- Satu -

32.7K 1.2K 85
                                    

" nanananaana... Hmhhmhmhm.. nanananaana.. "

Seorang gadis tengah mematut dirinya sendiri di depan cermin lemari besarnya. Sambil bersenandung tanpa lirik namun berirama.

Rambutnya yang panjang melewati bahu ia biarkan terurai. Mengenakan seragam sekolah putih biru. Karena, hari ini merupakan hari pertama ia masuk sekolah baru.

Cklek

"Gre " seseorang yang membuka pintu kamarnya. Membuat gadis cantik yang ternyata memiliki gingsul itu menoleh. "Liat note Kak Ve gak ?" Tanya gadis cantik dengan paras vak bidadari.

"Note apa kak ?"tanya gadis cantik yang sejak tadi mematut dirinya di depan cermin.

"Yang biasa kak Ve bawa koas, warna biru laut " lanjutnya.

"Oh.. engga. Coba tanya kak Shania aja. Biasanya kan dia suka minjem barang orang terus lupa balikin " jawab Gracia.

Kakak nya itu hanya mengangguk, kemudian berlalu pergi. Gracia memilih untuk kembali merapikan dirinya untuk terakhir kali nya. Sebelum kemudian meraih tas dan berlalu keluar dari dalam kamarnya.

Ia menuruni anak tangga rumahnya nya dengan santai. Dengan sedikit berlari ia menuju ke arah ruang makan. Dan menyapa seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meski di umur nya yang hampir lima puluh.

"Pagi Mamanya aku yang paliiiinggggg cantik. Seperti aku " sapanya dengan nada riang dan juga bersemangat.

Sambil memeluk dan mencium pipi Wineke. Mamanya yang sedang menyajikan sarapan di meja makan.

"Pagi sayang, duh anak Mama paling bontot dan paling cantik rajin banget. Tumben sayang " ujar Wineke seraya menggodanya anak nya.

Gracia langsung memasang muka cemberut nya.

"Ish... Mama mah aneh, aku bangun telat di katain kebo. Bangun Awal di katain aneh, saah terus aku tuh " jawab Gracia dengan sedikit mendramatisir.

Sedangkan Wineke hanya mengulum senyum manis nya.

Gracia mengambil duduk di sebelah Mamanya. Ia mengikat dasi nya selagi menunggu dua kakaknya turun untuk sarapan bersama.

"Oya, nanti malam Papa Alan bakal datang. Jadi, tolong kalian gak ada yang keluar malam ini. Ya " pinta Wineke pada ketiga anak gadis nya.

Ia menatap satu persatu pada anak - anaknya. Pertama pada si sulung yang terlihat acuh tidak acuh menanggapi ucapan nya.

"Kamu gak koas kan, Ve ?" Tanya Wineke pada si sulung.

Veranda menatap Mamanya sejenak. Kemudian menggeleng sebagai jawaban nya. Membuat Wineke tersenyum.
"Shania ?" Alihnya pada Shania, gadis manis yang duduk di samping Ve dan memiliki chocochip di dagunya membuatnya terlihat semakin manis saja.

"Iya" jawab Shania dengan nada malasnya.

Wineke hanya tersenyum senang. Kemudian ia beralih pada Gracia yang hanya mengangguk. Si bungsu memang paling mengerti akan perasaan Mamanya. Ia tau kalau dua kakaknya tidak terlalu suka Mama menikah lagi.

Papanya Gracia telah meninggal saat umurnya masih 10 tahun. Dan Mamanya lah yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Membiayai sekolah nya dan juga dua kakaknya. Menjadi seorang ibu sekaligus ayah untuk ketiga putrinya.

Namun dua bulan yang lalu tanpa angin dan hujan. Mamanya meminta izin untuk menikah lagi. Dengan Alan Wira Tama. Seorang pengusaha tersukses di Asia.

***

Dengan hati riang dan gembira seperti biasanya. Seorang Gracia tengah menjadi pusat perhatian saat ini. Berdiri di depan kelas sedang memperkenalkan dirinya. Dan membuat semua mata tertuju padanya.

My Step sisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang