21 | Sim Card

1K 193 50
                                    




; Lihat note di akhir ya ;




..........

"Cil, temenin mba beli sate padang di depan yok."

"Ikut dong!" Chandra menyahut perkataan Rose lebih dulu dan berdiri dari sofa ruang tengah. Sementara Secil masih manja-manjaan sama mamahnya. Perempuan itu tidur dipangkuan ibunya sambil menonton film box office tahun lalu.

"Tuh, sama bang Chandra aja. Secil mager mba. Kaki Secil masih sakit."

"Mba maunya sama kamu. Kita jalan santai aja. Chandra tinggal, biar temenin ibu di rumah." Katanya lalu menoleh ke Chandra. "Kamu nitip aja ya Chan?"

Pria itu menyipitkan matanya curiga ke arah Rose yang tampak datar. Pasti masalah obrolan wanita, sudah ia duga. Kemudian nafas Chandra terhela singkat. "Ya udah. Aku pesen yang kaya biasa."

"Pedeskan?"

"Iya. Kecapnya banyakin dikit."

"Kalau ibu?"

Chandra menoleh ke arah ibunya seraya bertanya. "Ibu satenya mau yang pedes atau manis?"

"Pedes tapi jangan terlalu pedes juga. Bilang ke Supri sambelnya setengah sendok aja ros."

"Oke, bu." Lalu Rose tersenyum pada Secil. "Ayo, cil nanti keburu banyak orang. Pesenannya jadi lama."

Dengan malas Secil bangun dari pangkuan ibunya. Setelah memasang sendal, ia melangkah gontai mengikuti Rose keluar dari rumah.

Selepas kepergian pak Willis yang mengantarkannya pulang, situasi keluarga Secil memang jadi menghangat. Secil bahkan dimanjakan bak seorang putri oleh ibunya, Chandra dan juga rose. Ibunya langsung membuatkan cheese cake beserta susu coklat hangat kesukaan Secil. Chandra memijat kakinya dan tadi ketika Secil bilang dia kangen satenya abang Supri, Rose berniat membelikannya sekarang.

Apa ia kabur saja setiap hari supaya bisa dimanjakan seperti ini?

Ah, tidak. Secil hanya bercanda.

Letak sate abang Supri berada di muara komplek. Jaraknya hanya beberapa meter dari rumah Secil. Agaknya sudah lama sekali Secil berlangganan sate di tempat itu bahkan bang Supri juga mengenal baik ibunya dan Chandra. Saking mengenal baiknya bang Supri bahkan selalu mengijikan Secil berhutang ketika Secil tidak punya uang namun sebagai gantinya, bang Supri akan menodong hutang Secil ke Chandra sepulang pria itu berkerja.

Rose dan Secil berjalan beriringan menyusuri jalanan komplek yang cukup ramai karena baru selesai magrib. Komplek ini menyisakan banyak kenangan bagi Secil. Ibunya bercerita, jika ia dan ayahnya Secil sudah jauh hari tinggal di sini bahkan sebelum abangnya si Chandra lahir. Ibunya juga bilang, jika ayahnya Secil juga meninggal di sini, di rumah mereka akibat serangan jantung saat ibunya sedang hamil Secil. Ayahnya itu sudah pergi sebelum Secil lahir ke dunia, menyedihkan memang.

"Dosen kamu tadi boleh juga. Cakep." Kata Rose membuka percakapan.

Secil menoleh sambil mengernyit. Baru kali ini ia mendengar Rose memuji orang lain selain Chandra secara terang-terangan. "Bisa ngamuk bang Chandra kalau dia dengar mba muji cowok lain."

Kekehan Rose terdengar. "Mba ngomong apa adanya kok, Cil. Kalau ganteng ya ganteng, kalau jelek ya jelek."

"Terus menurut mba, cakepan bang Chandra atau dosennya Secil?" Tanyanya kemudian.

"Chandra lah. Kan mba cintanya sama dia."

"Kok terdengar bucin?"

Rose mengulum senyumnya. "Itu yang namanya cinta, Cil. Ini beda case. Biar ada orang secakep apapun di depan kita ujung-ujungnya fokus kita ke orang yang kita cintai. One day, misalkan si Chandra perutnya jadi buncit pun mba akan tetap bilang dia cowok paling ganteng kok."

You Complete Me ; Sehun, SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang