#Tak_Tahu_Jodoh
Part 16
Di dalam sebuah salon kecantikan, Ray berbicara dengan seseorang yang terlihat dikenalnya. Aku bisa menebak hal tersebut dari gaya bicara mereka yang terlihat akrab.
Lalu orang yang diajak Ray ngobrol tadi, menyuruh anak buahnya untuk memegangku. Entahlah mau dijadikan apa aku ini?
Pertama-tama dipegangnya rambut panjang ku, biar pun tidak terlalu tebal. Namun aku begitu mengagumi rambutku yang lurus secara alamai ini. Untuk mengantisipasi terlihat tipis maka rambutku akan dibuat terlihat mengembang dan tebal.
Beberapa kali si pegawai salon berbicara dengan orang yang Ray ajak bicara tadi, keduanya membahas bagaiman baiknya untuk mendapat hasil maksimal dari rambutku ini.
Terserah saja lah aku tidak mengerti gaya bahasa mereka. Dan kini rambutku terasa sakit, karena tarikan tangan. Maklum pegawai salon yang memegang ku kini adalah seorang laki-laki, jadi tarikan tangannya lebih terasa di rambutku.
Dengan waktu yang tidak begitu memakan waktu lama, selesai lah rambutku dibentuk, rambutku kini terlihat agak ikal dan berisi. Dengan sebuah kepangan yang dibentuk menjadi sebuah sanggul kecil di belakang, dan baru dengan urusan rambut saja aku tidak mengenali diriku sendiri.
Berlanjut ke urusan wajah, yang aku tahu make up itu hanya sekedar bedak dan lipstick an. Ternyata proses yang tidak aku ketahui dalam urusan berdandan itu masih banyak. Maklum mahasiswa kayak aku hobi dandan masih dengan menggunakan bedak bayi, jadi gak kenal apa itu foundation, mascara, eye shadow seperti yang masnya katakan padaku.
Kini wajahku dipegang oleh dua orang, selain si Mas yang memegang rambut. Kata pegawai salon tersebut, aku memiliki mata hitam jernih yang agak bulat, maka nanti dia akan membuatnya terlihat sayu atau sipit. Lagi-lagi aku berpasrah dengan keadaan, dan menyerahkan semua kepada mereka yang terlihat lihay dan profesional.
Dari semenjak dipoles sana sini, mereka tidak membiarkan aku melihat cermin sedikit pun. Kata mereka aku akan dibuat kaget dengan wajahku sendiri. Entahlah kaget karena melihat seramnya, atau karena suka dengan kerjaaan mereka.
"Done Mbak, saya pastikan hari ini Mbak gak akan mau cuci muka atau mandi hari ini. Soalnya saking cintanya dengan make up yang aku buat," Ujar si pegawai salon dengan gaya yang agak kemayu.
"Masa sih?" Aku tidak yakin dengan ucapan si pegawai.
Jangan-jangan aku malah ingin langsung menghapusnya saat ini juga. Pegawai salon tersebut membalikan badanku agar mudah melihat cermin. Ketika aku melihat pantulan wajahku di cermin, saat ini sepertinya aku benar-benar tidak mengenal diriku sendiri. Aku begitu berbeda, kok jadi ngerasa seperti peserta lomba kecantikan dunia, ya? Benar apa kata pegawai salon tersebut aku begitu cantik.
Ray yang sempat kulihat memotong rambutnya juga, kini mendekat ketika si pegawai salon bilang bahwa aku sudah selesai. Kulihat rambut Ray berubah, kini potongan rambutnya terlihat lebih dewasa. Dan dia pun lebih keren dari kemarin. Aku suka...
"Ternyata kamu bisa cantik juga, aku kira penampilan mu tiap hari itu sudah maksimal cantiknya," Ucap Ray yang menurut ku lebih pantas sebagai sindiran daripada sebuah pujian.
"Aku kira kamu juga bisa jadi kelihatan tampan ketika rambutmu dicukur. Ternyata masih tetap jelek, ya," Aku membalas sindirannya meski dengan sedikit kebohongan, padahal aku lebih suka Ray saat ini.
"Bercanda aja, yuk jalan. Papa dan lainnya pasti sudah menunggu lama," Kilah Ray yang sepertinya tidak mau ambil pusing ucapanku.
"Lainnya? Siapa? Banyak orang kah?" Aku menyerang Ray dengan banyak pertanyaan, namun tidak di jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK TAHU JODOH
RomanceKisah Dinda yang berjuang di dalam kampusnya yang terkenal, namun harus dikelilingi masalah dengan anak si pemilik kampus.