Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

6. Menginap

39K 3.3K 40
                                    


Untuk seorang perempuan, kamu terlalu tegar,

Hingga melupakan bahwa kamu tetaplah membutuhkan seseorang sebagai pelindungmu.

---

"Kamu berhasil bubuhin obat itu di atas kue?" tanya Rafa, tanpa menoleh sedikit pun ke arah lawan bicaranya, hanya terus menatap ke arah dinding putih di depannya.

"Liat aja, bentar lagi tuh cewek bakal tidur, efeknya pelan-pelan, jadi nggak bakal mencurigakan," sahut seorang lelaki yang berdiri di sisi Rafa, tepat berada di depan urineoir lainnya, tanpa saling lirik.

Kane yang membasuh wajahnya di depan wastafel, tanpa sengaja ikut mendengar pembicaraan antar dua lelaki di sana. Jarak mereka hanya dua-tiga langkah saja, jadi memungkinkan dengan jelas ia mendengar obrolan itu.

"Belagu, sih, habis dia malam ini." Rafa menyeringai senang.

"Emang ada masalah apa sama cewek itu. Siapa namanya, sampai ngajak temen yang lain buat nidurin."

"Namanya Mira, manager resto, sih, tadinya aku tergiur sama jabatan dia, tapi setelah lihat mukanya. Ah elah, cocoknya dibawa ranjang doang. Yang nggak keliatan orang tapi bisa bikin puas," kekeh Rafa, merasa senang dengan rencananya yang pasti akan berhasil malam ini.

Dia tidak sengaja bertemu Mira, namun tergiur karena penampilan wanita itu malam ini. Jadilah, dia meminta salah seorang temannya untuk membubuhi obat tidur di kue yang ia berikan pada Mira. Dan hebatnya dia, yang sudah menyiapkan obat itu di dalam dompetnya.

"Wahh ... sadis. Bakal ngerjain dia pas lagi tidur. Ngeri sih, ngeri ...." sahut lelaki satunya.

"Nanti kita jejali obat perangsang juga. Udah chat Toni, kan, buat beli obat itu." Rafa tertawa remeh, yang dibalas anggukan kepala teman lelakinya dan semburan tawa menyusul.

Kane, yang sudah selesai dengan ritualnya, segera keluar toilet. Meski sedikit ganjil dengan pembicaraan laki-laki di dalam sana. Dia seperti pernah mendengar nama Mira disebut, tapi di mana.

Sembari mengingat, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling kafe, hingga tatapannya tertuju pada sosok perempuan yang duduk sendiri di depan meja bar. Ia memicingkan mata, ketika kepala perempuan itu tertunduk, lalu menengadah dan tertunduk lagi. Entah apa yang menggerakkan langkahnya, tiba-tiba Kane sudah berdiri di samping perempuan itu.

"Hei," Kane memanggil, menyentuh bahu perempuan itu. Dan ketika wajah perempuan itu mendongak, menatapnya dengan mata sayup-sayup terbuka. Ia ingat sekarang, perempuan itu yang pernah menumpahkan kopi di bajunya, dan bertemu lagi saat ia membawa seorang gadis ke rumah sakit.

"Mira," panggilnya mengingat.

"Hm, Kane. Aku ngantuk sekali," ucap Mira, mengenali lelaki yang kini menyentuh bahunya. Sembari terus berusaha membuka matanya yang hampir terpejam.

Kane memutar otaknya, menghubungkan pembicaraan yang tak sengaja ia dengar di toilet dengan membawa-bawa nama Mira. Kemudian ia melirik meja dan mendapati potongan kue yang tinggal separuh.

Menoleh ke arah lorong menuju pintu toilet, Kane mendecap ketika suara derit pintu terbuka menyapa indera pendengarnya. "Kamu bisa jalan, ikut aku. Aku antar pulang," ucap Kane, cepat-cepat meraih tas tangan Mira dan membawa lengan wanita itu untuk melingkar di bahunya.

Dengan gerakan cekatan, Kane membawa tubuh Mira berdiri, merengkuh pinggang perempuan itu dan mengajaknya keluar kafe. Sebelum ia membuka pintu, suara tawa yang ia yakini milik dua laki-laki di toilet terdengar menggema.

"Rumahmu di mana?" tanya Kane, membuka pintu depan mobilnya dan mendudukkan Mira di samping kemudi.

Belum ada jawaban, Kane lebih dulu memutari mobil untuk membuka pintu dan duduk di balik kemudi. Ia menyalakan mesin mobil, hampir menjalankannya, sebelum teringat seatbelt Mira belum terpasang.

Fall DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang