Juna || Is it worth enough? (3)

844 95 15
                                    


(F/N) dan Harry resmi pacaran. Tepat seminggu setelah acara dinner mereka, Harry menyatakan perasaannya dengan sangat romantis.

Dan (F/N) benar-benar sudah tidak memikirkan Juna saat itu.

***

Tepat setelah dua bulan mereka pacaran, akhirnya Harry memiliki keberanian untuk bertanya soal cincin itu.

Mereka sekarang sedang tertidur pulas di atas ranjang Harry, dengan Harry yang memeluk (F/N) dari belakang. "Apakah kamu akan melepas cincinnya?" Suara Harry memecah keheningan di kamarnya sendiri itu.

Badan (F/N) yang tadinya rileks sekarang menjadi tegang, dengan spontan (F/N) memutar badannya, menghadap Harry. "A-Aku—" Suara (F/N) terdengar sangat kacau dan ragu.

"Tenang, sayang. Itu hanya sebuah pertanyaan, aku tidak bermaksud untuk bertanya siapa yang kamu cintai." Jelas Harry lalu megeratkan pelukannya ke tubuh mungil (F/N) yang mulai bergetar.

(F/N) tahu seharusnya ia meminta cerai. Mereka sudah hilang kontak selama enam bulan, dan seharusnya mereka sudah cerai sekarang. Tapi entah kenapa, setiap (F/N) ingin melakukannya dia tidak bisa. Entah karena dia takut atau masih memiliki harapan untuk Juna.

Ini tidak baik. Dia tidak bisa melakukan hal seperti ini. Ini terlalu tidak adil untuk Harry. Tapi, Juna... Dia tidak mengerti lagi dengan dirinya yang sangat rumit ini.

Tak berapa lama, air mata (F/N) keluar. "Aku— m-maaf— kamu,  J-juna—" Kata (F/N) dengan sambil menangis di pelukan Harry."

"Hei, hei, tenang, dear. Aku tidak memintamu untuk langsung menjawabnya. Ikuti saja apa kata hatimu, aku tidak masalah jika kamu ingin kembali ke dia— selama kamu bahagia, aku tidak masalah." Harry berbisik di telinga (F/N) dengan lembut, yang membuat (F/N) semakin merasa bersalah.

Dan semalam itu dihabiskan dengan (F/N) yang menangis dipelukan Harry, selagi Harry terus membisikkan untuk tidak memikirkannya.

***

Suatu pagi yang cerah, (F/N) sedang sibuk bermain laptopnya sementara Harry berada di dapurnya— entah memasak atau sedang meminum kopi.

"(F/N)! Ada yang mau ketemu kamu!" Teriakkan Harry mengejutkan (F/N) dan dia langsung berdiri dan berjalan ke lantai bawah, menuju dapur.

"Apa—" Kalimat (F/N) terputus ketika ia melihat orang yang sangat tidak ingin dia temui.

Juna.

Waktu seakan-akan berhenti untuk (F/N) sebelum kembali sadar ketika Harry menepuk pundaknya dan menbisikkannya untuk berbicara dengan Juna dan pergi keluar rumah.

"H-hai." Sapa Juna, sambil menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal itu. Suara itu. Suara yang sudah tidak (F/N) dengar selama enam bulan.

Akhirnya setelah mendapatkan kembali dirinya yang kaget, ekspresi (F/N) langsung berubah menjadi dingin. "Apa yang kau lakukan di sini? Setahuku rumah ini tidak terbuka untukmu." Kata (F/N) dengan nada tidak suka yang terdengar jelas di kalimatnya.

"A-aku ingin meminta maaf—" (F/N) membuka mulutnua untuk menginterupsi Juna, tapi dia menyadarinya terlebih dahulu. "Biarkan aku menyelesaikan ini. Aku minta maaf— aku tahu apa yang aku lakukan salah dan kamu mungkin tidak akan memaafkanku, tapi aku benar-benar menyesal." Jelas Juna, sambil menahan air matanya. "A-aku tahu. A-a-aku tahu ini sudah terlambat enam bulan, t-tapi setiap hari, aku merasa berasalah. Aku benar-benar menyesal." Tambah dia, yang kini air matanya sudah berjatuhan dan dia berusaha menutupinya dengan tangannya.

Badan (F/N) gemetar. Dia tidak bisa terus mendengarkan ini— atau tembok yang sudah ia buat selama enam bulan ini akan hancur. (F/N) berjalan mundur dengan perlahan.

304th Study Room!!! One-shot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang