Jenna's pov
Matahari baru saja kembali ke peraduannya, dan aku masih tetap duduk sendiri di bangku taman yang mulai sepi pengunjung. Memang tadi ramai sekali oleh anak-anak yang bermain di sini. Tapi karena sudah petang, para orang tuapun mengajaknya kembali kerumah.
Fikiranku melayang-layang mengingat kejadian beberapa hari yang lalu saat aku dan Adam sedang jalan berdua.
Flashback on
Ini sudah ketiga kalinya ponsel Adam berdering. Sedangkan si empunya tak kunjung kembali dari toilet. Karena gemas, Jennapun terpaksa mengambil ponsel Adam yang memang sengaja ditinggalkan di meja saat akan pergi ke toilet tadi.
Ini memang bukan pertama kalinya Jenna membuka ponsel Adam, tapi Jenna memang tidak pernah menjadi pacar yang protektif yang selalu ingin mengecek ponsel pacarnya setiap saat. Bahkan dirinya sudah lupa kapan terakhir kali dia memegang ponsel Adam.
Namun akhir-akhir ini sesuatu dalam dirinya memaksa untuk mengecek apa saja yang ada di dalam ponsel kekasihnya itu. Bukan apa-apa, dia hanya merasa ada sesuatu yang disembunyikan Adam. Ditambah tingkah Adam yang selalu sibuk dengan ponselnya saat berduaan dengan Jenna mau tak mau membuat Jenna menjadi tambah penasaran.
'cuman ngecek siapa yang telfon kok' Jenna berkata dalam hatinya. Tapi dia tau dia tidak hanya akan mengecek satu hal.
Jenna mengetikkan sejumlah kode yang sudah dihafalnya di luar kepala. Gotcha! Ia dalam hati bersyukur Adam tidak mengganti kode sandi ponselnya.
Dengan jantung berdebar-debar Jenna membuka 3 missed calls yang terteradi layar ponsel. Keningnya berkerut mendapati nama Rere terpampamg di sana. Tiba-tiba perasannya tidak enak.
Setelah memastikan Adam tidak akan kembali dalam waktu dekat, Jenna menekan tombol pesan. Betapa terkejutnya dia mendapati sebagian besar pesan yang masuk maupun keluar adlah dari Rere.
Tangannya gemetar saat membuka percakapan mereka. Jantungnya serasa berhenti berdetak mendapati isi dari percakapan mereka.
Rere: Adam?
Adam: ya?
Rere: lo lagi sibuk ga?
Adam: lumayan. Ada apa?
Rere: i miss you and i want to meet soon:(
Adam: ck this girl-_- nanti jam 7 mau gue jemput?
Rere: kenapa ga sekarang? Gue kamgen lo sekarang, bukan nanti.
Adam: you know why:)
Rere: oh haha. Have fun aja ya
Adam: hm. So?
Rere: what?
Adam: jam 7?
Rere: k.
Adam: i'm sorry:(
Rere: oke haha. Harusnya waktu itu gue ga sia-siain lo supaya sekarang kita gaperlu susah susah buat ketemu:)
Adam: re...
Rere: forget it:) sampe nanti jam 7
Adam: okay then. Miss ya.
Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Jenna. Otaknya terus menolak fakta yang baru saja terkuak. Namun hati kecilnya tau, kejadian barusan adalah nyata.
Seketika potongan-potongan puzzle yang selama ini ada menyatu dan menghancurkan keraguannya. Sikap Adam dan Rere yang selalu aneh saat mereka berdua bertemu. Sikap Rere yang selalu murung saat melihat Jenna berduaan dengan Adam. Sikap Adam yang selalu menjaga jarak dengannya saat ada Rere. Dan ketidakpedulian Adam akan kehadirannya dan lebih memulih berkutat dengan ponselnya setiap detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side
Teen Fiction[Discontinued] Cerita ini ditulis beberapa tahun lalu saat penulis masih di bangku SMP. Tidak direkomendasikan bagi pembaca yang haus kesempurnaan.