SERIUS? KITA TUNANGAN NIH?

2.7K 324 45
                                    

Bianca tidak habis pikir bahwa dia akan memiliki tunangan di usianya yang masih 17 tahun. 17 tahun! Perjanjian konyol yang dilakukan para buyut mereka di masa kolonial Belanda dan Bianca belum mengetahui secara rinci isi dari perjanjian tersebut. Sambil bermain bersama Cookie –anjing pudel miliknya- Bianca mendongak pada balkon kamar tamu yang ditempati Arjuna. Rasa dongkolnya pada cowok itu muncul ke permukaan, dia sengaja berteriak-teriak keras memanggil Cookie, melempar bola karet yang digemari Cookie ke tembok kamar tamu sekuat tenaga. Dia melihat gorden tersibak dan dia menyeringai puas.

"Sorry!!! Bolanya nabrak tembok ha ha ha." Bianca nyaris menari melihat gorden kembali ditutup dengan kasar.

"Biaaaan!! Jangan usil!"

Bianca memutar bolanya saat mendengar teriakan bunda untuknya. Dengan menggerutu dia meraih Cookie ke dalam gendongan, berlari ke dalam rumah. Dia mendapati bunda sedang berada di dapur, entah memasak apa lagi untuk tamu yang dianggap tuan raja terhormat.

Bunda melirik Bianca yang melepaskan Cookie di dapur dan menjatuhkan diri di kursi, menatap dirinya dengan lekat bersama sepasang matanya yang cerah. Tapi bunda tahu bahwa sang anak sedang menuntut penjelasan padanya. Dia tersenyum lebar.

"Mau pudding? Ada di kulkas."

"Siapa sih yang nentuin Bian dan Arjuna tunangan, bun? Arjuna bilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa sih yang nentuin Bian dan Arjuna tunangan, bun? Arjuna bilang....eeh...kakek buyut atau moyang begitu deh." Bianca mengabaikan tawaran bunda akan pudding yang selalu membuatnya menitikkan air liur.

Bunda membuka pintu lemari es, mengeluarkan mangkuk kecil berisi pudding untuk Bianca. "Papa akan menjelaskan saat makan malam. Oke?" dia melihat kemunculan Alva di dapur dengan baju kaos dan celana bola sehabis mandi. "Pudding sayang?"

Alva duduk di samping Bianca dan mengibaskan rambutnya hingga titik air membasahi wajah cemberut Bianca. Dia mendorong dahi adiknya seraya tertawa menggoda. "Cieee...yang punya tunangan tajir ha ha ha..." dia mengelak saat tinju mungil Bianca siap menghantam lengannya.

"Gue enggak ngerasa tuh!" Bianca menjulurkan lidahnya dengan keki.

Alva terbahak sambil menerima mangkuk pudding dari tangan bunda. Dia menoleh Bianca yang bersungut-sungut. "Makanya, ganti sono jenis kelamin lo! Jadi cowok." Dia menatap wajah Bianca. "Tapi enggak mungkin kan? Lo udah jelas-jelas c.e.w.e.k."

Bianca menginjak kaki Alva dengan gemas dan kembali menatap bunda yang hanya tertawa tak jelas. "Bundaaaa! Ini enggak bener! Bian yakin itu cuma karangan si Arjuna aja! Palingan dia mau nipu kita deh."

Bunda kembali pada menu masakannya bersama Bik Rina seraya menjawab protes Bianca. "Keluarga Van Der Veen itu pemilik beberapa perusahaan besar di Belanda, pemilik salah satu mall di Amsterdam, perkebunan teh di Bandung dan bla bla deh." Bunda melirik Bianca yang hanya diam saja, bahkan nyaris tak terkesan dengan latar belakang keluarga Arjuna.

Terdengar siulan panjang Alva, dia mengacak rambut Bianca. "Tuh denger. Lo nikah sama dia bakalan jadi noni Belanda kaya dah. Ke mana-mana pake bodyguard malah mungkin si Cookie bakalan pake baju kaya anjingnya Paris Hilton." Alva tertawa ngakak sampai pudding di dalam mulutnya melompat dan mendarat dengan sukses di lengan Bianca.

HE IS MR. ALMOST (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang