TAK TAHU JODOH Part1

903 29 0
                                    


#Tak_Tahu_Jodoh

Part1

Pukul 8 pagi waktunya aku bersiap untuk pergi ke kampus. Setelah membantu aktifitas Ibuku di warung nasi uduknya hari ini. Kebetulan rumah kami berada di pinggir jalan, jadi sangat pas ketika halaman rumah di jadikan sebagai warung nasi uduk untuk Ibu ku.

Sepeninggal ayahku kami hanya tinggal berdua, aku dan Ibu berjuang untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Dan dari warung nasi ini lah aku bisa melanjutkan jenjang pendidikan ku disebuah kampus terkenal di kotaku.

Ketika aku sedang memakai kaus kaki dan sepatu di teras rumah, aku mendengar ibu sedang berbicara dengan pelanggannya.

Sepasang suami istri yang kulihat tidak seperti orang biasa, sedang menikmati nasi uduk buatan Ibu, sambil ditemani ngobrol oleh Ibuku yang sudah santai karena nasi uduknya telah habis.

"Ini loh Dinda, yang tadi saya ceritakan kuliah dengan mendapat beasiswa itu. Dinda ini Bapak, Ibu Burhan. Katanya anak mereka satu kampus dengan kamu," Ibu memperkenalkan aku kepada keduanya dengan begitu bangga seperti yang biasa dia lakukan.

Aku mencium tangan Bapak dan Ibu Burhan, sebagai tanda perkenalan ku kepada mereka.

"Anak yang cantik, dan manis. Kamu kenal Rayhan, dia anak semester akhir tahun ini?" Seorang wanita yang dipanggil Ibu Burhan bertanya kepadaku dengan penuh antusias.

"Berarti Rayhan itu seniorku ya, saya baru tahun kedua di kampus. Tapi mungkin kalau saya lihat orangnya, mungkin saya kenal," Jawabku jujur.

"Oh iya, Dinda ini berarti juniornya Rayhan, ya. Jadi wajar dia tidak kenal sama Rayhan," Jelas suaminya yang mungkin bernama Burhan.

"Iya betul, Oh iya aku pamit dulu ya bu, mungkin nanti aku pulang agak sore," Pamitku kepada Ibuku dan tidak lupa kepada sepasang suami istri tadi.

Aku meninggalkan ketiganya, untuk pergi menunggu sebuah angkot yang akan membawaku ke kampus. Tidak beberapa lama, aku mendengar suara motor milik Bang Izul.

Bang Izul itu langganan biasa Ibu, namun terasa spesial di hatiku. Pria dengan perawakan tinggi, dan berkacamata itu membuat aku selalu tergila-gila. Sikap dia yang selalu baik padaku, dan kedekatan aku dengannya membuat orang menjadi salah paham. Padahal Bang Izulnya sendiri tidak pernah menyatakan perasaanya kepadaku.

"Dinda, mau ke kampus ya?" Tanya Bang Izul yang motornya itu kini tepat berhenti dihadapanku.

"Iya, Bang. Aku mau ke kampus,  tadi Abang kok gak sarapan?" Tanyaku kepada Bang Izul yang memang tidak melihat kedatangannya ke warung Ibu hari ini.

"Abang tadi kesitu, Eh Dindanya gak ada," Jawab Bang Izul.

"Iya, mungkin aku lagi di belakang kali, ya. Oh iya, Abang mau berangkat kerja?" Tanyaku yang melihat Bang Izul sudah berpakaian lengkap.

"Oh, enggak Abang masuk siang, cuma mau ke minimarket depan aja kok. Dinda bareng yuk, seperti biasa nanti Abang turunin di depan kampus," Ajak Abang Izul yang tidak mungkin aku tolak.

Bang Izul itu cowok yang dewasa, dia bekerja di sebuah pabrik elektronik terkenal di kotaku. Dia kost bersama beberapa temannya, tak jauh dari rumahku.

"Boleh deh, lumayan irit ongkos," Aku menerima tawaran Bang Izul untuk pergi bersamanya.

Kebetulan hari itu Bang Izul masuk siang, dia keluar untuk membeli keperluan bulanan di kostnya. Lah tapi dia malah mengantar aku ke kampus, jadi enak rasanya.

*******

Tiba di kampus, aku pergi berjalan ke dalam dengan jarak yang cukup jauh dari pintu masuk. Maka jarang sekali orang mau berjalan kaki untuk menuju ke kampus seperti yang aku lakukan kini. Kebanyakan dari mereka menggunakan motor atau mobil, hanya sedikit yang mau berjalan kaki seperti aku. Bagaimana mau naik kendaraan? Kalau kendaraan pribadinya aja gak ada.

TAK TAHU JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang