Setelah berpamitan, aku mengambil tasku dan bergerak ke lobi kantor. Aroma hujan langsung menyeruak ke indera penciumanku saat aku membuka pintu lobi.
Menunggu beberapa saat hingga hujan sedikit mereda tidak akan membuang waktuku terlalu banyak. Halte juga tak terlalu jauh sebenarnya. Hanya saja, di saat seperti ini aku menikmati setiap tetesan air hujan dengan segala memori yang pernah terjadi.
"Hujannya deras, ya." Aku menoleh ke arah sumber suara. Ia tersenyum padaku. Aku berhalusinasi.
"Dek, kok Mas dicuekin?" Bayangan Mas Ares bisa bicara. Aku kembali menoleh. Melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Saat aku melihat wajahnya, ia tersenyum lagi.
"Mas?"
"Iya, sayang."
"Ini Mas Ares?"
"Iya, Nyonya Ares."
"Kok mas di sini? Mas bukan genderuwo kan?"
Ya Allah, Ta. Mana ada genderuwo ngaku genderuwo.
"Passwordnya mas?"
"Boleh mas ngetok di kaca lobi kantormu?" Ujarnya membuatku percaya ia memang suamiku.
"Katanya dua hari lagi ke sini? Kok malah udah dateng?" Mas Ares membuka payungnya sambil tersenyum jahil.
"Mas nggak tahan.."
Aku menatapnya tajam. Otaknya dan mulutnya bisa-bisanya seperti ini.
"Ih, otaknya mikir aneh-aneh. Mas nggak bisa nahan kangen.. Yuk, pulang. Mas jalan kaki loh ke sini. Biar bisa berdua sama kamu di jalan lama-lama."
"Mas..."
"Apa?"
"Kangen tau nggak sih. Kangen coklat bar.."
"Jangan godain mas, Dek.."
Tbc
Kangen update.. udah gitu doang...
KAMU SEDANG MEMBACA
How If....? (Silence Is My Way Admire)
Short StoryAku adalah pemimpi yang selalu bersembunyi. Caraku mengagumi seseorang adalah diam. Menyakitkan, tapi aku menikmatinya.