#Tak_Tahu_Jodoh
Part 6
Oke jadi apa sulitnya hanya menjadi seorang perawat Ray, kurasa itu bukanlah hal yang sulit. Yang sakit adalah hidungnya bukan anggota tubuhnya yang lain.
Tenang Dinda tidak akan terjadi sesuatu padamu. Aku menarik nafas panjang berusaha menenangkan diri ketika sedang menunggu sebuah angkutan umum. Terlihat dari kejauhan motor Bang Izul, sesuatu yang membuatku hariku sedikit senang.
"Dinda, mau ngampus ya? Yuk ikut seperti biasa," Ajak Bang Izul.
Aku niatnya mau menolak hari ini, tidak enak dengan Bang Izul jika tiap hari dia mengantarku ke kampus. Tapi Ray si bayi besar sudah menelpon ku berkali-kali agar aku cepat sampai di sana.
Sejak kemarin, aku terpaksa memberikan si Ray nomor handphone milikku. Dan semalam dia berkali-kali mengingat kan, agar aku tidak melupakan apa yang menjadi kesepakatan kami bersama. Aku harus menurut padanya, atau dia akan lapor polisi karenanya.
Ini kah hasil buah yang aku tanam? Setelah beberapa minggu lalu aku menipunya dengan bukti video pembullyan mereka terhadap si pria kurus?
"Boleh deh Bang, gak ngerepotin kan?" Tanyaku balik.
"Enggak kok," Bang Izul menjawab dengan kedipan mata yang menggoda.
Setidaknya hari ini aku bisa sampai tepat pada waktunya, Maaf bang Izul jika aku selalu memanfaatkan dirimu terus.
Sampai di kampus, aku disuruh menunggu di depan pintu gerbang kampus sampai Ray datang. Kabar berita tentang aku meninju Ray orang yang tak terkalahkan di kampus kemarin, membuat semua orang yang melihatku seperti ketakutan.
Mereka tidak tahu saja, jika aku meninju Ray dalam keadaan dia tidak siap. Seandainya Ray dalam keadaan siap siaga, mana mungkin bisa tinjuku mendarat di hidungnya. Bagaimana pun juga yang kudengar Ray memiliki sabuk hitam dalam bela diri karate. Tapi gak apa deh, itu merupakan sebuah keuntungan untukku. Biar tidak ada lagi orang yang meremehkan ku.
Sudah lebih dari 15 menit aku berdiri, tak ada satu mobil pun yang menjemput ku. Apa kali ini dia memang mengerjaiku lagi? Aku kesal benar-benar kesal dibuatnya. Kemana manusia itu? Arrgghhh... Kenapa ini bisa terjadi padaku??!!
Tak lama kemudian sebuah mobil Fortuner hitam yang kutahu itu adalah milik Ray berhenti tepat di depanku.
"Masuk!" Ray memerintahkan aku untuk masuk ke dalam mobilnya.
Aku pergi ke pintu belakang, berusaha membuka pintu mobil namun dikunci olehnya.
"Duduk di depan, kamu fikir aku supir??!!" Bentak Ray kembali.
Kenapa sih dia marah-marah terus, tidak bisakah dia bersikap manis kepadaku?
Aku membuka pintu mobil, dan kini aku telah duduk disampingnya. Aku melihat hidung Ray masih memar kebiruan. Aku jadi merasa bersalah dan tidak hati merusak wajahnya seperti itu. Ray sadar aku perhatikan, sekarang dia menengok ke arahku. Aku membuang muka ke arah jendela, bahkan badanku sengaja aku miringkan untuk membelakanginya.
"Aku tahu dari tadi kamu memperhatikan Aku, tenang saja aku baik-baik saja. Tapi untuk sementara ini, kamu harus menuruti perintahku. Atau Aku akan menyerahkanmu ke polisi," Jelas Ray dia merasa seperti menang dariku.
Tak mau menjawab ocehannya, aku terus diam dan membelakanginya. Sampai di parkiran, aku turun dari mobil Ray dengan melenggang.
"Hai perempuan, siapa nama kamu Dinda, kan? Jangan lupa bawa tas ku ada di jok belakang," Panggil Ray ketika aku ingin berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK TAHU JODOH
RomanceKisah Dinda yang berjuang di dalam kampusnya yang terkenal, namun harus dikelilingi masalah dengan anak si pemilik kampus.