Part 7 - Heart Break

3.2K 169 2
                                    

Victoria POV

Sudah hampir empat bulan lamanya sejak aku mengetahui penyakit ibuku. Dan hampir 1 bulan lebih aku bekerja di perusahaan Samuel. Selama sebulan ini aku mulai memahami pekerjaanku lebih baik. Kesibukan Samuel dengan meeting dan dead line, sangat menyita waktunya. Pantas saja Helen sering kesepian.

Dengan pekerjaan baru ini, aku sangat tertolong, setidaknya aku bisa mendapatkan gaji yang jauh dari lumayan. Dan Samuel yang aku tahu sangat jauh berbeda bila dia sedang di kantor. Dia sangat serius, jauh lebih serius, sombong dan bossy, bahkan sulit tersenyum, padahal kalau dia tersenyum dia pasti jauh lebih tampan. Menurutku.

Saat mendapat gaji pertama, aku merasa sangat luar biasa, karena aku belum pernah memegang uang sebanyak itu seumur hidupku. Ayah dan Ibu sangat senang saat mendengar aku mendapat pekerjaan baru.

Suatu hari, saat aku sedang mengerjakan laporan, aku dikagetkan oleh seseorang yang menutup mataku dari belakang. Walau sudah 1 bulan lebih bekerja, aku masih belum bisa dekat dengan teman kantor. Aku lebih banyak menggunakan waktuku untuk mempelajari semua hal yang Samuel kerjakan. Tangan wanita. Aku berusaha memutar badanku, dan aku sangat terkejut, ternyata Helen datang ke kantor Samuel.

"Helen... Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku pelan, dan aku tersenyum lebar melihatnya. Aku menarik kursi terdekat agar Helen bisa duduk di dekatku. Sekilas aku melihat beberapa teman kantor melihat ke arah kami dengan mata penuh tanya.

"Aku datang untuk memastikan Samuel memperlakukamu dengan baik sebagai karyawannya." sambil tersenyum menggoda.

"Ya ampun.. kamu sungguh kurang kerjaan. Kamu sepertinya semangat sekali hari ini." candaku. "Samuel sedang keluar kantor, itu bila kau ingin bertemu dengannya." seketika raut muka Helen berubah.

"Kemana dia pergi? Dia pergi bersama siapa?"

"Dia hanya bilang akan pergi ke Top Shop. Dia tidak mengatakan akan pergi bersama siapa. Ada apa?" Helen langsung berdiri sambil mengambil tasku yang terletak di samping meja komputer miliknya.

"Ayo, kamu ikut aku..." Helen menarik tanganku dengan cepat.

"Ehhh mau kemana, Helen aku masih ada pekerjaan."

"Sudah diam saja." Aku akhirnya mengikuti Helen dan menyamai langkah kakinya. Raut mukanya yang kesal terpapar jelas di wajahnya. Dan aku hanya bisa mengikutinya, takut dia terjatuh karena Helen berjalan sangat cepat dari biasanya.

Dengan diantar sopir baru, Helen minta diantarkan ke Top Shop. Helen sepertinya sangat ingin bertemu dengan Samuel sampai dia menyusul Samuel ke sana. Pikirku.

Setibanya disana aku pun melirik kesana kemari, mencari keberadaan Samuel. Tapi tidak menemukannya. Aku berdiri di samping Helen saat dia berbicara dengan manager toko. Manager toko langsung mengarahkan Helen ke fitting room.

Tiba-tiba pegawai datang membawa beberapa set pakaian. Helen melihat-lihat sekilas dan rasa jijik terlukis jelas di matanya. Apa yang salah dengan pakaiannya. Pikirku.

"Ini Victoria, tolong bawakan pakaian yang terbaik untuknya. Dan jauhkan sampah ini dari hadapanku." Kata Helen seraya memberikan kembali pakaian yang diambil dari pegawai toko tadi.

Sampah? Ya Tuhan, baju ini semua sangat mahal, dan sangat bagus, tapi Helen mengatakan ini semua sampah.

"Helen, kenapa kamu membawaku kesini?" tanyaku setelah beberapa saat kami hanya berdua.

"Victoria kamu harus lebih cantik dan menarik dari perempuan sundal itu." Aku mengernyitkan dahi kebingungan.

"Apa maksudmu?" Helen duduk di sofa merah seperti ratu yang akan menurunkan titah. Sofa beludru merah yang sangat halus di kulitku.

Bali I'm In Love (Versi Indonesia) #wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang