#Tak_Tahu_Jodoh
Part 9
Tak cukup menunggu angkutan dalam waktu lama, tibalah aku di kampus. Kali ini Ray tidak menyuruhku untuk menunggunya di depan pintu masuk, tetapi langsung menuju kantin tempat mereka biasa nongkrong.
Aku rasa kuliah sebenarnya tidak akan berpengaruh apa-apa pada Ray dan temannya. Karena tanpa kuliah pun ternyata mereka sudah pandai dan aktif dalam berbisnis. Mungkin mereka kuliah hanya untuk mengejar gelar saja, bukan seperti aku yang berniat untuk mencari pekerjaan terbaik untuk aku dapat nantinya.
Kantin kampusku itu cukup besar, semua makanan apa saja tersedia di sini. Bisa saja pemiliknya adalah Ray juga, makanya waktu aku bermasalah dengan dia kemarin aku tidak dapat membeli apa pun di kantin ini.
Aku lihat Ray duduk sendiri, kemana dua roda bajaj lainnya? Hei sepertinya sebutan roda bajaj memang pantas aku berikan kepada mereka, secara mereka bertiga kan tidak terpisahkan seperti roda bajaj yang berjumlah hanya tiga buah.
"Duduk, temani aku sarapan," Jawab Ray cuek
Hah? Jauh dan cape aku dari rumah, kesini hanya untuk menemani dia sarapan? Tanpa menolak aku duduk dengan terpaksa. Aku diam masih tak mau bicara, sedang dia memulai memakan pesanannya yang sudah terhidang di meja.
Manja sekali fikirku, dia tidak bisa apa makan tanpa di temani? Apa mungkin kemarin-kemarin dia juga makan harus ditemani Nino atau Titan.
"Aku... Mau bicara, boleh tidak?" Tanyaku perlahan.
"Memang sekarang apa yang sedang kamu lakukan, bukannya kamu sedang berbicara?" Jawabnya sinis.
Sabar Dinda, berusahalah menjadi orang yang sabar. Aku lihat dia tidak memperhatikan ku, harus kah aku melanjutkan kata-kataku? Dalam diam aku menatapnya, ternyata benar apa yang orang bilang dia memang keren.
Gak.... Gue gak boleh naksir sama orang arogan, sok kuasa seperti dia. Memangnya mau seandainya jadi nanti aku terus diatur olehnya? Loh untuk apak aku memikirkan untuk bisa bersamanya?Arrgghh...menghilang lah dari pikiranku ini Ray.
"Kamu mau bicara apa?" Tanya Ray kembali, lagi-lagi aku kaget dibuatnya.
Aku mau bicara apa ya? Lamunan ku tentang Ray membuat aku lupa apa yang ingin aku bicarakan. Lagipula bodohnya aku karena memikirkan suatu hal yang gak penting bagiku.
Luka yang kubuat waktu itu hampir menghilang, sepertinya tidak akan lama lagi aku akan bebas menjadi budaknya Ray. Aku senang dibuatnya.
"Laras," Panggilku refleks Ketika aku melihat Laras sedang menuju kantin.
"Tidak bisa kah kamu tidak memanggil siapa pun ketika kita berdua?" Ketus Ray.
Bodo amat emang gue pikirin. Hatiku bergumam senang melihat kedatangan Laras.
Memang benar apa kata Nino, Laras memang cantik. Tubuhnya lebih tinggi dari aku, bentuk badannya pun lebih proporsional Laras jauh ketimbang aku. Jika dibandingkan dia denganku, sepertinya bukanlah hal yang wajar jika Ray malah memilih suka dengan perempuan seperti apa? Iya gak akan mungkin Ray menyukaiku, dia hanya ingin bermain denganku.
Laras menghampiri kami, aku memeluk Laras sebagai ucapan selamat datang padanya. Aku tidak menghiraukan sama sekali Ray yang ada di sana.
"Kamu dari tadi? Sama...," Laras tidak berani melanjutkan menyebut nama Ray.
Ray masih bersikap acuh tak perduli, dia meneruskan makannya kembali. Sepertinya Ray merasa tidak terganggu dengan kedatangan Laras.
"Duduk sini ras, kita ngobrol bareng," Aku menyuruh Laras duduk bersamaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK TAHU JODOH
RomantikKisah Dinda yang berjuang di dalam kampusnya yang terkenal, namun harus dikelilingi masalah dengan anak si pemilik kampus.