#Tak_Tahu_Jodoh
Part 7
"Dindot, pulang kampus kamu mau kemana? Kita jalan yuk, makan atau apa. Aku kangen bangat sama kamu," Peluk Laras dengan sepenuh hati.
Dindot adalah panggilan kesayangan Laras untukku. Gak tahu kenapa dia selalu memanggilku dengan nama tersebut. Mau dipanggil apa pun olehnya, aku tidak akan pernah marah sama Laras. Bagaimana pun juga dialah sahabatku satu-satunya dikampus ini.
Laras itu memang terlihat manja, maklum deh dia anak perempuan satu-satunya dengan 3 orang kakak laki-laki dalam keluarga. Apalagi hampir semua dari kakaknya kini telah menikah.
"Maunya sih gitu, tapi tumbenan nih Bang Izul mau jemput Aku. Lain kali aja ya, Ras," Jelas ku sambil menyodorkan sebuah pesan yang memang berasal dari Bang Izul.
Laras mengerti dengan keadaan ku. Baiklah hari ini aku bisa pulang cepat karena di jemput dengan motor. Gak harus bermacet ria di dalam angkot. Apalagi Ray bilang aku hanya menjadi perawat dia di dalam kampus. Berarti kita merdeka setelah hari ini.
Aku merapikan rambutku, agar terlihat baik dihadapan Bang Izul. Ku semprotkan sedikit minyak wangi ke arah baju dan tengkuk leherku. Untuk memastikan aku tidak bau badan hari ini karena aktifitasku di kampus. Ok kini sudah cantik dan wangi fikirku, siap untuk bertemu Bang Izul.
Aku sudah menunggu Bang Izul di halte, tempat biasa dia menjemput ku. Tak lama kulihat motor vixion merah milik Bang Izul datang mendekat. Alhamdulillah, semua sesuai harapan karena tidak ada lagi ada gangguan dari Ray.
"Hai Din, sudah lama nunggunya?" Tanya Bang Zul kepadaku.
Ah senyuman itu, selalu menyejukan hati disaat galau melanda. Bang Zul memberiku sebuah Helm tambahan yang selalu dibawanya di dalam box belakang.
Entahlah apa dia sengaja selalu siap sedia helm untuk mengantar jemput aku jika kita satu jadwal. Atau memang helm itu selalu disana ketika siapa saja yang membutuhkan bisa diantarnya.
"Enggak kok Bang, aku juga baru keluar."
Aku mengaitkan helm yang dibawa Bang Izul. Ketika aku berniat untuk naik ke atas motor Bang Izul. Tiba-tiba saja kulihat mobil Ray berhenti tepat di depan motor Bang Izul.
Dengan gayanya yang khas, rambut terbilang gondrong ala brad pitt dibandingkan rambut Tentara atau polisi yang baru lulus, Ray datang menghampiriku.
"Kamu ikut aku," Ray menarik tanganku dengan kencang.
"Loh... Loh... Mas. Ada apa ini? Mengapa Kamu memaksa Dinda agar ikut dengan Kamu??!!" Tanya Bang Izul seakan tidak terima melihat perlakuan Ray kepadaku.
"Lo gak usah ikut campur, ini urusan Gue sama Dia, ngerti??!!" Ray menunjuk tajam ke arah Bang Izul dan aku.
"Ya gak bisa begitu, Saya yang pertama kali mau mengajak Dinda pulang," Bang Izul tak terima sambil menarik lenganku yang satunya lagi.
"Jadi Lo gak terima, ayo apa yang Lo mau lakuin sekarang?" Ray melepas tanganku dan mulai memasang kuda-kuda.
"Kalau memang mau Lo seperti itu, Ayo gue gak takut!!" Bang Izul pun melakukan hal yang sama.
Mereka mau berkelahi? Beneran? Hanya demi aku? Gila, ini gak bener. Apalagi ku ingat Ray adalah pemegang sabuk hitam dalam bela diri karate. Dan aku gak tahu Bang Izul bisa berkelahi atau tidak. Ini bahaya dan bencana untuk Bang Izul nantinya. Aku harus menghentikan mereka.
"STOP!! STOP KALIAN BERDUA" Teriakku kesal diantara mereka berdua.
"Bang Izul tolong bilang sama Ibu, sepertinya Aku akan pulang telat sama Ibu," Jelasku kepada Bang Izul yang kulihat kecewa karena keputusanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK TAHU JODOH
RomanceKisah Dinda yang berjuang di dalam kampusnya yang terkenal, namun harus dikelilingi masalah dengan anak si pemilik kampus.