Jika melupakan semudah membalikkan telapak tangan
Mungkin saat ini,
Hatiku sudah beralih memilih cinta yang lain.
---
"Jadi beneran, kamu nggak mau ikut minggu depan?" Jeni mengayun langkahnya mengiringi Mira di pelataran parkir D'Face Resto.
Matahari siang menjelang sore masih menyengat di atas kepala. Membuat langkah keduanya begitu cepat, enggan berlama-lama di bawah terik matahari. Apalagi Jeni hanya memakai blouse tanpa lengan dengan bawahan rok span ketat di atas lutut.
"Nggak. Aku dateng dengan wujud seperti ini. Bisa kabur mereka," decih Mira sembari menggeleng pelan. Menolak mentah-mentah ajakan sahabatnya untuk ikut dalam sebuah acara. Entah pesta, atau reuni biasa. Mira malas menanyakan lebih detail.
"Ck, aku nggak ada temen, dong." Jeni cemberut, sembari membuka pintu kaca resto. Pengunjung di dalam resto lumayan penuh, padahal jam makan siang kantor sudah lewat.
Mira menaikkan sebelah alisnya. "Lebay, biasanya aja sering sendirian."
Jeni tidak menanggapi, karena langkahnya sudah terhenti saat menemukan satu sosok yang menurutnya sangat mengagumkan. "Ra," panggil Jeni, tanpa mengalihkan tatapan dari seorang laki-laki yang duduk sendiri di bagian paling ujung ruangan.
Mira menghentikan langkah, namun tidak untuk melihat Jeni, tapi mengawasi kinerja pegawainya.
"Cowok cakep itu siapa, Ra?"
Mira memicing melihat Odi yang nyengir lebar ke arahnya, lelaki itu baru saja mengantarkan pesanan pada meja yang ditempati dua remaja.
"Ra," panggil Jeni lagi.
"Mana aku tahu Je, nama setiap pengunjung di resto ini," ucap Mira, yang akhirnya menghadap ke arah Jeni dan mengikuti arah tatap perempuan itu. Dahinya mengernyit, melihat sosok laki-laki berkacamata lensa bening dengan pakaian kasual yang melekat di tubuh. Tampak begitu apik. Tapi, se-apik dan setampan apa pun. Tetap saja, jika laki-laki itu melihat dirinya, akan lari tunggang langgang seperti sbiasaan.
Hingga ia sadar akan satu hal, kecelakaan kecil yang pegawainya lakukan lalu bertambah runyam ketika ia tambahi dengan setelan suit yang tersiram kopi. Mira meringis, merasa bersalah. Namun, juga sedikit lega karena laki-laki itu memiliki pakaian ganti. Haruskah ia meminta maaf sekali lagi karena keteledoran itu.
"Ini pilihan tepat banget Ra, buat jadi masa depan." Jeni menggeleng pelan, menilai lebih detail laki-laki yang bahkan belum mendongakkan kepala dari tunduknya memeriksa tab. Hanya garis wajah yang terlihat dari samping saja, ia sudah bisa menilai setampan apa lelaki itu. "Kayak pernah lihat," gumam Jeni dengan kernyitan di kening. Mengingat-ingat, di mana sekiranya ia pernah melihat lelaki setampan itu.
Tiba-tiba, ia ingin berjalan mendekat, mengulurkan tangan, memberi senyuman termanis dan memikat laki-laki itu.
"Iya. Masa depan. Masa depannya dengan kekasih pilihannya. Dan itu bukan kamu, apalagi aku," ucap Mira lirih yang dibalas decapan sengit dari Jeni.
"Siapa tahu aku, Ra. Berharap itu nggak salah, lho."
"Memang tidak salah."
"Lalu?"
"Yang salah hanya berharap terlalu tinggi. Lalu saat terjatuh, lantak semuanya. Bahkan tidak lagi memiliki gairah rasa."
Jeni tersenyum getir, melirik sesaat ke arah Mira sebelum akhirnya melangkahkan kaki mendekat. "Itu kamu kali Ra, move on dong. Dia udah dapet pilihannya. Lebih berisi, lebih menggoda, lebih seksi," cibir Jeni, menyenggol bahu Mira lalu tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Down
RomanceShamma Elmira, yang tengah susah payah melupakan cinta dari masa lalu, didesak oleh keluarganya untuk segera menikah. Namun di tengah pencariannya, Mira terlibat skandal dengan Dannis Wiyata. Seorang pengusaha muda yang dikenal luas telah bertunanga...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi