TAK TAHU JODOH PART 5

366 18 0
                                    

#Tak_Tahu_Jodoh

Part 5

Kalau orang dagang itu memang gak kenal hari libur, Justru  hari libur seperti ini yang menjadi peluang terbaik untuk usaha nasi uduk Ibu. Karena selain Ibu membuat nasi lebih banyak, dan waktu dagang lebih bisa lebih cepat selesai.

Tak kufikirkan ancaman Ray dan teman-temannya. Terserah mereka mau melakukan apa nantinya. Namun yang membuat aku penasaran, sudah berapa banyak korban perempuan yang dicium Ray. Atau sudah lebih dari sebuah ciuman?

Sebuah mobil yang kuhapal pemiliknya berhenti di depan rumahku. Pak Burhan dan keluarganya keluar dari mobil tersebut, kenapa kubilang keluarganya? Karena ada seorang anak laki-laki berusia 14 tahunan bersama mereka. Wajah anak itu sudah terlihat tampan dengan umur yang segitu, mungkin aku rasa dia sudah menjadi rebutan teman-temannya. Tidak seperti wajah kedua orang tuanya, anak ini terlihat dingin. Tidak ada senyum di wajahnya, seperti senyum seorang anak yang diajak jalan bersama keluarganya.

"Din, masih ada?" Tanya Bu Burhan kepadaku.

"Udah habis, Bu. Tapi tenang sudah Ibu pisahin duluan tadi," Jawabku sambil menyiapkan keperluan makan mereka.

"Ibu mu mana?" Tanya Bu Burhan kepadaku.

"Ada Bu di dalam. Nanti juga Ibu keluar," Kataku masih mempersiapkan makanan untuk mereka.

Setelah selesai aku mengantar makanan tersebut kemeja tempat mereka duduk. Anak yang bersama mereka terlihat begitu cuek dan acuh. Apalagi ketika kuantarkan nasi uduk kehadapan anak itu. Tanpa ucapan terimakasih, dia hanya melirik apa yang aku antarkan.

Kalau dia itu adikku mungkin sendok ini sudah melayang ke kepalanya. Masih kecil saja sudah sombong, gimana besarnya?

Ibu datang dari dalam dan menemani mereka. Aku memilih untuk masuk ke dalam untuk mengerjakan tugasku. Mumpung hari minggu, jadi bisa bersantai sebentar.

Semua harus selesai, aku mau tau siapa saja dan berapa korban yang kena ciuman maut Ray selama ini. Siapa tau mereka bisa aku kumpulkan sebagai saksi pelecehan yang dilakukan Ray padaku, agar bisa menjerat dia ke polisi.

Beberapa jam telah berlalu, Ibu sudah selesai merapikan semua dagangannya. Biasanya setelah ini Ibu akan menuju kamarnya untuk istirahat, tapi kali ini tidak dia datang ke kamarku. Sepertinya ada hal serius yang akan dia bicarakan.

"Nak, Kamu sibuk gak?" Tanya Ibu yang membuatku heran.

Aku menutup buku yang sedang kubaca, dan duduk di atas kasurku. Ibu pun kini telah duduk bersamaku.

"Enggak, kenapa Bu?"

"Kalau bisa kamu jangan dekat dengan Bang Izul lagi ya," Pinta Ibu pelan mungkin dia takut aku tersinggung.

"Maksud Ibu apa?" Aku bertambah bingung dengan permintaannya.

Setahu aku selama ini, ibu tidak pernah mempermasalahkan kedekatan ku dengan Bang Izul kenapa sekarang tiba-tiba saja Ibu berkata seperti itu?

"Gak enak sama yang lain, disangkanya kamu pacarnya atau calon istrinya. Padahal kamu gak punya hubungan apa-apa kan sama dia?" Tanya Ibu kembali dengan penuh keraguan.

"Bu, Aku memang gak punya hubungan sama Bang Izul. Lagian dia dah baik kok sama aku. Udah deh, Ibu gak usah dengerin apa kata orang. Yang penting kan aku bisa jaga diri aku," Mencoba menenangkan Ibu sebenarnya adalah perbuatan yang sulit, karena dia dan aku memiliki sifat yang sama yaitu panikan.

"Ya sudah, Ibu percaya padamu nak.  Jangan sampai kamu nanti kecewakan Ibu ya sayang," Ibu memeluk ku erat.

Doaka saja Ibu, doakan selalu anakmu agar selalu dilindungi Allah swt. Aku juga gak mau buat Ibu kecewa nantinya.

TAK TAHU JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang