12 - Sepatu [Spesial Taeyong's Birthday]

5.8K 574 117
                                    



Kita adalah sepasang sepatu~

Selalu bersama, tak bisa bersatu~

                                          -Tulus, 2013



-------------

"Hyung."

"Hm, Renjunnie?"

"Happy birthday."

"Xie xie?"

"Hehehe."

Taeyong ikut terkekeh mendengar tawa ringan Renjun di seberang sana. Ia kira siapa lagi yang pagi-pagi buta meneleponnya hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Ada sih, beberapa manusia kurang kerjaan seperti Doyoung, Johnny, dan orang-orang lainnya yang sialnya, masuk NCT 127. Katanya mereka mau memberi kejutan. Kejutan apaan? Taeyong cuma ingin ulang tahunnya dirayakan seperti Taeil.

"Kamu belum tidur?"

"Sudah."

"Jangan bohong, aku tahu kamu masih latihan."

"Hehe, aku rindu hyung."

"Mengalihkan pembicaraan lagi?"

"Ah, bahkan di telepon pun aku tidak bisa bohong ya?"

"Jadi, kenapa kamu belum tidur? Rasanya aku sudah titip pesan ke Kun untuk membuatmu tidur di bawah jam 11 malam."

"Kun-Ge tidur duluan. Kecapaian. Lagipula aku masih harus melatih beberapa gerakan."

"Gerakanmu udah bagus kok. Istirahat saja dulu. Jangan sampai kamu cedera karena terlalu letih."

"Aku tahu hyung. Lagipula itu cuma salah satu alasanku saja kok."

"Salah satu? Alasan kedua?"

"Hyung... Wo ai ni."

Taeyong menutup matanya, ia bisa membayangkan wajah manis Renjun saat mengucapkan tiga kata sakral itu. Ah, pasti menggemaskan. Ia kemudian menyingkap selimutnya dan memperlihatkan kakinya yang telanjang. Di ujung ibu jari kakinya, tertera tiga angka yaitu 260. Itu adalah angka yang menunjukkan ukuran kaki belahan jiwanya, seperti Cinderella.

Taeyong sudah terkekeh ringan merasakan pipinya memanas sesaat.

"Wo ye ai ni, Renjunnie."    

"... Hyung?"

"Ya?"

"Ulang tahun ini, mau hadiah apa?"

"Cukup kamu menemani hyung memasak di dorm 127."

"Ah, baiklah."

"Kamu tidak mau tidur?"

"Sekarang."

"Ya sudah. Renjunnie, selamat tidur. Mimpikan hyung ya, sayang."

"Hm-um, Tiwai hyung, selamat bekerja, akut tidur dulu, hmm."

Tuuutt. Sambungan telepon terputus dan Taeyong masih saja senyum-senyum. Telepon dari Renjun yang sedang kelelahan sesungguhnya membuatnya tidak waras. Dengan volume suara yang kecil, vokal yang sebenarnya berat tapi ketika ia berbicara dengan nada yang lemah, terdengar sangat manis, ditambah gumaman kecil yang membuatnya ingin segera memeluk karena gemas. Belum lagi desahan halus yang lolos dari helaan napasnya yang membuat Taeyong menyayangkan kenapa bocah itu masih belum legal juga. Ya, hanya mendengar suara bocah itu lewat telepon sudah cukup membuatnya melayang. Hanya sesaat, karena tepat ketika ia menutup teleponnya, seseorang berbisik dengan nada yang sangat menyebalkan di telinganya.

MOMENTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang