Wilda sedang duduk di salah satu bangku di selasar sekolah sambil mengenakan earphone ketika matanya melihat sebuah mobil sport mewah terparkir di depan gerbang sekolah. Dengan rasa ingin tahu, dilepasnya earphone dan duduk tegak.
Rasa penarasan Wilda naik setingkat ketika mengetahui siapa yang keluar dari mobil sport itu. "Wow!" Wilda, semakin menegakkan punggungnya dengan bola mata membesar.
Mahluk ganteng keluar dari mobil itu, mengitari pintu lainnya dan bersama sikap kerennya, membukakan pintu si penumpang.
"Woowww! Double wow!!" Kali ini Wilda melompat dari duduknya, menggumpal earphone di tangannya. Dia melangkah nyaris berlari menuju gerbang sekolah. "Bianca Olive! Lo tercyduk!"
*****
Pintu penumpang terbuka lebar dan Bianca melihat Arjuna yang berdiri di depannya, sopan dan membuka kacamata hitam. Dia mendengus, berusaha menampik usaha Arjuna terlihat macho.
"Ho ho, niru gentleman di filem?" Bianca tertawa, mengejek.
Alis Arjuna naik ke atas. Tangannya menunda untuk terulur ke arah Bianca, berganti balasan bernada sama pada Bianca, mengejek. "Soalnya kamu terlihat bingung dengan kunci pintunya."
Dengusan dari lubang hidung Bianca sudah persis seperti debu volkanik. Di mata Arjuna, rambut Bianca seperti tali jemuran, menegang dan dia yakin cewek itu sedang mengolah jawaban konyol untuk dirinya.
Kedua bahu Bianca bergerak masa bodoh, mengayunkan kakinya keluar dari mobil mewah sialan yang membuat dirinya terkagum-kagum, tapi Bianca ogah mengakui itu. Memuji mobil Arjuna sama saja memberi nilai plus cowok itu.
"Yeah...lo kan kemarin jemput gue kaya abang ojek." Cengiran Bianca sukses membuat bibir Arjuna melengkung masam. "Mana moge juga minjem punya Kak Alva."
Oh, Arjuna ingin menempel lakban besar di mulut Bianca. Setiap kali dia mencoba mengintimidasi cewek itu, tiap kali pula dia mati kutu.
Bianca menang! Arjuna enggak berkutik. Bianca cengar cengir kesenangan. "Jadi.. Lo jemput gue lagi enggak?" Ujung sepatunya berjinjit, kembali mengganggu Arjuna. "Sekalian dong jadi ojek gue."
"Balik aja pake ojek sungguhan." Arjuna menjawab datar. Lama-lama meladeni Bianca, Arjuna bisa lupa berapa umurnya. Dia dan Bianca sudah seperti dua bocah yang sedang saling mengejek, mengukur kekuatan siapa dulu yang nangis kalah.
"Wah, mana sikap gentelmen lo barusan? Bukain pintu cewek kaya Richard Gere."
"Sayangnya aku bukan Richard Gere."
Bianca girang membuat Arjuna emosi. Tapi rasa senang itu enggak bertahan lama saat mendengar suara lantang di belakangnya, membuat telinganya berdenging dan merutuk dalam hati, mengapa Arjuna enggak segera pergi aja dari tadi sih?
"Bianca Olive!! Woow!!" Wilda menarik rambut Bianca, melingkarkan lengannya di leher jenjang cewek itu dan memaku tatapan cerahnya pada cowok tinggi yang bersama Bianca. "Inikan abang gojek yang kemarin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HE IS MR. ALMOST (HIATUS)
General Fiction"Gue tuh nyarinya Mr. Right bukannya Mr. Almost! Kayak gimana kita berdua berusaha senyaman mungkin bersama, ujung-ujungnya...ZONK...ZONK!" Bianca menggerakkan jarinya seakan sedang menggorok lehernya sendiri dengan tampang bete di depan sahabatnya...