu," Ocean kembali membalik badannya menghadap Alessia dan menyeringai menatap perempuan itu. "...tapi gue rasa Albi dan Ochi bisa membantu." Laki-laki itu memperlihatkan layar ponselnya. Menampilkan pesan singkat yang ia kirimkan kepada Ochi untuk menyusul dirinya ke Morotai.

Ocean tersenyum puas melihat wajah pias Alessia. Walaupun tak beberapa lama kemudian perempuan itu kembali menetralkan ekspresi wajahnya.

"Cancel pesan kamu untuk dia. Kita pergi ke pasar sekarang." ucap Alessia sebelum berbalik pergi dan membuat Ocean tersenyum puas atas kemenangannya.

🙠🙡🙢🙣

"Memangnya kenapa dengan ikan yang ini?" tanya Alessia ketika Ocean meletakkan kembali ikan yang dipilih oleh Alessia pada tempatnya semula.

"Lo nggak tau kalau ikan yang ini mengandung gempylotoxin? Seingat gue gempylotoxin memiliki efek buruk bagi usus bila kita mengkonsumsinya terlalu banyak. Just for your information, lo bisa diare kalau makan ikan ini." Ocean melangkahkan kakinya menuju kios pedagang lain yang menjejerkan dagangan ikan mereka. Laki-laki itu kemudian mengambil beberapa potong ikan salmon segar dan meminta pedagang tersebut untuk membungkusnya. Alessia yang memang tidak dapat membedakan jenis ikan hanya mengikuti Ocean dalam diam.

"Lo kalau mau jadi patung, ke pasar Ubud sana," Ocean menggerutu karena Alessia tidak membantunya sama sekali. "Minimal lo beli tomat, cabai, minyak atau apa gitu. Harus banget ya ngikutin gue?"

"Bukan aku yang kelaparan di sini."

Ocean memutar bola matanya."Wasted time," Ocean lalu melangkahkan kakinya menuju kios pedagang sayur-sayuran setelah menerima uang kembaliannya. Seperti sudah terbiasa, ia mengambil beberapa sayuran, tomat, bawang, cabai dan yang lainnya tanpa mengalami kesulitan. Ia lalu memasukkan semuanya ke dalam kantong belanjaan yang diberikan oleh pedagang tersebut sebelumnya. Setelah memeriksanya kembali satu per satu, ia membayar belajaannya dan berjalan mendahului Alessia.

"Lo bisa masak dalam waktu setengah jam?" tanya Ocean yang berjalan di depan Alessia tanpa menoleh kepadanya.

"Kalau yang kamu maksud adalah memasak mie instan—Ya. Tidak perlu menunggu tiga puluh menit. Aku dapat menyelesaikannya dalam lima menit."

Ocean membalikkan badannya menghadap Alessia. Kedua tangan laki-laki itu penuh menenteng kantong belajaannya. "Jangan bilang lo cuma bisa masak mie instan?"

"Dengan bantuan intruksi yang ada di balik kemasannya—Ya, hanya mie instan."

Ocean menggelengkan kepalanya tak percaya. "Nggak heran gue Albi ninggalin lo." Ia melanjutkan, "You know what? Keluarga gue adalah yang terbaik dalam urusan dapur. Kalau lo mau bersaing dengan Ochi untuk mendapatkan Albi, bukan mie instan jawabannya."

Alessia melirik kantong belajaan Ocean sekilas sebelum menjawab ucapan laki-laki itu. "Kenyataannya adalah, semua orang menyukai mie instan."

"Tapi yang enak secara instan bertahannya juga nggak akan lama."

"Maksud kamu?"

"Rumah tangga lo. Instan kayak mie. Prosesnya diawal memang nggak terlalu rumit. Ada masalah sedikit kalian memutuskan untuk menolak berjuang dan justru langsung meniriskan mie diatas piring. Tapi coba setelah mie ditiriskan dan didiamkan selama tiga puluh menit aja. Apa yang terjadi? Apa mie yang lo buat rasanya akan seenak yang lo pikir? Ketimbang membuat sesuatu yang instan, praktis dan tidak bertahan lama, kenapa lo nggak membuat sesuatu yang hasilnya adalah kumpulan jerih payah lo sendiri?"

🙠🙡🙢🙣

Playa De AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang