Seorang pria berjas hitam tampak berjalan memasuki sebuah restaurant mewah. Pria itu menghampiri seorang gadis yang sedang duduk membelakanginya.
Pria itu membungkuk setelah menghadap gadis itu."Maaf nona saya terlambat. Tadi ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." Katanya dengan logat Indonesia yang aneh.
"Duduklah. "Perintah gadis itu. Setelah pria itu melakukan apa yang diperintahkan, gadis itu memulai pembicaraan. "Jadi bagaimana hasilnya?"
"Jennata positif adik kandung dari Lenata, nona."Jawab pria itu.
Sesaat, gadis itu menahan nafasnya sejenak. "Apa kau yakin? Kalau kau sampai salah memberiku informasi dan aku salah sasaran, kurasa kau tau akibatnya."
"Saya benar-benar yakin nona. Orang terpercaya saya sudah menyelidikinya. Saya berani mempertaruhkan hidup saya untuk ini." Pria itu menjawabnya dengan mantap.
Tidak ada tanggapan dari gadis itu selama beberapa saat. Lama kelamaan wajahnya yang sedari tadi kaku mencair perlahan-lahan. Bahkan gadis itu sudah menyunggingkan senyum hangatnya.
"Aku percaya padamu James. Kau adalah salah satu orang yang kupercaya. Baiklah kalau begitu, aku akan pulang dulu. Maaf mengganggu pekerjaanmu. Kirimkan salamku untuk dad."
Gadis itu hendak saja pergi kalau pria bernama James itu tidak menahannya.
"Ada yang harus saya sampaikan pada anda nona."Kata James.
Gadis itu mengernyitkan dahinya bingung."Ada apa?"Tanyanya.
"Ibu anda sudah mengetahui rencana anda. Beliau telah mengambil kesepakatan bersama dengan ayah anda untuk meminta anda berhenti dengan semua ini."Jelas James.
"Aku tidak mau."Kata gadis itu menahan marah.
"Tapi nona..."
"Kubilang tidak ya tidak!"Gadis itu berteriak. Sedetik kemudian dia merasa bersalah karena telah membentak pria di depannya itu. "Maaf."Katanya menyesal.
James tersenyum maklum."Tidak apa-apa. Saya mengerti. Hanya saja, tidak bisakah anda berhenti dan melupakan saja kejadian yang sudah lalu? Orang tua anda sangat khawatir nona."
Gadis itu tertawa mendengar perkataan James."Mereka? Khawatir? Yang benar saja!"
"Mereka sangat menyayangi anda."
"Kalau mereka menyayangiku, mereka tidak akan menitipkanku pada orang lain dan membiarkan yang lain mati begitu saja!"
"Nona..."
"James, aku mohon padamu. Tolong jangan membuatku membencimu hanya karena ini. Aku menyayangimu melebihi orang tuaku. Kau dan Catherine yang selama ini merawatku."Gadis itu mulai berkaca-kaca. "Jangan membuat ini menjadi sulit."
"Justru nonalah yang membuat sulit. Kalau saja nona ingin melupakan segalanya dan memulai hidup baru, itu akan menjadi sangat mudah."
"Tapi aku tidak bisa membiarkan orang itu bahagia, James. Dia telah mengambil satu-satunya keluarga yang kupunya."Isaknya.
"Lalu bagaimana dengan Jennata? Saya tau anda peduli dengannya."
Gadis itu tertegun. Benar. Bagaimana nasib Jenna nanti?
"Andrea..."Panggil James pelan.
Dia atau Rere kembali menatap James."Harus ada yang dikorbankan."
"Anda sudah terlalu banyak kehilangan nona."
"Satu kali lagi tidak akan berarti apa-apa James."
"Jennata orang yang baik. Bukankah dari dulu anda menyukainya? Anda hanya terlalu takut untuk berinteraksi nona. Sekarang saatnyalah anda kembali menjadi diri anda yang dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
Teen Fiction[Discontinued] Cerita ini ditulis beberapa tahun lalu saat penulis masih di bangku SMP. Tidak direkomendasikan bagi pembaca yang haus kesempurnaan.