Mama Adam menatap anak laki-lakinya dengan murka. "Apa yang udah kamu lakuin ke Jenna Adam?!"Bentak Mama Adam sambil mengguncang bahu putranya. Marissa yang kebetulan ada dirumah mencoba menenangkan mamanya.
"Jawab mama, Adam! Kenapa kamu tega nyakitin Jenna hanya untuk kembali ke perempuan gatau diri itu!"Hati Adam terasa seperti diiris-iris mendengar mamanya murka. Dia hanya bisa diam sambil menatap mamanya sendu.
"Udah ma, jangan marahin Adam. Dia juga gasalah ma."Marissa berusaha menenangkan.
Mamanya melotot kearah Marissa. "Gasalah? Kamu tau Marissa, Adam tega membuat Jenna hancur hanya karena perempuan yang selalu sesuka hati datang dan pergi ke kehidupan adikmu itu!"
"Ma!"Marissa mulai meninggikan suaranya."Perasaan itu gabisa dipaksa. Kalau memang Adam masih suka Rere, kita gabisa apa-apa ma. Biarin mereka bersama." Tidak. Marissa tidak akan pernah rela Adam bersama dengan Rere. Sejak dulu, Marissa tidak menyukai Rere. Entah karena apa. Marissa hanya tidak suka melihat Rere mendekati adiknya dan mempermainkan perasaan adik laki-lakinya itu.
Tapi ia lebih tidak rela kalau Jenna menjalani hubungannya dengan Adam tanpa ada rasa cinta. Dia tidak akan pernah tega Adam untuk dua perempuan. Daripada melihat Jenna menderita, lebih baik Jenna dan Adam berpisah.
"Mama gamau tau. Sampai kapanpun mama gak akan merestui hubungan kamu dengan Rere. Jangan harap kamu bisa berbicara dengan mama sebelum kamu dan Jenna bersama lagi."Putus mama sebelum melenggang pergi.
Adam mengacak rambutnya frustasi. Tidak menyangka semuanya akan menjadi serumit ini.
Marissa menepuk bahu Adam. "Lakuin sesuka kamu. Kamu boleh sama Rere, tapi jangan pernah lagi sentuh Jenna. Kakak gapeduli kamu adik kakak atau bukan, kalau kamu sampai menyakiti Jenna lagi, kakak ga akan anggap kamu sebagai adik kakak."Nada bicaranya memang tenang, tapi orang asingpun akan tau kalau yang diucapkan Marissa bukan hanya sebuah bualan. Kesekian kalinya, Adam menghembuskan nafas pasrah dan berjalan dengan lesu menuju kamarnya.
*
"Ada satu lagi yang perlu lo ketahui. Ini soal kakak lo. Soal... Lena."
Kalimat Mitha barusan berhasil menarik perhatian Jenna. Keningnya berkerut samar. "Kenapa Lena?" Tanyanya penasaran.
Mitha membuang nafas berat. Menyusun kata-kata terbaik supaya nantinya tidak membuat sahabat didepannya ini semakin shock.
"Jadi..."Lagi, Mitha menarik nafas panjang. Membuat Jenna tidak sabar. "Lena dulu adalah teman kakaknya Rere yang sekarang udah meninggal."
"Rere punya kakak?"Jelas Jenna terkejut mendengar fakta ini. Selama dia mengenal Rere, tak sekalipun Rere menyinggung tentang saudara kandungnya. Tentu saja Jenna berfikir kalau Rere adalah anak tunggal.
Mitha hanya menganggung sebagai balasan.
"Terus... Apa ada hubungannya tentang semua ini??
Lagi, Mitha mengangguk."Ada. Penyebab kematian Oliv itu.... Lena."
Jenna menganga. Apa-apaan ini? Bagaimana bisa kakaknya tega membunuh orang? Kepala Jenna menjadi berdenyut-denyut mendengar fakta aneh ini."Jelasin ke gue maksud semua ini Mit."Pinta Jenna lemah.
"Oliv, kakak Rere itu tinggal di Amrik bersama mamanya. Dia kebetulan satu sekolah sama Lena, kakak lo. Sebenernya waktu awal-awal ajaran baru Oliv temenan baik sama Lena, cuman... Cuman semua mulai berubah waktu Oliv ditembak sama seorang cowok. Namanya Martin. Ternyata selama ini Lena suka sama Martin dia ga terima ngeliat Oliv jadian sama Martin.
Lo tau kan kalo Lena populer di sekolahnya? Dia manfaatin itu. Dia ngejebak Oliv, sampe buat Martin mutusin Oliv. Lena juga suka nge-bully Oliv. Dari informasi yang gue dapet, Lena nge-bully Oliv sampai parah banget. Karena gakuat dapet perlakuan gaenak oleh Lena dan temen-temennya, ditambah dia dikucilkan sama orang satu sekolah, Oliv depresi. Dia bunuh diri."
Jenna menutup mulutnya terkejut. Otaknya tak sampai hati mencerna berita ini. Ia memang tau kalau salah seorang teman Lena meninggal. Tapi dia tidak pernah berfikir kalau penyebabnya adalah kakaknya sendiri.
Sebulir air mata menetes dari matanya. Kenapa semuanya menjadi serumit ini? Kenapa...
"Jadi Rere deketin gue sama Adam buat...buat..."Jenna tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
Melihat sahabatnya sesang terguncang, Mitha memeluk Jenna erat. "Gue gatau soal itu Jen. Yang jelas kecelakaan terakhir yang nimpa kakak lo itu Rere dalangnya."Kata Mitha.
Jenna semakin menangis. Kenapa semuanya begitu berkaitan? Kenapa takdir dengan kejamnya mempertemukan mereka dengan keadaan seperti ini? Kenapa Tuhan begitu mempermainkan hidupnya?
"Lena... Apa dia...?"Tanya Jenna masih dalam rangkulan Mitha. Mitha hanya mengangguk.
"G-gue harus hubungi Lena."Jenna melepaskan pelukan Mitha dan meraih ponselnya yang tergeletaj di nakas. Namun Mitha menahannya.
"Kakak lo ada di Indo. Dia lagi dirumah Jen. Sekarang lo istirahat dulu dan gue janji besok kita akan pulang."Tegas Mitha tak terbantahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
Teen Fiction[Discontinued] Cerita ini ditulis beberapa tahun lalu saat penulis masih di bangku SMP. Tidak direkomendasikan bagi pembaca yang haus kesempurnaan.