8

406 30 6
                                    

Atha sudah tertidur sejak beberapa menit yang lalu. Bocah itu tertidur dengan pulas. Mungkin karena kecapean seharian bermain dengan Jenna dan kakak perempuannya.

Mama Adam dengan perlahan beranjak dari tempat tidur. Berusaha tidak menimbulkan banyak suara supaya si kecil tidak terbangun.

Wanita itu keluar dari kamar dan melihat ke arah Adam dan Jenna. Tersenyum mendapati anak dan 'calon mantu'nya berduaan. Selama batas-batas yang sudah disepakati antara dirinya dan Adam tidak dilanggar, Rani akan membiarkannya. Lagipula dia tau kalau akhir-akhir ini Jenna sedikit kurang mendapat perhatian dari Adam.

Entah apa yang sedang ada dipikiran anak laki-lakinya itu, tapi Rani cukup tau kalau tatapan Adam ke Jenna sedikit berbeda dari biasanya. Seolah-olah cinta Adam ke Jenna perlahan tapi pasti mulai pudar.

Tidak mau berpikiran aneh-aneh, Rina segera menuju dapur yang mejadi tujuan utamanya keluar kamar. Mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih untuk dibawanya ke dalam kamar seperti biasa.

Rina mengerutkan keningnya bingung saat melihat Echa mengintip dari belakang pintu kamarnya sambil senyum-senyum sendiri.

"Cha, ngapain?"Tanya mama.

Tapi yang dipanggil tetap senyum-senyum sendiri. Mamapun mengalihkan pandangannya kearah yang dilihat dan melotot saat mengetahui wajah Adam yang sudah sangat dekat di wajah Jenna.

"ADAM! JENNA! MASUK KAMAR MASING-MASING!"Seru mama sambil menutup kedua mata Echa.

Kalau saja Echa tidak mengintip, mama oke oke saja. Berpura-pura tidak melihat dan segera masuk ke kamar. Tapi masalahnya adalah anak perempuannya itu mengintip. Rani tidak akan membiarkan anak gadisnya itu melihat adegan yang tidak seharusnya dilihat oleh gadis seusianya.

Akibat seruan mama Adam tadi, Refleks Jenna menjauhkan tubuhnya dari Adam. Terlihat raut wajahnya yang semerah tomat. Sedangkan Adam menatap mamanya kesal.

"Mama ih! Adegan romantis itu tadi ma. Gagal deh."Gerutu Adam yang langsung mendapat jitakan dari Jenna. Gadis itu tidak habis pikir, bagaimana bisa dia punya pacar aneh seperti Adam.

"Tau nih. Padahal kan Echa lagi asik nonton."Echa ikutan nimbrung dengan kesal.

Mama mendengus. "Kamu ya masih kecil udah ngintipin orang pacaran aja. Gaboleh tau."Kata mama.

Echa hanya cemberut. "Kan asik. Secara langsung ma."

Ganti Echa yang mendapat jitakan dari mama. "Dibilangin kok." Mama menoleh ke Adam dan Jenna. "Lain kali liat-liat dong kak sekitarnya. Adeknya itulo ngintipin."

"Yee masa adegan romantis mau liat kanan kiri sih ma. Jadi nggak so sweet dong."Sahut Adam. "Lagian inikan bukan salah Adam. Echa tuh, siapa suruh ngintipin kita. Ya sayang ya?"Lanjut Adam sambil menarik Jenna mendekat. Yang ditarik malah mendorong Adam menjauh.

"Adam ih. Ada mama kamu itulo."Sungut Jenna.

Echa dan mama terkikik melihat adegan di depannya itu.

"Udah-udah, balik ke kamar masing-masing. Besok kita kan mau pergi jalan-jalan, jadi gaboleh bangun kesiangan."Kata mama.

"Yaelah ma, tadi kan belum sempet cium Jenna. Masa suruh balik ke kandang."Protes Adam.

Mendengar itu Jenna langsung mencubit lengan Adam keras. Bener-bener nih cowok gue. Batin Jenna malu. Tapi tetap saja pipinya memerah mendengar omongan Adam tadi.

"Aduh sakit  sayang. Kok aku dic... Awawaw mama!"Teriak Adam kesakitan saat mama menjewer telinganya.

"Ayo balik ke kamar sekarang."Kata mama sambil tetap menjewer telinga Adam dan menariknya menuju ke arah tangga.

Setelah Adam masuk ke kamar, Jenna juga langsung masuk ke kamar. Diikuti Echa dan mama Adam yang masuk ke kamar masing-masing.

*

Saat ini Adam dan keluarganya serta Jenna sudah berada di puncak. Mama, Echa, dan Atha sedang sibuk sendiri-sendiri. Sedangkan Adam dan Jenna menyelinap untuk jalan berdua.

Adam menggenggam tangan Jenna selama berjalan melewati kebun teh. Keduanya terdiam menikmati suasana.

"Kok dieman?"Tanya Jenna akhirnya setelah tidak kuat berdiam-diaman.

Adam menoleh."Masalah?"Tanyanya dengan raut wajah menyebalkan.

Langsung saja Jenna memukuli Adam dengan tangannya yang tidak digenggam oleh Adam. "Nyebelin banget sih!"

Cowok itu tertawa lalu menghadapkan tubuhnya di depan Jenna. Tersenyum lebar. "Kamusih, serius banget nanyanya."Katanya dengan senyum yang masih tersungging di bibirnya. Kini wajahnya sudah mendekat ke arah Jenna.

Jenna mengedip-ngedipkan matanya gugup. Tidak bisa bergerak dan matanya terkunci pada mata Adam sampai tanpa sadar Adam menciumnya sekilas. Gadis itu tetap tidak bereaksi.

"Itu tadi buat yang tadi malem gajadi."Adam tersenyum dengan manis.

"Aw!"Pekik Jenna saat Adam menyentil dahinya. Membuatnya kembali sadar.

"Yang itu buat reaksi imut kamu waktu dicium."Kata Adam lalu segera berlari menjauh. Takut kalau-kalau Jenna akan memukulinya lagi.

Benar saja, Jenna sudah teriak-teriak sebal sambil mencoba mengejar Adam. Yang dikejar malah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah gadisnya itu.

"Adam rese banget sih."Gerutu Jenna saat berhasil menangkap Adam. Merekapun duduk diantara pohon-pohon teh.

Tiba-tiba terlintas suatu ide di otak Jenna.

"Adam..."Panggil Jenna lirih.

Adam menoleh dan mendapati Jenna sedang menatapnya intens. Jantung Adam dag dig dug. Jarang sekali Jenna menatap seperti itu.

"Ke... Kenapa?"Tanya Adam gugup.

Jenna tidak menjawab. Gadis itu mulai mendekatkan wajahnya ke Adam. Batinya tertawa saat melihat Adam gugup. Rasain tuh. Wkwk.

Tapi ternyata Adam menutup matanya saat Jenna semakin dekat. Dan entah kenapa jantung Jenna menjadi deg-degan.

Seakan lupa dengan idenya tadi, Jenna ikut menutup mata dan membuat jarak diantara keduanya semakin tipis.

Jenna hampir mencium Adam kalau saja tidak ada suara seseorang yang selama ini memang selalu menjadi penghalang diantara keduanya.

"Adam?"

*************************************************
hayo siapa itu? bisa nebak kan? bisa kan?

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang