9

39 7 0
                                    

Kyuu きゅう

The important things to do before you go travel
Nine; Don't forget to prepare your personal protective equipment.
Kamu akan pergi jauh ke tempat dimana mungkin hanya ada dirimu dan tas travelmu saja. Jadi mempersiapkan alat perlindungan diri itu penting. Tidak perlu yang berlebihan dan membuatmu susah. Siapkan saja satu buah semprotan cabai, maka orang-orang akan berpikir puluhan kali untuk menyakitimu.

"Jadi lusa ya kita berangkat ke Maluku Utara," ucap pak Reno. Pak Reno adalah salah satu produser eksekutif senior Earth Media yang menggawangi program Travel Season selama bertahun-tahun sebelum akhirnya program itu berhenti untuk ditayangkan. Pengalaman kerjanya selama hampir tujuh tahun membuat semua program yang ada di bawah tangannya selalu mendapatkan respon positif dari masyarakat. "Kemarin Kita sudah dapat tempat-tempat yang akan dipakai syuting. Kita pilih pulau Morotai yang terletak di Maluku Utara. Ada empat tempat yang akan kita gunakan, yakni pantai Dodola Morotai, pantai Gorango, Tanjung Sopi dan Taman Kota Daruba. Kalian bisa baca-baca artikel tentang tempat-tempat itu untuk memperdalam pandangan kalian." kata pak Reno pada Ocean dan Zoya.

"Untuk crew yang akan berangkat sudah di catat, Len?" tanya pak Reno pada perempuan di sebelahnya.

Lena, asistennya mengangguk mengiyakan. "Sudah, pak. Hanya saja, untuk talent coordinator yang ikut berangkat siapa pak? Desak sedang berhalangan untuk ikut berangkat."

Pak Reno mendesah menatap Lena. "Ah, hampir lupa saya, Len." Ia tersenyum dan mengalihkan pandangannya pada Bimo dan Alessia. "Di antara kalian siapa yang siap untuk ikut berangkat? Kita hanya bisa membawa satu talent coordinator."

Bimo menggaruk tekuknya. "Maaf pak, istri saya perkiraan melahirkannya minggu-minggu ini, jadi saya belum berani untuk ikut berpergian bersama tim." Bimo menatap Alessia dan bertanya padanya, "Al, kamu keberatan nggak kalau ikut berangkat ke Maluku?"

Alessia menatap Bimo yang memberikan tatapan memohon kepadanya. Kemarin-kemarin ketika ia harus memeriksakan kandungannya atau menjemput Millard di sekolah, Bimo selalu menyanggupi untuk menggantikan pekerjaan Alessia. Akan tidak adil jika kali ini dirinya menolak untuk menggantikan posisi Bimo.

"Tidak. Saya tidak keberatan." Alessia tersenyum tipis meyakinkan.

Pak Reno menatap Alessia dan bertanya padanya. "Memangnya kamu tidak apa-apa berpergian jauh ketika sedang hamil, Al?"

Alessia menggeleng pelan. "Enggak kok, pak. Dokter tidak memberikan larangan untuk berpergian mengingat kandungan saya sudah melewati trimester pertama. Jadi sudah cukup kuat." Alessia berdeham lalu melanjutkan, "Lagipula sudah menjadi tanggung jawab saya terhadap pekerjaan saya."

Pak Reno mengangguk kemudian melanjutkan pembicaraannya mengenai apa-apa saja yang perlu disiapkan sebelum mereka berangkat ke Maluku Utara.

🙠🙡🙢🙣

"Al, kamu kok enggak bilang ke aku kalau mau ke Maluku?" Albi menyambut Alessia di depan rumah perempuan itu dengan pertanyaan, ketika Alessia baru saja hendak membuka pintu rumahnya. Semenjak syarat perceraian yang tidak masuk akal itu, Albi memutuskan untuk kembali kepada Alessia dan tinggal di rumah Alessia karena perempuan itu menolak untuk pindah ke rumah Albi.

Alessia mendorong Albi mundur. "Kerjaan aku yang sekarang di program travel. Jadi kerjanya ya nggak melulu di studio." Alessia menatap Albi yang masih berdiri di ambang pintu. "Memangnya kamu enggak punya pekerjaan lain selain memata-matai agendaku?"

Albi melangkah mendekati Alessia yang sedang terduduk di sofa melepaskan sepatu kerjanya. "Al, kamu itu masih tanggung jawab aku selama kita belum bercerai."

Alessia meringis. "Kamu tinggal menandatangani surat perceraian kita, Bi. Bagian mana yang kurang jelas buat kamu?"

"Bagian kamu yang harus mencari pasangan, Al." Albi menggenggam tangan Alessia yang bebas. "Aly, aku sudah tidak bertanggung jawab dengan melepas kamu begitu saja." Albi mengusap jari-jari Alessia yang polos. Tidak ada cincin apapun yang menghiasi jemari istrinya. "Aku mohon, setidaknya biarkan aku melihat seseorang sudah menjaga kamu sebelum aku pergi."

"Kenapa sih, Bi? Kenapa kamu begitu menyusahkan aku?!" Alessia melepaskan genggaman tangannya dari Albi. "Kalau kamu mau bertanggung jawab atas kehidupan aku yang sudah kamu buat berantakan, cukup! Cukup dengan kamu menandatangani surat perceraian itu dan pergi jauh-jauh dari hidupku! Bukannya kamu datang ke tempatku, mengemis agar aku mencari pasangan hidup yang baru agar kamu dapat menikah dengan Ochi!"

Albi menggeleng pelan. Alessia tak mengerti. Sampai kapanpun, walaupun Albi telah menceraikan Alessia, kedua orang tua Ochi tidak akan pernah mengizinkannya untuk menikahi putri mereka sebelum Alessia menemukan orang yang tepat untuk menggantikan posisinya.

"Al, kamu tau orang tuaku, Al. Mereka tidak akan pernah setuju kalau aku mengatakan aku menceraikan kamu. Apalagi jika mereka tau penyebab perceraian kita karena aku selingkuh." kata Albi lirih.

Alessia tersenyum sarkas. "Loh, memang benar, kan?! Kamu yang selingkuh!" Alessia menaikkan nada suaranya sehingga membuat Albi tersentak. "Yang benar saja, Bi kalau kamu meminta aku datang ke rumah kamu dan mengatakan kepada mereka bahwa aku yang selingkuh dan kamu meminta cerai kepadaku!" Alessia meluapkan emosinya yang telah ia pendam bertahun-tahun lamanya. Tak peduli laki-laki yang sedang terduduk di sebelahnya menatapnya tak percaya, seolah-olah Alessia marah kepadanya karena cemburu. "Kamu yang salah, kenapa harus aku yang pusing-pusing memikirkan konsekuensinya?"

"Al, apa yang orang-orang akan pikirkan nanti tentang aku? Seorang Albi Dion Yudanta digugat cerai oleh istrinya karena selingkuh?" lirihnya dengan wajah tertunduk sedih.

Alessia mendongak—menatap Albi tak percaya. "Lalu apa yang orang-orang nanti pikirkan tentang aku?!" Alessia menjambak rambutnya frustasi. "Kamu pikir di dunia ini hanya kamu yang punya harga diri?!"

Albi menarik napas panjang dan memejamkan matanya. Tak lama ia membuka matanya kembali dan menatap Alessia memohon harap. "Al, Ochi sedang hamil. She is pregnant. Kalau aku tidak segera menikah dengan dia, ayahnya akan menikahkan dia dengan orang lain. Kamu tau? Melihat dia berciuman dengan orang lain saja membuat aku hampir mati karena mabuk. Bagaimana jika aku harus melihat dia bersanding dengan laki-laki lain di pelaminan, Al?"

"Jadi waktu itu kamu mabuk karena itu?" Alessia tertawa getir. Menertawakan dirinya atas kebodohan yang ia lakukan tiga hari yang lalu di sofa ruang tamu di rumahnya. Ternyata Albi mabuk karena melihat Ochi berciuman dengan laki-laki lain dan membuat Albi datang ke rumah Alessia dan...

Alessia mengangkat tangannya ke udara tanda menyerah. "Baik, aku akan menemukan pasangan yang layak untukku. Dengan syarat, setelah aku menemukannya, kamu harus pergi jauh-jauh dari hidupku, Bi."

🙠🙡🙢🙣

02.29

Playa De AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang