Victoria Blair POV
Hari ini aku bersama ayah datang ke rumah sakit untuk mendengarkan penjelasan dokter atas hasil lab ibuku yang sudah selesai. Rumah sakitnya cukup besar, di sebelah kanan lobby utama terdapat kantin yang menjajakan roti dan makanan ringan lainnya. Perutku mulai memanggil-manggil saat aku melewati kantin tersebut.
Kami duduk di ruang tunggu sambil memperhatikan suster maupun pasien yang berlalu lalang dengan keperluannya masing-masing. Setelah tak lama menunggu, "Mrs. Blair" aku mendengar suster memanggil nama ibuku. Kami pun segera berdiri dan mengikuti suster tersebut masuk ke ruang periksa dokter.
Sinar mentari yang masuk lewat jendela di sepanjang dinding ruang dokter menjadikan ruangan tersebut terang dan nyaman. Suster yang memanggil kami tadi berdiri di sebelah meja dokter seakan siap menjalankan perintah dokter kapan saja.
Dokter sedang berdiri membelakangi kami sambil membuka-buka file di tangannya. Saat dia memutar badan. Aku melihat dokter tampan di hadapanku. Aku agak sedikit tertegun memandangnya. Hmmm Tampan sekali. Batinku. Rambutnya yang berwarna coklat keemasan dan kulitnya yang terang membuatnya terlihat sangat segar dan muda.
"Mr. Blair... Selamat pagi..." dokter memberi salam sambil tersenyum untuk kemudian duduk di kursinya.
"Selamat pagi dok... bagaimana dok dengan hasilnya?" Ayah pun bertanya langsung. Dr. Henry Harringtons. Aku membaca papan nama di mejanya.
"Baiklah. Sebelumnya saya ingin menyampaikan permintaan maaf atas hasil lab ini." Senyum di wajah Dr. Henry hilang saat dia sudah mulai berbicara serius.
"Maksudnya?" Aku yang sejak masuk ruangan ini hanya memperhatikan dokter tampan dihadapanku namun sekarang perhatianku menjadi serius mendengarkan perkataannya.
Dr. Henry menyerahkan hasil lab tersebut. Sementara dokter menjelaskan, Ayah dan aku membaca hasil laporan itu secara bergantian. Tapi aku sama sekali tidak mengerti grafik dan angka yang tertera pada hasil lab tersebut. "Setelah melakukan beberapa kali pemeriksaan, keraguan kami akan kondisi kesehatannya Mrs. Blair sekarang semakin jelas. Saya pun ingin Mr. Blair memutuskan apakah ingin hal ini ingin di sampaikan atau tidak kepada istri anda. Keputusan ada di tangan anda."
Lanjutnya, "Dari pemeriksaan pertama Fungsi Jantung, fungsi ginjal dan hati semuanya baik. Kolesterol juga baik. Dan untuk darahnya, kami sudah bebeberapa kali mengetes. Hanya saja..." Dr. terdiam sejenak seakan menunggu aba-aba kapan dia bisa melanjutkan bicaranya.
"Hanya saja apa dok?" Tanyaku penasaran.
"Saya menemukan adanya kelainan pada darahnya." Dokter berhenti sejenak kemudian melanjutkan berbicara . "Dan maaf untuk mengatakan hal ini. Mrs. Blair terindikasi leukemia."
"Apa?" Kataku dengan suara tercekik.
"Masih stadium awal. Tapi ada baiknya Mrs. Blair segera mendapatkan terapi." Aku masih membuka-buka laporan tersebut walau aku tidak membacanya dengan seksama. Sampai aku melihat....Golongan darah A.
"Dok... sepertinya laporan ini salah. Lihat ini." Kataku sambil menunjukan golongan darah ibu dengan suara girang.
"Golongan darah ibu seharusnya AB bukan A." Dr. Henry melihat kembali laporan tersebut dan mencocokan kembali ke laporan yang terdahulu.
"Tidak. Ini benar laporan Mrs. Blair."
"Tidak dok. Ayahku darahnya A. Dan ibuku darahnya AB. Karena darahku B. Benar kan yah." Aku memandang ayah yang tersentak kaget saat aku mengatakan adanya kesalahan pada laporan tersebut.
"Untuk tes golongan darah ini adalah yang kedua kali. Dan semuanya menunjukan hasil yang sama..." kata dokter sambil membolak-balikan laporan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bali I'm In Love (Versi Indonesia) #wattys2017
Romance"Topeng". Itulah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penampilan dari Samuel Schneider selama ini. Saat dia memakai 'Topeng', dunia melihatnya sebagai pria sempurna. Wajah tampan, otak pintar, tubuh atletis, harta melimpah. Tidak ada wanita y...