27 | Love? [6]

1.2K 177 32
                                    

"Baru putus?"

Secil langsung menoleh ketika mendengar suara itu kemudian kedua matanya membola kaget saat mendapati kehadiran pak Willis di depan pintu.

"Bapak nguping!?" Tanya Secil nyaris menjerit.

Bahu Willis terangkat ringan. "Untuk ukuran orang yang sedang sakit kamu masih terlihat sehat."

"Jawaban bapak gak nyambung! Saya yakin bapak pasti nguping pembicaraan saya tadi! Ngaku gak!" Tuntutnya kesal.

"Kalau tau kenapa kamu masih tanya."

Jengkel, Secil kembali pada posisinya semula untuk tidur membelakangi. Padahal tadinya ia sudah berencana. Ketika sadar nanti Secil ingin berterimakasih kepada pak Willis karena sudah membawanya ke rumah sakit. Karena walaupun Secil membenci aroma obat di tempat ini tetap saja mungkin kondisinya tidak akan sebaik ini jika tidak dibawa ke rumah sakit.

Saat mengantarkan paper ke ruangan pak Willis saat itu sebenarnya Secil tidak benar-benar pingsan. Badannya hanya terlalu lemas. Saking lemasnya Secil tak mampu membuka mata sehingga ia memang persis orang yang sedang pingsan namun inderanya masih berfungsi dengan baik. Secil bisa mendengar saat pak Willis terus memanggil namanya khawatir, begitu pula dengan suara perdebatan pak Willis dan juga Lucas hingga membuatnya jengkel. Bagaimana tidak jengkel, bukannya bergerak cepat untuk menolong orang yang sedang sekarat keduanya malah berdebat lebih dulu.

"Selain tentang menguping masih ada keluhan lain? Seperti kepala kamu masih sakit atau tidak. Biar saya katakan kepada dokter."

"Gak ada. Saya mau tidur."

Keheningan tercipta membuat Secil menjadi penasaran. Apakah pak Willis masih berdiri di sana atau tidak, Secil sangat ingin tahu namun ketika ia berniat untuk berbalik suara pria itu kembali terdengar membuat ia sontak mengurungkan niat.

"Saya sudah pertimbangkan tawaran kamu."

"Tawaran apa." Sahutnya cuek.

"Tawaran untuk menjalin hubungan."

Secil membeku sekaligus terperangah. Ingatan pak Willis luar biasa kuat. Sama halnya ketika pria itu menjabarkan alasan pemotongan gajih Secil tempo lalu. Gila. Secil bahkan tidak ingat pernah menawarkan diri untuk menjalin hubungan dengan pak Willis. Jika memang terjadi, itu artinya hal tersebut berada di luar alam kesadarannya atau mungkin bisa saja hantu penunggu pohon itu yang bicara menirukan suaranya.

"Saya sudah menghubungi keluarga kamu mungkin satu jam lagi mereka tiba di sini."

Kumpulan kalimat itu sukses membuyarkan Secil. Sontak ia menoleh dengan wajah horor. "Bapak kasih tau keluarga saya!?" Sahutnya syok.

"Kenapa?"

"Kenapa? Bapak! Saya gak mau ya ngerepotin ibu sama abang saya. Yah... kalau abang saya masih boleh lah tapi jangan sampai ibu saya! Biaya rumah sakit ini pasti gak sedikit!"

"Lalu siapa yang mau kamu tumbalkan, saya?"

Bibir Secil mengerucut lemah. "Kan saya kerja sama bapak. Potong aja gajih saya."

Willis berdecak dengan sudut bibir terangkat remeh. "Gajih kamu yang tidak seberapa itu? Kamu bahkan sudah menimbun banyak utang sebelumya ditambah bolos kerja tiga hari. Kamu pikir gajih kamu yang mengenaskan itu masih bersisa?"

Secil menggigit bibir bawahnya menahan kesal lalu duduk di kasur. Ia melemparkan tatapan sinis ke arah Willis. "Ya udah! Saya pulang aja kalau gitu!" Katanya tanpa pikir panjang langsung menarik lepas infus dari punggung tangannya.

Willis terperangah. Cepat-cepat ia menghampiri Secil saat dilihatnya perempuan itu ingin turun dari ranjang pasien. "Bodoh! Kamu pikir apa yang mau kamu lakukan?" Bentaknya berusaha menahan Secil.

You Complete Me ; Sehun, SejeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang