2

491 56 10
                                    

"Re!"

Rere menoleh. Dan saat itu pandangan keduanya bertemu.

Adam menghentikan langkah dengan tiba-tiba, tanpa sadar melepaskan tautan tangannya dengan Jenna.

Di lain sisi, tatapan Rere hanya terpaku pada cowok yang sekarang sedang berdiri beberapa meter dihadapannya.

Jenna yang tidak mengerti situasi berjalan ke arah Rere. "Hey jalan sendirian aja. Yuk barengan sama gue ke kelasnya. Ohya kenalin dia...Rere!"Seru Jenna saat mendapati Rere berjalan pergi meninggalkannya.

Jenna hanya menghela nafas dengan kepergian teman sebangkunya itu. Diapun berjalan menghampiri Adam, yang tanpa sepengetahuannya masih menatap kepergian Rere.

"Adam? Oi!"

"Eh? Apa?"Tanya Adam linglung.

"Lo kenapa sih kok aneh gitu?"

"Nggak apa-apa kok. Oh iya J, aku duluan ya. Kamu gapapakan jalan sendiri ke kelas? Sampai nanti."Tanpa menunggu jawaban dari Jenna, Adam langsung melenggang pergi.

Jenna berjalan ke bangkunya. Disana sudah ada Rere yang sedang membaca novel. Jennapun mencoba berbasa-basi.

"Eh lo tadi sekolah naik apa?"

"..."

"Lo tinggal dimana sih?"

Rere tetap sibuk membaca. Tapi Jenna tidak mau menyerah.

"Udah ngerjain tugas fisika?"

"..."

"Dulu lo kenapa pindah? Kan sayang banget udah mau UN."

Hampir saja Rere menggebrak meja kalau saja bel tidak berbunyi. Dia menutup novelnya dan bersiap menyiapkan buku pelajaran.

"Nanti ke kantin bareng yuk."Tawar Jenna, yang sekali lagi diabaikan oleh Rere.

Saat istirahat, Jenna, Angga, dan Santi pergi ke kantin. Rere yang sedari tadi dibujuk Jenna tetap menolak.

Setelah memesan makanan masing-masing, ketiganya duduk di sebuah meja yang kosong.

"J, emang bener ya si Rere tuh temen lo SD?"Angga membuka topik.

Jenna mengangguk."Dia dulu pindah ke sekolah gue waktu kelas lima. Trus tiga bulan sebelum UN dia tiba-tiba pindah gitudeh."

"Tapi kok dia sikapnya kayak nggak kenal lo gitu."Sahut Santi.

"Si Jenna SKSD kali."Sambung Angga.

Mendengar itu, Jenna langsung manyun."Enak aja."Sungutnya.

"Dari SD dia emang gitu ya?"

"Iya. Dia selalu menyendiri gitu. Kalau dideketin langsung pergi. Makanya anak-anak waktu itu jadi males buat ngajak Rere ngobrol."

"Jelas lah, setiap ada yang deketin dia langsung ngeluarin aura serem. Mana ada yang berani. Kecuali lo sih, Jen."Komentar Santi.

"Gue yakin walaupun gitu sebenernya dia baik. Cuman dia terlalu menjaga jarak aja sama orang."Bela Jenna.

Mendengar hal itu, Angga dan Santi hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Bagi mereka, buat apa susah-susah cari teman kayak gitu? Yang lain masih ada kan.

***

Sudah hampir setengah jam Jenna menunggu taksi lewat, tapi tidak ada satupun yang terlihat. Kalau saja Adam tidak ada rapat OSIS yang menurut gadis itu menyebalkan, pasti dia tidak perlu capek-capek menunggu.

Tak berapa lama Jenna berhasil mendapat taksi. Sebelum pulang, dia menyempatkan bertemu teman-teman SMPnya dulu.

"Hei apa kabar kalian-kalian wahai para makhluk astral?"Sapa Jenna saat sudah bertemu dengan keempat teman lamanya itu.

"Jenna!"Pekik Andin, salah satu dari keempatnya.

Beberapa menit kemudian. mereka sudah asyik bergosip.

"Kalian tau nggak, masa kak Aldo tuh kece abisss."Curhat Deva berapi-api.

"Yah lo mah semua cogan yang terlihat dikata kece. Kemaren bilangnya Anji terganteng sepanjang masa."Sela Dina. Kebetulan Deva dan Dina satu kelas di sekolahnya yang sekarang.

"Tapi yang ini serius Din. Kayaknya gue jatuh cinta deh sama kak Aldo. Lagian lo, ngecengin Dimas tapi gapernah dilirik doi."Ejek Deva.

"Huu kalian mah bisanya deketin doang tapi gabisa ambil hatinya. Kayak gue dong, gaperlu tebar pesona udah ada yang nguber-nguber."Timpal Mitha, satu-satunya teman yang satu sekolah dengannya.

"Pacaran gapernah kasih PJ aja bangga."Sahut Jenna.

"Elah lo juga kali Jen, masa pacaran hampir setahun PJ masih dua kali."Kata Andin.

"Haha biarin. Kan yang penting masih ngasih."

"Trus lo sendiri gimana Ndin, masih sama itu cowok? Aduh siapa namanya gue lupa."Tanya Dina.

"Dima? Nggaklah. Kita baru putus bulan lalu."Jawab Andin acuh tak acuh.

"Kalo respon lo gitu bisa ditebak kalau lo udah punya gebetan baru."Tembak Deva. Andin hanya nyengir kuda.

"Jiwa player lo masih ada ya ternyata."Kata Jenna.

Dari dulu memang Andinlah yang paling sering gonta-ganti pacar. Gadis itu tidak pernah berpacaran dengan seseorang lebih dari tiga bulan. Dan anehnya selalu dia yang mutusin saat ketahuan selingkuh. Malah mantan-mantaya tidak ingin diputuskan dan rela kalau Andin punya selingkuhan.

"Ngomong-ngomong lo tadi kesini nggak dianter Adam?"

"Nggak. Dia sibuk."Jawab Jenna seadanya.

"Tapi masih perhatian kan?"Deva mengedipkaan sebelah matanya.

"Apanya. Dia tuh jadi nyebelin banget tau nggak. Pengen gue telen kadang."Gerutu Jenna.

"Emang dia kenapa?"Tanya Andin. Gadis itu menang selalu tertarik kalau Jenna menceritakan hubungannya dengan Adam. Menurutya, keduanya sangat konyol kalau sudah bertemu.

"Yagitu. Masa kemaren dia nggak jemput gue buat ke sekolah. Mana gue lupa lagi kemaren itu hari pertama masuk."

Keempat sahabatnya itu ngakak mendengar cerita Jenna. Deva bahkan sampai tersedak jus alpukatnya.

"Ya ampun Jen, ternyata lo masih aja pikun ya."Komentar Andin.

Jenna hanya mendengus melihat teman-temannya itu menertawakan dirinya.

"Eh gimana kalau bulan depan kita liburan lagi. Udah lama nih nggak pergi bareng."Usul Mitha.

"Kemana?"Tanya Jenna.

"Eung... Puncak?"

"Boleh juga tuh! Ngajak pacar boleh kan?"Tanya Andin semangat.

"Nggak."Dina menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Yah kenapa?"Protes Andin, Jenna, dan Mitha.

"Plis deh kalian sih enak udah taken. Nah kita berdua? Masa dikacangin. Lagian kan ini acara kita, jadi cuman kita berlima aja yang akan pergi. No boys."Tegas Dina.

Akhirnya semua setuju untuk tidak mengajak pasangan masing-masing.

Tanpa sengaja Jenna melihat Rere yang sedang berjalan menuju ke salah satu meja di tempat itu. Sekali lagi Jenna menajamkan penglihatannya dan memastikan kalau yang dilihatnya itu adalah Rere.

Baru saja Jenna akan melangkahkan kakinya menghampiri Rere, gadis itu mendengar ponselnya berdering.

Adam calling...

Jenna menjawab panggilan telfon itu sambil mengamati Rere yang duduk di meja paling sudut. Sesaat setelah pelayan mengantarkan pesanan ke meja gadis itu, dia kembali larut dalam lamunannya.

*************************

Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang