Hari yang tidak pernah di ingin kan oleh Gracia dan Shani pun tiba lebih cepat dari apa yang di bayangkan keduanya. Siapa yang akan menyangka jika, waktu berlalu begitu saja. Tanpa sadar juga segala persiapan sudah selesai semuanya, hanya tinggal menunggu waktu keberangkatan.
Dan semakin dekat dengan hari itu, Shani semakin cemas dan semakin ragu. Dirinya tidak pernah membayangkan jika nanti kedepanya bagaimana jika hari nya kembali tanpa seseorang di sisinya.
Tapi, lagi-lagi di semangatkan oleh sebuah impian yang baru dan menjadi lebih bertanggung jawab. Jalan yang telah ia pilih sangat lah sulit.
Bahkan sangat sulit, karena ia akan harus mempertaruhkan semuanya nanti. Suatu saat nanti, dia akan di paksa untuk memilih. Itu pasti, dan ia harus siap dengan segala resiko.Tapi, ia berharap. Berdoa, agar apapun pilihan nya nanti dia tidak akan kehilangan apapun. Apalagi orang orang yang ia cintai sekarang.
"Itu mukanya kenapa gitu?."
Papa Alan menunjuk pada Gracia yang memasang muka cemberut dan sedihnya sejak kemarin.
Shani yang sedang memeriksa kembali barang-barang nya jadi ikut menoleh ke arah Gracia."Belum apa-apa aku udah kangen." Gracia mulai berkata dengan rengekan.
Membuat Mama nya hanya bisa mendengus malas. "Sabar dong sayang, kan katanya mau nyusul taun depan." Ujar beliau menarik gemas pipi putrinya.
"Lama.. masih lama.. setahun itu lama... Hiks."
Papa Alan hanya bisa tertawa gemas dengan sikap putri sambungnya itu. Dan Shani hanya bisa menggeleng kepala.
Karena Papa dan Mama mereka ikut mengantar ke Bandara, mereka menjadi tidak bisa bebas menitip rindu.
"Udah semua nya?." Tanya Papa Alan pada Shani.
"Udah, pah." Jawab Shani.
"Yaudah, nanti sampai di sana Papa udah minta tolong Aunty Maria buat jemput dan nganter kamu ke Apartemen juga. Sama, semua keperluan kamu juga sudah di urus Tante." Ujar Papa Alan menjelaskan bahwa semua kebutuhan sang Putri sudah siap sedia.
"Makasih, Pah." Jawabnya.
Ia kemudian beralih pada Gracia, gadis cantik itu masih terlihat cemberut dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. Lucu sekali, sampai membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya. Dia melangkah maju, menarik tubuh Gracia dalam pelukkan.
Membuat Mama dan Papanya menatap dengan senyuman terkulum haru."Aku bakal kangen banget sama kamu." Bisik Shani.
Gracia semakin mengeratkan pelukannya. Menenggelamkan wajahnya dalam bahu Shani, dan akhirnya menangis disana. Membuatnya mengusap punggung Gracia yang bergetar karena menangis.
Perpisahan itu berlangsung begitu saja, ia akhirnya pergi meninggalkan keluarga dan kekasih untuk sebuah masa depan yang menjadi impian. Entah nanti bagaimana, dia tidak tau apa yang terjadi di depan sana. Dia hanya ingin berjuang. Mencoba berusaha untuk mencapai sebuah impian yang nyaris mustahil untuk dia lawan.
Namun, dia ingin mencoba. Jika nanti tidak berhasil dan gagal, dia tidak akan menyesal. Karena, ia telah berusaha dan berjuang.-----
TAMAT
HEHEHHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step sister
FanficBaca aja!!! Btw ini genre nya G x G Jadi,bagi yang tidak berkenan atau tidak suka. Sebaiknya jangan di baca nanti malah geli atau jijik sendiri. Hehe