Part 15 - Headache

3.1K 166 1
                                    

Victoria POV

Sikap Samuel yang berbeda saat hanya bersamaku dan saat di kantor membuatku bingung. Bila di rumah, dia sangat romantis dan perhatian, tapi bila di kantor, aku merasa dia seperti orang asing bagiku.

Hari demi hari, hubungan kami di rumah layaknya suami istri pada umumnya. Meskipun dia tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintaiku, aku nyaris percaya kalau dia benar mencintaiku sampai pada suatu hari...

"Vi.. tolong berikan dokumen ini kepada Samuel, aku sudah  menandatanganinya, sepertinya dia masih ada di ruang meeting di  lantainya." Kata Ian sambil memberiku map berwarna orange.

"Biasanya Karen yang mengambil tanda tanganmu?" tanyaku sedikit bingung.

"Tadi aku di toilet, sepertinya pencernaanku sedang tidak baik. Dia meninggalkan ini disini.."

"Perlu aku belikan obat untukmu?"

"Nehhhh. Tidak perlu. Kamu berikan map itu saja padanya."

Aku memencet lift turun, melewati meja-meja teman kantor dimana aku  pernah bekerja bersama mereka beberapa bulan, aku tersenyum pada Cloe  yang dulu duduk di dekat mejaku. Cloe menarikku ke mejanya.

"Gosip tentangmu menyebar..." aku mengerutkan kening.

"Gosip? Gosip apa?" tanyaku sedikit penasaran.

"Karen menyebarkan bahwa kau dan Samuel berpacaran, bahkan menikah  diam-diam. Aku tidak mempercayainya. Karena aku tahu Samuel selalu  mengencani model-model cantik. Ini aku kasih buktinya. Siapa tahu kau  mau lihat. Dengar vi, aku kasih tau padamu, sebaiknya kau hati-hati  dengannya." Kata Cloe berbisik di telingaku. Secara refleks aku mengelus jari manisku. Sejak menikah, untuk menghindari gosip, aku menyimpan cincin nikahku, dan  tidak pernah memakainya.

"Terima kasih Cloe sudah memberitahuku." Kekhawatiranku ternyata  benar terjadi, aku tidak menyangka kalau dia akan menyebarkan gosip tentangku pada akhirnya.

"Jujur aku merasa kasihan padamu karena kau di pindahkan ke lantai  atas, jika bukan karena Karen kita pasti masih duduk berdekatan." Aku  tersenyum lirih.

"Aku harus bersyukur untuk yang itu, karena aku lebih menyukai  bekerja untuk Ian di banding Samuel." Aku tertawa kecil meledeknya.

"Syukurlah kalau kau memang lebih senang."

"Dimana?" tanyaku sambil menunjuk ruang Samuel yang kosong tanpa penghuni.

"Tadi lagi meeting, dia belum kembali."

"Aku harus menyerahkan ini, nanti kita sambung lagi. Terima kasih informasinya."

"Oya Vi, besok kan jumat, kami akan pergi ke club. Kau mau ikut tidak?"

"Sepertinya tidak." Aku menolak sambil menggelengkan kepalaku.

"Hampir semuanya ikut, ayolah kau ikut, kau harus berbaur dengan  semuanya. Pasti akan seru." Cloe memandangku dengan memelas sambil  menggenggam tanganku. "Please..."

"Hmmm baiklah, hanya saja aku tidak bisa pulang malam."

"Yeayy. Tentu. Sampai nanti. Ya sudah sana, cepat, nanti di cariin map nya."

Aku segera berlari kecil menuju ruang meeting, karena aku sudah cukup  lama berbincang dengan Cloe. Aku mengintip dari pintu yang kubuka  sedikit, karena takut kehadiranku bisa mengganggu jalannya meeting bila masih berlangsung, dan aku sangat  terkejut melihat mereka.

Dia sedang berdiri, baru saja memasukan lengan kemejanya, aku bisa  melihat dadanya yang sudah tidak asing bagiku. Luka bekas tembakan sudah  jauh lebih baik. Tapi bukan itu yang membuatku kaget, melainkan Karen  disana sedang mengelus luka Samuel. Bahkan aku merasa mereka berdiri  sangat dekat sekali.

Bali I'm In Love (Versi Indonesia) #wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang