8

24 4 0
                                    

Hachi はち

The important things to do before you go travel
Eight; Susun Itinerary yang tepat.
Sebelum berangkat traveling, ada baiknya jika membuat itinerary terlebih dulu agar perjalanan lebih efisien dan lebih terarah. Coba disusun, berapa lama waktu liburan, dan berapa destinasi yang bisa didatangi.
Destinasi yang berdekatan bisa dikumpulkan agar bisa dikunjungi sekalian. Susun rute yang terarah dari satu tempat ke tempat lain dengan berurutan dan tidak bolak-balik.

"Gue baru tau lo lagi hamil," Ocean menyandarkan tubuhnya pada kursi kayu yang ia duduki. "Lo pinter menutupi ya ternyata,"

Alessia menarik cardigan yang ia kenakan untuk menutupi perutnya. Tak ingin Ocean berlama-lama menjatuhkan pandangannya pada perutnya yang tak begitu membuncit. "Saya juga baru tau kamu bisa semarah itu hanya karena disinggung mengenai pekerjaan."

"Gue nggak suka ada orang yang merendahkan apa yang gue suka." Ocean meneguk jus melonnya dan melanjutkan, "Apalagi kalau yang merendahkan itu bajingan kayak dia."

Alessia mendengus mendengar perkataan Ocean. "Lalu kamu sendiri apa? Malaikat dengan sayap putih dan mahkota di kepala?" Alessia memutar bola matanya. "Bukannya kamu sendiri yang sebelumnya pernah bilang, rumah tangga saya hancur karena kamu. Ingat?"

Ocean mendesah. Ia tidak bisa mendebat perempuan yang ada di hadapannya ini lebih banyak lagi. "Whatever,"

"Ngomong-ngomong kamu tidak perlu melakukan apa yang kamu sampaikan tadi pada Albi."

Ocean mengerutkan dahinya. "Melakukan apa?" Ocean kembali meneguk  jus melonnya hingga tandas tak tersisa sambil menunggu jawaban Alessia.

"Mengatakan akan mencarikan saya pasangan baru. Saya tidak perlu syarat aneh itu untuk bercerai dengan suami saya sendiri."

Ocean meletakkan gelasnya yang kosong dan mengusap bibirnya kasar. "Kapan gue ngomong begitu?" Ocean terkekeh dan memajukan tubuhnya. "Gue bilang, gue sendiri yang akan maju sebagai pasangan lo untuk menunjukkan bahwa lo mampu memenuhi syarat yang diberikan oleh ayah gue."

Alessia menatap Ocean dengan bingung. Sepertinya laki-laki ini sedang bercanda dengan orang yang salah. "Sorry, sepertinya kamu salah paham. Saya tidak seputus asa itu untuk bercerai dengan Albi. Saya punya pekerjaan tetap yang dapat membiayai hidup saya dan anak-anak saya. Saya tidak perlu belas kasihan orang lain, karena saya mampu berdiri dengan kedua kaki saya sendiri."

Ocean mengangguk setuju. "Benar," Ia menyilangkan tangannya di depan dada. "...memang benar lo mampu berdiri dengan kedua kaki lo. Tetapi bukan hanya lo saja yang mampu berdiri dengan kedua kaki lo sendiri. Gue juga mampu. Orang tua gue mampu, Okei, keponakan gue, anak lo, karyawan di sini, artis, wartawan dan semua orang yang punya kaki dan masih bisa berfungsi juga bisa. Nenek-nenek mau menyebrang jalan juga bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Memangnya lo pikir mereka berdiri pakai apa? Otak?"

Alessia terdiam mendengarkan ucapan Ocean. Ketika laki-laki itu bersuara, yang ada di pikiran Alessia hanyalah sekumpulan bebek yang berjalan untuk disebrangkan oleh pemiliknya. Cerewet.

"Otak itu berfungsi sebagai pengendali gerak manusia. Dan kaki adalah salah satu contoh sistem gerak pada manusia. Kaki kamu tidak akan bergerak apabila tidak ada perintah dari otak untuk menjalankan kaki tersebut."

Ocean mengusap wajahnya frustasi. Perempuan di hadapannya benar-benar tidak membantu Ocean untuk setidaknya menebus kesalahan Ocean pada Alessia.

"Lo tau nggak, sih? Keras kepala lo itu bikin orang males lama-lama dekat sama lo."

"Terimakasih."

Ocean memukul meja dengan kesal  "Gue nggak muji lo, bego!" Ia lalu menggelengkan kepalanya. Mengapa juga ia harus turut prihatin kepada permasalahan rumah tangga orang lain. Jika kakak perempuannya Ochi, merusak rumah tangga orang lain, biarkan saja. Kenapa harus Ocean yang turun tangan dan bertanggung jawab? Ochi dan Albi saja tidak mempedulikan apapun di luar sana.

"Gue awalnya cuma mau memperbaiki dosa kakak gue di sini," kata Ocean lelah. "Tapi ternyata lo sama berdosanya sama kakak gue. Jadi gue rasa gue nggak perlu bantu apa-apa."

Alessia hanya memainkan sedotan minumannya tak peduli.

"Nggak ngerti kenapa gue mau aja disuruh Okei ke sini," Ocean berbicara kepada dirinya sendiri sambil memperhatikan pengunjung cafe yang mulai memadati kasir untuk mengantri.

"Boleh saya tanya sesuatu?" Alessia bertanya dengan hati-hati. "Kenapa kamu bersikap apatis terhadap Albi? Bukankah sebentar lagi dia akan menikah dengan kakakmu? Seharusnya kamu mendukungnya bukan?"

Ocean tersenyum miris. Untuk apa berbuat baik kepada orang yang pengecut dan melarikan diri setelah melakukan kesalahan. "Lo pernah tau kenapa Albi nggak pernah bawa mobil sendiri?"

Alessia menggeleng. Ia sendiri juga baru sadar akan fakta itu. Selama Alessia mengenal Albi, laki-laki itu tak pernah menyetir mobil sendiri. Selalu saja ada sopir yang bersamanya.

"Itu karena dia pernah membunuh orang dengan tangannya sendiri. Dan gue nggak pernah berteman dengan pembunuh."

🙠🙡🙢🙣

02.28

Playa De AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang