Jenna berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa saat melihat papanya berjalan keluar rumah.
"Papaaa tunggu Jenna!"Teriak Jenna dengab rusuh. Sebelum menghampiri papanya Jenna berlari menuju dapur dan mengambil selapis roti. Dia juga meminum susu yang sudah dibuatkan Bi Darmi.
"Pa, Jenna barengan sama papa ya berangkatnya."Kata Jenna saat sudah berada di ruang tamu.
Papa mengernyitkan dahinya bingung. "Bukannya kamu sama Adam?"
Jenna mengedikkan bahunya tidak peduli. Gadis itu masih kesal dengan Adam karena sejak semalam cowok itu belum juga menghubungi Jenna. Bahkan yang biasanya berisik kalau membangunkan Jenna lewat telfon juga tidak.
Sebenarnya dia sedikit khawatir, tapi Jenna terlalu gengsi menunjukkannya kepada Adam.
Papa menggelengkan kepalanya. Memang tidak jarang putrinya itu mendiamkan Adam. Tapi lucunya, gadis itu tidak bisa betah lama-lama mengabaikan Adam.
"Yaudah deh. Ayo berangkat, keburu telat nanti."Kata papa akhirnya.
"Makasih ya papaku yang ganteng."Jenna mencium kedua pipi papa.ya itu. Memang sudah kebiasaan Jenna mencium mama dan papa saat akan ke sekolah.
"Iyadong papa kan emang yang paling ganteng."Ujar papa Jenna dengan percaya diri.
Jenna berdecak. Papanya ini tingkat kenarsisannya tidak beda jauh denga. Adam.
Jam masih menunjukkan pukul 06.30 saat Jenna sampai di sekolah. Sekolah masih terlihat sepi. Pesuruhpun juga masih menyapu halaman.
Di kelasnya ada beberapa anak yang sudah datang, termasuk Rere. Senyum merekah di wajah Jenna.
Gadis itu menuju ke bangkunya dan duduk di sebelah Rere.
"Wah tumben lo jam segini udah dateng. Biasanya juga mepet."
Rere menghentikan kegiatan menulisnya dan tersenyum simpul.
Jenna bertepuk tangan dengan heboh mengetahui ini pertama kalinya Rere tersenyum. Aneh memang, tapi itu kenyataannya.
Rere mengernyitkan dahinya bingung melihat tingkah Jenna. "Kenapa lo?"
"Gapapa."Sahut Jenna sambil nyengir.
"Ck."Rere kembali fokus menulis dan memasang wajah dingin seperti biasanya.
"Lo lagi ngapain sih? Ngerjain pr bio ya?"Tanya Jenna. Tapi Rere tidak menanggapinya.
"Eh tugas kelompok kita gimana?"Jenna masih saja mencoba membuat Rere berbicara lagi.
Karena tetap tidak mendapat respon, Jennapun menyerah untuk bertanya. Dia lalu ikut mengeluarkan PR bionya yang belum selesai sepenuhnya. Dia berencana akan menyontek Santi.
Tepat saat itu Santi datang. Jenna langsung meminta buku tugas Santi.
"Lo ya, temen baru dateng nggak diucapin selamat pagi kek atau apa. Malah mau nyontek."Omel Santi. Tapi dia tetap memberikan bukunya ke Jenna.
Sebelumnya Santi melirik kearah Rere dan tersenyum sinis. "Jen, lo kalo mau cari temen ati-ati aja ya. Ntar jadi musuh dalam selimut aja."Sindirnya.
"Maksud lo?"Tanya Jenna nggak paham.
Santi hanya tersenyum simpul. Membuat Jenna semakin kepo.
"Gapapa, gue tado cuman asal ngomong aja kok."Kata Santi akhirnya. Jenna cemberut tapi tidak bertanya lagi dan memilih menyelesaikan PRnya sebelum bel bunyi.
Setelah mengambil buku dengan asal, Jenna memilih duduk di sebuah bangku pojok di perpustakaan. Ceritanya dia sedang sembunyi dari Adam.
Sejak bel masuk tadi ponselnya tidak berhenti bergetar. Telfon, Line, SMS, dan WA dari Adam menyerbunya. Sekarangpun Adam masih mencoba menelfonnya. Tapi Jenna sama sekali tidak berniat untuk mengangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
Teen Fiction[Discontinued] Cerita ini ditulis beberapa tahun lalu saat penulis masih di bangku SMP. Tidak direkomendasikan bagi pembaca yang haus kesempurnaan.