Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

4. Di batas kota

41.2K 3.1K 23
                                    


Aku masih bertahan di sini

Untuk melihatmu berbalik lalu berlari ke arahku

Namun sayang, itu hanyalah ilusiku.

---

Mira menghela napas berulang kali, cengkeraman jarinya di kemudi terus menguat. Ia baru membelokkan mobil keluar dari komplek perumahan ayahnya. Yang tidak pernah ia inginkan adalah kembali mengingat masa lalu. Namun, bagaimana tak akan ingat, jika masa lalu itu terikat dengan keluarganya begitu dekat.

Di lampu merah. Mira meraih headset yang sudah tersambung dengan gawainya. Kemudian ia tempelkan di telinga dan men-dial nomor sahabatnya.

Lampu perempatan di depannya masih menyala merah, ketika pada dering ketiga panggilannya diangkat.

"Halo Je, lagi sibuk?" tanya Mira, beberapa detik saat lampu berubah kuning dan akhirnya hijau.

"Nggak, kenapa Ra?"

Mira mengulum senyum sembari menjalankan mobilnya dalam kecepatan sedang. Jalanan di hari minggu tidak terlalu padat atau mungkin karena ia belum memasuki pusat kota. "Aku ke tempatmu ya," ucap Mira. Sembari berbicara, manik matanya tak lepas dari jalanan di depannya.

"Bawa oleh-oleh nggak?"

Mira berdecak. "Bawa dong, banyak." sahutnya tersenyum tipis. Jangankan oleh-oleh, makan siang saja ia melupakan hal itu.

"Bohong dosa lho, Ra."

"Udahlah, tunggu aja. Aku masih di jalan."

Setelah mengatakan itu, Mira mematikan panggilan dan melepas headset-nya. Ia membenarkan letak kacamata bulat yang bertengger manis di wajahnya, lalu membelokkan mobil di deretan sebuah ruko.

Mira turun dari mobil untuk kemudian memasuki sebuah kedai roti. Namun, belum juga ia masuk ke dalam kedai. Keributan kecil di parkiran membuat rasa ingin tahunya muncul. Ada dua orang, laki-laki dan perempuan. Si laki-laki berdiri membelakangi dirinya, sehingga Mira tidak bisa melihat wajahnya, sedangkan si perempuan tampak cantik dalam balutan mini dress warna hitam.

Mira memicingkan mata, tampak familiar dengan wajah si perempuan, sepertinya beberapa kali ia pernah melihat di layar kaca. Lalu beralih pada si lelaki yang membelakangi dirinya. Punggung tegap itu, kok sepertinya juga pernah ia lihat.

"Artiskah?" gumam Mira, kemudian mengedikkan bahu, tidak peduli. Ia kembali melanjutkan langkah ke arah kedai. Mungkin, akan membeli brownies kukus, blackforest, atau apa pun yang berbau cokelat.

Katanya, cokelat bisa mengembalikan mood jelek menjadi lebih jelek. Haduh, bercanda. Menjadi lebih baik maksudnya.

"Grace beneran putus dari Dannis, ya, padahal rencana pernikahan mereka kurang dari enam bulan lagi lho."

"Iya. Udah putus nyambung sejak lama sih, sejak beberapa bulan lalu, tapi kayaknya yang ini bakal serius."

Mira kembali menghentikan langkah. Menoleh ke arah dua perempuan yang duduk di salah satu meja depan kedai. Keduanya sedang mengaktifkan ponsel, mengarahkannya pada dua orang yang tampak terlibat cekcok di parkiran. Dan Mira baru sadar sekarang, jika hampir semua orang yang berada di sekitarnya, sedang intens menatap dan mengamati perdebatan itu.

"Grace kurang cantik apa coba, bisa-bisanya Dannis milih putus."

"Kamu nggak baca buletin sebulan lalu ya, Dannis keciduk jalan sama cowok. Sayang banget nggak sih, kalo ternyata dia gay."

Fall DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang