Arjuna melirik Bianca yang duduk di bangku penumpang, melipat kedua tangan di dada dengan wajah cemberut. Kemunculan dirinya di depan gerbang sekolah membuatnya mendengar cewek itu mengomel panjang pendek bahkan sempat dilihatnya si serampangan tomboy itu mengentak kaki di tanah persis anak kecil. Yeah, Bianca masih anak-anak, sih, pikir Arjuna puas. Dia tak bisa lagi menahan tawanya dan suara itu pecah begitu saja tanpa disadarinya.
Bianca menoleh Arjuna dengan sengit, menggerakkan tangannya memukul lengan cowok itu, mengabaikan bahwa saat itu Arjuna sedang menyetir. "Ketawa? Lo puas ya udah bikin gue jadi headline koran sekolah heh?" dia enggak puas melihat cengiran Arjuna, cowok itu harus merasa bersalah. "Bianca Olive, si ketua klub basket, dijemput tunangan bulenya dengan Lexus harga selangit. Bla bla bla!" Bianca mengucapkan judul berita koran sekolah sesuai dengan isi kepala Puput Melasari, si ketua klub koran sekolah yang haus berita.
Tawa Arjuna masih mengudara. Cowok itu merasa terhibur sekaligus puas melihat Bianca uring-uringan sejak masuk ke dalam mobilnya. Ingatannya cukup membekas bagaimana Bianca dikerumuni para remaja itu, memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan konyol tentang dirinya. Seperti yang diduganya, dengan memberitahu hubungan mereka pada teman cewek itu di pagi hari, dia yakin bahwa berita pertunangan mereka sudah tersebar seluruh sekolah yang merupakan sekolah khusus cewek itu. Ia enggak mau hanya dirinya sendiri yang menerima tekanan dari semua pihak tentang pertunangan enggak masuk akal dan akan menyeret Bianca pula masuk ke dalam lingkaran tersebut.
"Bukannya kamu makin populer." Arjuna berkata geli. Membayangkan Bianca menjadi idola di antara para remaja cewek itu rasanya enggak masuk akal. Bianca jauh dari sikap seorang ratu sekolah dan lebih seperti preman. Memikirkan itu membuat tawa Arjuna makin keras.
Bianca bertambah bete. "Gue emang udah dasarnya populer kok!" dia mencibir. "Tanpa bantuan lo gue udah jadi idola di sekolah."
Arjuna bersiul dan membelokkan setir memasuki kawasan sebuah mall besar. "Oke. Kamu memang populer."
Alis Bianca bertaut bingung, menoleh ke luar jendela sebelum dia kembali menatap Arjuna yang menekan tombol karcis. "Ngapain ke sini? Seingat gue, lo jemput buat anterin balik ke rumah kan?"
Lexus keren itu meluncur mulus menuju parkiran, Arjuna menjawab pertanyaan Bianca dengan santai. "Hm...aku menemani kamu beli gaun."
"Gaun?" Bianca terbahak. "Buat apa? Gue enggak butuh gaun. Gue cuma butuh sneaker dan jeans koyak."
Entah bagaimana Arjuna berhasil memarkir Lexusnya dengan aman di antara jejeran mobil lainnya selama mendengar celoteh Bianca yang enggak berhenti. Dia memeluk setir dengan raut kepuasan lainnya. "Tante Utari sudah ada di salah satu butik di mall ini."
"Bunda?" otak Bianca mulai bekerja keras, memelintir segala kemampuannya untuk menganalisis. Bunda ada di mall? Di butik? "Tunggu, lo salah. Bunda lagi sibuk..."
Dengan senyum lebar, Arjuna menekan tombol sabuk pengaman yang mengungkung Bianca sepanjang perjalanan. "Yep, bunda kamu ada di sini untuk cariin kamu gaun."
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MR. ALMOST (HIATUS)
General Fiction"Gue tuh nyarinya Mr. Right bukannya Mr. Almost! Kayak gimana kita berdua berusaha senyaman mungkin bersama, ujung-ujungnya...ZONK...ZONK!" Bianca menggerakkan jarinya seakan sedang menggorok lehernya sendiri dengan tampang bete di depan sahabatnya...