Bab 5 (I'm Sorry)

22 4 0
                                    

Hari Senin mungkin hal yang paling menyebalkan dikarenakan upacara. Guru yang memberi amanat sangat lama ditambah matahari yang sudah mulai meninggi makin membuat murid murid gelisah kepanasan. Tapi tidak untuk ku, setiap Senin aku akan mengambil dokumentasi upacara. Dengan senjata kamera aku bisa jalan dan duduk dimanapun tanpa harus terkena sinar matahari.

***

Setelah melewati rangkaian pembelajaran yang sangat membosankan yaitu sejarah, suara merdu bel istirahat membuat mata langsung segar.

"Kekantin yok Nat? Tanya ku

"Istirahat kedua aja ya, aku mau makan bekal dulu sekarang" ujarnya

"Hmm, okedeh. Aku jadi ingin bawa bekal kesekolah. Eh tapi siapa yang mau masakkin ya? Nyokap kan udah gak ada" gumam ku

"Masak sendiri" ujarnya

"Gak sempat, nanti kalau telat kesekolah kek mana? Ujar ku

"Yaaa, dihukum" ujarnya

"Kalau catering aja gimana? Tanyaku

"Habis habisin uang" ujarnya

"Lebih banyak habis karena jajan deh kayaknya" ujar ku

"Ya udah terserah. Pergi sana, aku mau makan" ujarnya mendorong tubuh ku

Aku pun pergi kekantin bersama rombongan.

Waktu istirahat yang sangat sedikit membuat anak anak berdecak dikantin karena makanan mereka belum habis tetapi bel sudah berbunyi.

Mulailah aku memasuki kelas ku dan melihat Jehan memukul meja Natasya serta mengelus perutnya. Aku tidak tau itu tanda untuk apa.

Aku mendekati meja Natasya. "Kenapa dia? Tanyaku

"Gak kenapa napa" ujarnya yang disusul guru sudah memasuki kelas.

Akupun kembali ke tempat duduk ku dan memulai pelajaran Senin yang membosankan.

Jam istirahat kedua pun berbunyi. Istirahat satu jam membuat aku selalu puas untuk mendekati Natasya tanpa harus dilihat guru.

Pukulan itu pun kembali dilontarkan Jehan ke meja Natasya dengan isyarat mengelus perutnya sepeti tadi. Apa maksudnya itu?

"Hei, apa maksud mu? Tanya ku

Jehan pun langsung saja berlalu pergi.

"Kekantin? Tanya ku ke Natasya

Dia pun mengangguk dan berjalan di samping ku.

"Mau beli apa? Tanya ku

"Beli bakso kemaren aja deh" ujarnya

Kami pun pergi membeli bakso tusuk kesukaannya.

"Itu aja? Gak mau beli yang lain? Tanyaku

"Gak deh, kita balik kekelas aja ya. Aku pusing lama lama disini. Terlalu ramai" ujarnya

"Hmm okee"

Sampai kekelas dia langsung memberikan bakso nya kepada Jehan. Benar benar tidak bisa dipercaya, apa maksud nya? Mungkin dia hanya memakan satu tusuk baksonya, selainnya diberikan semua ke Jehan.

"Kenapa dikasih ke dia? Tanya ku

"Gak ada, kenyang aja" ujarnya duduk sambil mengeluarkan novel dan mulai membaca.

Aku pun mengeluarkan ponsel ku untuk mengechat Ilham.

"Pacar nya Natasya dulu siapa namanya? Kirim ku

"Natasya siapa? Balas nya semenit kemudian

"Itu cewek yang aku suka. Siapa nama pacar nya dulu? Tanyaku

"Nama pacar nya dulu Rayhan Stuart. Ada apa? Balasnya

"Ada hubungannya dengan Jehan anak kelas aku? Tanyaku

"Gak tau, nantik aku cari tau." Balasnya

"Thanks." Balasku

Aku pun memasukkan ponsel ku ke saku celana. Mulai lagi mendekati Natasya. Tiada hari tanpa pendekatan you know.

"Naattt" ujar ku

"Apaan? Tanya nya masih membaca novel.

"Weekend kawanin melalak doonggg" ujar ku memelas

"Gak, mau dirumah aja" ujarnya

"Kawanin dong naaatt" ujarku

Dia pun mengalihkan pandangan matanya dari ke novel dan memandang ke arah ku. Siap siap aku akan dimarahi.

"Kamu ngajak belajar sewaktu weekend dirumah aku aja, aku udah keberatan banget. Apalagi kawanin melalak panas panas, trus ramai orang. Seharusnya kamu tau, aku gak suka keramaian." Ujarnya

"Hey relax. Aku hanya akan mengajak kamu jalan ke taman dekat komplek kok. Aku tau beberapa hal tentang mu. Dan sifat unsosial mu itu sangat jelas adanya." Ujarku

"Maaf. Maafkan aku karena membentak mu" ujarnya

"Tenanglah. Bahkan bagimu sudah membentak masih seperti bicara biasa untuk orang lain. Suara mu sangat kecil" ujarku

"Maaf" ujar nya menahan air mata

Bodoh. Apa yang baru saja aku lakukan!!!

"Hey, kenapa kau menangis? Maaf. Aku gak bermaksud." Ujarku bingung

"Aku gak mau seperti dia. Aku gak mau seperti dia." Ujar nya seperti berbisik terus mengulangi kata yang sama

"Dia siapa? Tanyaku

Bunyi bel pun berbunyi dan guru PPL langsung memasuki kelas. Murid pun berdecak karena jika yang mengajar guru PPL maka ia akan datang sewaktu bel sedang berbunyi. Tidak bisa memberi waktu istirahat beberapa menit lagi.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang