TAK TAHU JODOH Part2

478 23 3
                                    

#Tak_Tahu_Jodoh

Part 2

Aku terus menghubungi Laras, ternyata di kelas pun aku tidak menemukannya. Aku menyerah mencari Laras hari ini. Dan membiarkan diri ini hanyut dalam lamunanku sendiri. Sampai akhirnya aku terkaget oleh panggilan pak Rustam.

"Dinda!!" Panggil paj Rustam dengan suara yang lebih kencang lagi.

"Ya pak?" Aku tersadar dalam lamunanku.

"Kedepan sebentar,"

Aku bangun dari tempat dudukku, dan pergi ke depan menghadap pak Rustam. Wajahnya tidak terlihat ramah, ada apa ya?

"Bapak tau kamu sudah dewasa, tapi menyelipkan sebuah dvd film dewasa dalam tugas kamu adalah perbuatan yang tidak dewasa," Jelas pak Rustam yang membuat mataku terbelalak.

"Hah, film dewasa? Maksudnya?" Aku bertanya dengan penuh keseriusan dan tanda tanya.

"Saya menemukan ini dalam lembaran tugas kamu," Pak Rustam mengambil sebuah cover dvd dengan gambar yang tidak pantas.

Aku tidak pernah merasa memiliki apa yang dipegang pak Rustam, bahkan berfikir ke arah sana pun aku tidak berani. Jelas itu bukan punyaku, lalu siapa yang sengaja menaruhnya di sana? Semua teman dikelasku menertawakan kejadian ini.

Mereka bahkan berfikir yang tidak-tidak. Ada yang berteriak aku adalah perempuan nakal, dan binal. Yang menyakitkan lagi mereka berteriak aku adalah perempuan bayaran.

Sesak nafasku mendengar semuanya, tapi aku tidak mau menangis saat ini. Tidak akan aku biarkan air mataku jatuh di depan mereka. Terserah mereka menganggap aku apa, yang pasti aku tidak mau mengakui kalau barang itu adalah milikku.

"Itu bukan milik saya, Pak. Terserah Bapak percaya atau tidak, tapi Aku tidak akan pernah mengakuinya," Jawabku tegas.

"Huuu...." Semua sorakan terdengar riuh dalam kelasku.

"Baiklah, kalau begitu barang ini akan saya sita. Kamu dapat mengambilnya, jika kamu sudah mau mengkuinya," Lanjut pak Rustam, memasukan apa yang dipegangnya ke dalam tas.

"Silakan, tapi sekali lagi saya tegaskan itu bukan milik saya," Lanjutku tak mau mengalah.

Hanya kebetulan kah? Atau memang ada yang sedang mensabotase diriku agar terlihat buruk di hadapan teman-temanku? Tapi siapa yang setega itu melakukannya? Laras aku butuh kamu....

******

Di sela kelas kosong, haus terasa di tenggorokanku kini. Aku berniat untuk membeli sebuah air mineral di kantin kampus.

"Pak air mineral satu," Pintaku kepada si pemilik kantin.

"Maaf neng, airnya habis!" Ketus si penjaga kantin.

"Tapi kulihat di sana masih banyak," Aku menunjuk sebuah show case yang penuh dengan air mineral.

"Itu tidak dijual, sekali lagi maaf," Jawab si penjaga kantin dengan wajah yang tidak berubah.

"Oh baiklah, terimakasih," Jawabku mengalah.

Ada apa ini, mengapa semua seolah sengaja ingin membuatku kesal?

Aku teringat dengan kejadian tadi sebelum aku masuk ke kelas. Mungkin kah ini perbuatan mereka? Tapi bagaimana caranya mereka bisa membuat semua ini terjadi?

Ah, mungkin saja itu hanya perasaanku saja. Bisa saja semua terjadi karena memang kebetulan. Aku mencoba untuk tetap berfikir positif.

Ketika aku berjalan, semua memandang sinis ke arah ku. Apa salah ku kepada mereka semua? Kenapa mereka memandang sadis ke arahku?

Tak kulayani tatapan mereka, aku tetap berlalu dengan perasaan yang santai dan berusaha untuk tidak stress karenanya. Ketika aku berjalan, pria kurus yang tadi kutolong melemparkan sebuah kertas kearahku. Aku memungut kertas itu dan membaca tulisan di dalamnya.

"Kak, aku tadi yang kakak tolong. Saat ini Ray dan geng sedang mencari masalah dengan kakak. Aku harap kakak berhati-hati. Maaf aku gak bisa bantu, sekali lagi terimakasih."

Aku lihat pria kurus tadi menghilang dari pandanganku. Mungkin dia takut terjadi sesuatu padanya ketika dia dekat denganku. Biarlah aku akan mengambil resiko itu sendiri. Aku yakin Ray dan geng nya tidak akan sampai tega untuk membunuhku nantinya.

Perjalanan pulang, aku menunggu sebuah angkutan umum yang akan mengantar ku pulang ke rumah. Cuaca habis hujan kala itu, genangan air ada di mana-mana. Aku harus waspada, jangan sampai genangan air itu mengenai pakaian ku karena cipratan mobil.

Tiba-tiba datang sebuah mobil fotuner hitam, berlalu dengan kencang dan sengaja mencipratkan genangan air yang berada di depan halte ke arahku. Ya memang targetnya adalah aku, karena tidak ada satu orang pun di sana selain aku.

Mobil itu berhenti tak jauh dari tempatku berdiri, keluarlah makum yang menyebalkan yang tidak ingin aku lihat. Ray, dia turun sendirian tanpa temannya.

Ray menghampiri ku yang mulai menjadi gila karena ingin marah kepadanya. Tapi ku coba untuk ku tahan, ini belum waktu yang tepat bagiku.

"Kenapa? Mau marah? Atau mau nangis?" Tanya dia meledekku dengan senyum sinisnya.

Tidak satu kata pun keluar dari mulutku, aku hanya berusaha memendam rasa amarah yang suatu saat akan aku keluarkan.

"Kamu gak usah sok jadi pahlawan di kampus ini. Apa orang yang kamu tolong tadi membalas dengan menolong mu?!" Tanya Ray kembali dengan wajag angkuhnya.

Kebetulan tak lama dari dia bicara, berhenti sebuah angkutan yang kutunggu. Tanpa berbasa basi dengannya, aku melepaskan senyum sinisku kearahnya. Dan pergi naik angkutan meninggalkannya.

Dari kejauhan, aku lihat Ray terlihat kesal dengan sikap acuh dan cuek yang kutunjukan kepadanya. Rasakan, kamu kira semua orang takut padamu?

Aku melihat pakaian yang ku kenakan hari ini penuh dengan lumpur. Baiklah Ray, jika kamu ingin perang. Akan aku tunjukan perang padamu.

Bersambung
******

TAK TAHU JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang