Victoria POV
"Sam... " panggilku begitu melihatnya. Samuel berlari menghampiriku dan segera membukakan ikatanku.
"Kau..." Aku melihat wajah Samuel berubah menjadi keget, aku melihat ke arah belakang, tepat saat itu, Samuel menarik dan memutar badanku. Duar... Terdengar suara tembakan, Samuel melihatku. "Kau tidak apa-apa?" Samuel bertanya padaku. Entah mengapa aku tidak bisa mengeluarkan suara untuk menjawabnya. Aku menggelengkan kepala, air mata membasahi pipiku. Aku tidak menyadari kondisi sekitarku, karena aku hanya fokus pada Samuel yang jatuh menindih tubuhku. aku melihat darah segar di bajunya.
"Sam... Sam..." Aku beringsut melepaskan diri dari tubuhnya. Berat tubuhnya membuatku kesulitan merebahkannya. Aku segera membuka bajunya untuk memeriksa lukanya. Aku membuka sarung bali yang kuikat di pinggangku lalu menekan lukanya yang masih mengeluarkan darah. Aku mendekatkan telingaku ke dadanya. Masih berdetak. "Sam... sadar sam... " panggilku.
***
"Keluarga Mr. Samuel?" Seorang suster memanggil dari depan pintu kamar operasi yang terbuka.
"Ya saya..." Aku berlari menghampiri. "Aku istrinya."
"Mr. Samuel banyak mengeluarkan darah, dan dia membutuhkan sumbangan darah secepatnya, sayangnya kami tidak mempunyai persediaan yang cukup untuknya, kami masih butuh sekitar 3 kantong lagi. Silahkan ke resepsion bagian depan untuk proses permintaan darah." Suster menjelaskan dengan cepat.
"Ahh baik." Suster itu kembali masuk ke ruang operasi, dan aku berlari menuju reseption.
"Sus, suami saya butuh kantong darah tambahan."
Suster menelpon bank darah sementara aku mengisi dok tambahan.
"Mrs. disana hanya tersedia 2 kantong, saya sudah meminta mereka mengirimkannya secepat mungkin."
"Apakah aku bisa mendonorkan darahku?"
"Tentu, bila golongan darah Mrs. sama, mari saya antar ke bagian lab, supaya bisa di proses cepat." Aku mengikuti suster dan setelah di periksa, aku di nyatakan sehat untuk bisa menyumbangkan darah. Aku terbaring merenung sementara darahku mengalir mengisi kantong darah itu.
Kejadian hari ini membuatku syok, aku sama sekali tidak mengira Tommy yang ku kenal sangat manis, perlakuannya dan sikapnya yang romantis, membuatku mempercayai bahwa dia mencintaiku, tapi ternyata....
Air mataku terjatuh mengalir mengingat sakit hati dan kondisi Samuel saat ini, aku langsung mengusap air mataku dengan tanganku. Rasa sakit hati yang kurasakan benar-benar menyiksaku. Mengapa dia tega melakukan ini, seandainya aku tahu tujuannya mendekatiku untuk harta yang kumiliki... Kali ini aku menangisi lagi hatiku yang hancur.
***
Sebelum keluar ruang lab tadi, suster memberiku makan untuk mengganti dan memenuhi asupan gizi yang aku butuhkan. Setelah merasa segar, aku di persilahkan menunggu di depan ruang operasi lagi. Sekarang sudah hampir 1 jam lamanya setelah aku menyumbangkan darahku untuk Samuel dan aku masih menunggunya diluar.
Pintu ruang operasi terbuka, Aku melihat dokter dan suster berjalan keluar. Lampu ruang operasi sudah mati. Aku berdiri menghampirinya.
"Bagaimana kondisinya dok?" Tanyaku langsung bahkan sebelum dokter melepaskan topi operasinya.
"Kami berhasil mengeluarkan pelurunya, sekarang sedang di ruang pemulihan, satu jam lagi akan di pindahkan ke kamar. Terima kasih atas sumbangan darahnya. Bila tidak, mungkin nyawa suami anda tidak bisa terselematkan." Kata dokter menepuk ringan bahuku lalu meninggalkanku berdiri disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bali I'm In Love (Versi Indonesia) #wattys2017
Romansa"Topeng". Itulah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penampilan dari Samuel Schneider selama ini. Saat dia memakai 'Topeng', dunia melihatnya sebagai pria sempurna. Wajah tampan, otak pintar, tubuh atletis, harta melimpah. Tidak ada wanita y...