MKT (8)

1.1K 57 9
                                    

Lho, koq masuk ke ruang keluarga?”, tanyaku penuh heran kepada Abdullah. “Yah yang ngajak dinner suami isteri, mau gimana lagi?”, dengan sigap Abdul menjawab.

Di meja makan sudah ada orang paruh baya yang menunggu kami, mereka adalah pasutri. Setelah kami mengucapkan salam, kami dipersilahkan untuk duduk.

Sebelum duduk Abdul mencium tangan kedua pasutri itu. Aku hanya mencium tangan yang laik-laki, sedangkan yang perempuan aku hanya menyalaminya dengan isyarat dari jauh sambil menyunggingkan sedikit senyum di ujung bibirku. Nampaknya aku pernah melihat kedua pasutri di hadapanku ini, tapi entah kapan dan di mana aku tak mengingatnya hingga akhirnya Abdul memperkenalkan mereka berdua kepadaku.

Abdul: “Bang, kenalin ini Abah sama Ummi”.
Aku: “Salam kenal Abah, Ummi, saya Imam temannya Abdul di asrama”.

Oh pantas saja aku seperti pernah melihat mereka. Sejak 5 tahun terakhir pertemananku dengan Abdul di FB, Abdul sering mengirimkan foto keluarganya saat travelling ke luar negeri atau sedang umroh.

Abah sama Umminya memiliki usaha Travel Haji Umroh. Hanya saja baru 1,5 tahun ini aku benar-benar dekat dengan Abdul lantaran kami kuliah di tempat yang sama bahkan tinggal satu kamar di asrama. Sedangkan dahulu hanya sekedar chat saja karena posisinya di Bogor dan aku di Cirebon.

Sejak dahulu Abdul banyak cerita tentang keluarganya kepadaku. Dia dan keluarganya Al-Hamdulillah kesemuanya hafal Al-Qur’an. Mereka adalah orang betawi yang tinggal di perumahan elit di kawasan Cibinong – Bogor. Sejak kami tinggal satu kamar, kami semakin akrab. Bahkan Abdul sudah tak anggap sebagai adik sendiri malah.

Abah: “Jadi ini yang namanya Imam yang sering diceritain Abdul”.

Aku hanya menyunggingkan senyum di bibirku seraya menatap wajah Abah Abdul yang berwibawa dan penuh karisma.

Abah: “Salam kenal nak Imam, saya Fauzan dan ini istri saya Fauziyah”.
Ummi Abdul terlihat begitu ramah menatapku dari seberang meja, aku hanya menganggukkan kepalaku.
Ummi: “Nak Imam jauh lebih ganteng ya dari yang ada di foto...”
Dengan disambut sedikit tawa, suasana kekeluargaan makin akrab mengikat kami.

Perkenalan dan obrolan ringan berjalan lancar. Oh ternyata mereka baru saja pulang Umroh sekalian mampir ke Yaman. Mereka udah 2 hari di Yaman. Sejak 2 hari yang lalu, mamangnya Abdul yang kuliah S2 di Al-Ahgaff menemani mereka berkiling Tarim, Seiwun dan ‘Inat. Pantas saja saat kutanya ke Abdul kenapa mamangnya gak jemput kita dia jawab lagi ada urusan di luar kota. Oh, ternyata si mamang sedang menemani Abah dan Umminya Abdul, ok lah kalau begitu.

Obrolan ringan terus mengalir di antara kami, sedangkan Abdul malam ini tak seperti biasanya hanya menjadi pendengar setia dari awal hingga akhir. Aku sudah biasa bergaul dengan lawan biacara yang usianya jauh di atasku sejak mondok di Cirebon. Bahkan sebagian kenalan akrabku adalah pengusaha-pengusaha besar di Cirebon, baik pemilik rumah makan, show room mobil, peternak ayam dll.

Sebelum mengangkat tema pembicaraan yang agak lebih serius, Abah menanyakan mau mesen apa kepadaku. Aku hanya memilih Nasi Briyani, Fahm Dajaj [Ayam Bakar] dan Ashir Avocado [Jus Alpukat]. Abdul mesen Nasi Putih, Brust Dajaj [Fried Chiken] dan Ashir Musyakkal [Mixed Juice]. Sedangkan Abah dan Ummi Abdul hanya memesan Nasi Bukhari, Lahm Mandi [Daging Kambing Muda yang dioven], 2 Ashir Lim [Lemon Juice] dan satu Ashir Farawalah [Strawbery Juice].
Setelah selesai memesan, dengan memasang mimik sedikit serius Abah mengajukan beberapa pertanyaan padaku: “Nak Imam kapan wisuda?”

Aku: “Insya Allah setahun lagi Bah”, ucapku dengan mantap.

Abah: “Nanti kalo udah wisuda mau lanjut ke mana?”

Mendadak Ke TarimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang