Tak_Tahu_Jodoh
Part4
Di pagi yang cerah ini tidak membuat perasaanku aku ikut menjadi cerah. Bahkan semalam pun aku tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang sudah Ray perbuat kepadaku.
Seperti sabtu lainnya, warung kini lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena banyak orang yang libur kerja ketika sabtu dan minggu, jadi dua hari itu Dinda harus mengeluarkan tenaga ekstra.
Ketika warung mulai sepi dan nasi tersisa hanya untuk dua porsi, datanglah sepasang suami istri yang kukenal sebagai Bapak dan Ibu burhan dengan mobil nisan juke putihnya dia berhenti tak jauh dari warung kami.
"Pagi Bu Ita, seperti biasa dua porsi untuk kami," Pinta Bu Burhan kepada Ibuku.
Aku tidak tahu jika mereka sudah seakrab itu dengan Ibu, sampai Ibu Burhan tau siapa nama Ibuku. Aku membuatkan pesanan dua porsi untuk mereka. Sedang Ibu malah keluar menemani mereka untuk mengobrol.
Dasar orang tua, kalau udah ketemu temen ngobrol yang cocok, pasti langsung duduk untuk nimbrung.
"Kemarin nasinya dibilang enak loh Bu, jum'at besok sepertinya kami mau pesan lagi," Ucap Ibu Burhan yang terlihat begitu cantik meski tidak bermakeup.
"Terimakasih, Bu. Insya Allah akan saya buatkan," Jawab Ibu yang biasanya akan kembang kempis hidungnya kalau dipuji masakannya.
Aku mengantar dua buah pesanan milik keduanya, dua porsi nasi uduk lengkap dengan sambal yang tidak begitu banyak.
"Kalau punya anak perempuan itu enak ya Bu ada yang bantuin, anakku dua laki semua, jadi gitu deh besar sedikit udah lupa sama orang tuanya. Dinda duduk sini kita ngobrol bareng," Ajak Bu Burhan menyuruhku duduk di sampingnya.
"Makasih Bu, Saya mau mencuci piring dulu," Aku pamit meninggalkan mereka untuk mencuci semua piring kotor bekas orang sarapan nasi Ibu.
Dari belakang aku mendengar percakapan mereka. Sekali-kali mereka memuji aku, muka ku merah dibuatnya. Ketika mereka memujiku, refleks kulihat wajah ini di kaca. Aku memang memiliki tampang yang lumayan manis, meski tidak berhidung mancung tapi semua anggota wajah ku terlihat pas di sana.
"Enak kali ya, Kalau nanti kita bisa besanan sama Bu Ita. Dapet menantu cantik, bisa makan nasi uduk terus lagi tiap hari gratis," Terdengar suara pak Burhan yang lagi-lagi membuat aku jadi besar hati.
"Ah, Bapak bisa aja. Anak saya masih kuliah Pak, masih jauh untuk dinikahkan," Sahut Ibu.
"Kalau soal kuliah bisa diatur ya pa, yang penting kita dapat menantu yang baik," Bu Burhan menimpali, dan ujungnya mereka tertawa bersama.
Menjadi mantu keluarga Burhan? Seberuntung itukah diriku nantinya. Karena yang ku tahu Pak Burhan dan istrinya itu adalah orang yang baik, pasti anaknya juga akan sebaik mereka. Tetapi memang Rayhan yang mana sih yang jadi anaknya mereka? Katanya ada dikampusku.
******
Selepas magrib aku sudah berdandan yang rapi. Memakai celana jeans panjang dengan kaos lengan pendek plus sweater biru kesukaanku, membuat aku merasa spesial hari itu.
Kulihat jam tangan kesayanganku, sudah pukul 16.35 tandanya sebentar lagi bang Izul akan datang menjemputku. Ku coba memoleskan lipstick di bibirku, dan kulihat diriku seperti seorang tante girang karena saking menornya. Akhirnya ku hapus kembali dan hanya bedak yang satu-satunya kupakai sebagai make up ku malam ini.
Dari kejauhan ku dengar suara motor bang Izul berhenti di depan rumahku. Dan suara Ibu membukakan pintu untuknya, baiklah saatnya aku keluar.
"Din, Izul sudah menunggu di luar. Kamu sebenarnya ada hubungan apa sih dengan si Izul? Kok Ibu perhatikan kalian dekat bangat," Tanya Ibu yang sepertinya sudah lama memperhatikan kedekatan ku dengan bang Izul.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK TAHU JODOH
RomanceKisah Dinda yang berjuang di dalam kampusnya yang terkenal, namun harus dikelilingi masalah dengan anak si pemilik kampus.