Bertemu dengan cewek serampangan dan menyangkanya sebagai tukang ojek membuat Arjuna berdoa bahwa Tante Utari masih memiliki anak perempuan lainnya dan berharap apa yang sudah diketahuinya di Belanda adalah kesalahan dalam informasi nama. Cukup sekali saja Arjuna berurusan dengan Bianca.
"Maafin Bian ya Juna. Anak itu sama sekali enggak bilang makasih sama kamu." Utari menyentuh lengan Arjuna yang terlihat terkejut. "Padahal sudah jauh-jauh dari Belanda buat ketemu Bian."
Arjuna tersenyum kecil. Dia menyembunyikan perasaan meringisnya tiap kali mengingat bagaimana cewek bernama Bianca itu duduk di sadel motor dengan...oke, kata kasarnya ngangkang! Dia bergidik membayangkan bahwa Biancalah jawaban di dalam surat peninggalan para buyut tersebut.
"Oh, enggak apa-apa, Tante. Saya justru yang berterima kasih sudah dikasih ijin menginap di sini sebelum ke Bandung." Arjuna membuka jaketnya dan mengikuti sang nyonya rumah yang menuntunnya menuju ruang makan. "Mungkin Bianca punya kakak?" dia berharap besar akan jawaban sang tante.
Utari tertawa seraya meminta Arjuna untuk duduk seraya menunggu beberapa pengurus rumah tangga mempersiapkan makan siang. "Kakaknya si Bian itu si Alva. Kakak cowok."
Arjuna mempertahankan senyumnya ketika mencoba kembali bertanya. "Oh, Bianca anak ketiga ya, Tante?" tolong! Katakan iya...si serampangan yang tak punya sopan santun itu bukan satu-satunya...
"Tante Cuma punya dua anak. Persis program KB. Dua anak cukup." Utari tertawa girang. "Biancalah satu-satunya anak perempuan tante dan om."
Arjuna menyapu keringat dingin di dahinya saat mendengar jawaban Tante Utari. Dia tetap tersenyum dan berniat akan menelpon mama ketika makan siang usai. Harus diperiksa! Surat konyol itu harus diperiksa keaseliannya!
****
Bianca mengintip dari balik dinding pembatas ruang tengah ke ruang makan dengan alis berkerut-kerut. Bibirnya mencibir melihat si abang ojek duduk di meja makan, berbicara akrab bersama Bunda. Selama dalam pengintipannya, Bianca memperhatikan sosok cowok bernama Arjuna itu. Bule tulen! Tapi kok lancar amat bahasa indonesia? Mencurigakan!
"Bian sayang, jangan ngintip aja. Sini dong, makan dulu."
Bianca, secara otomatis menarik kepalanya dari tempat persembunyiannya dengan mengetuk pelan sisi kepalanya. Bunda seakan memiliki kemampuan mata sharingan abal-abal, selalu tahu semua gerakan Bianca tanpa Bianca bersiap-siap.
Arjuna takjub akan kemampuan Tante Utari dalam mengetahui kemunculan Bianca yang masam dari balik dinding pembatas. Cewek itu memasuki ruang makan dengan sembarangan dan Arjuna gatal rasanya ingin melempar Bianca ke dalam lemari pakaian, menyuruh cewek itu memakai baju yang sempurna –jika celana pendek belel itu bisa dikatakan sempurna-, Arjuna yakin koyak yang ada di beberapa tempat bukan berasal dari asal celana itu diproduksi. Ada sebuah koyak besar di dekat paha yang dipastikan berasal dari koyakan dari benda lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MR. ALMOST (HIATUS)
General Fiction"Gue tuh nyarinya Mr. Right bukannya Mr. Almost! Kayak gimana kita berdua berusaha senyaman mungkin bersama, ujung-ujungnya...ZONK...ZONK!" Bianca menggerakkan jarinya seakan sedang menggorok lehernya sendiri dengan tampang bete di depan sahabatnya...