Sepuluh [A]

20.7K 1K 129
                                    

Komandan POV's

Adipati benar-benar pindah kamar ke rumahku. Dia sudah mengosongkan kamarnya lalu setelah aku pulang kerja, dia langsung mengangkut barang-barangnya tanpa seizinku. Anehnya, aku merasa tatapan matanya kini mulai berubah. Dia sering menatapku lama sambil memikirkan sesuatu. Bahkan malam ini pun, ketika aku nonton TV di ruang tengah, aku merasa sedang diperhatikan seseorang dan orang itu adalah Adipati.

"Abang?"

"Eh ya?"

"Kamu kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Ya lihat saya terus."

Dia terdiam sambil menaikkan alisnya. "Komandan ganteng malam ini." Dan, jawabannya membuatku takut. Candaannya memang selalu berhasil membuatku kalang kabut. Itulah Adipati. Harusnya aku tahu dia sudah merencanakannya dari awal.

"Bang—"

"Saya serius komandan," jawabnya lalu duduk di sampingku.

"Bang saya mau tidur."

"Lah komandan kok gitu?"

"Saya udah ngantuk bang."

"Okelah sana pergi."

Seminggu berlalu. Nyatanya, tidak ada yang aneh dalam diri Adipati. Mungkin aku parno dia akan memperkosaku lagi jadi aku always negative thinking kepadanya. Malahan, rasanya kurang kalau jam nontonku tidak ada dia. Kami semakin dekat. Setiap ada film movie di jam 10 malam dia selalu memaksaku untuk menemaninya. Jika aku menolak? Maka kejadiannya akan seperti sekarang.

"Komandan jangan tidur," katanya sambil mengetuk pintu kamarku. "Komandan? Komandan? Saya nggak akan pergi sebelum komandan keluar." Lalu dari yang tadinya mengetuk kini jadi menggedor. Setelah kubuka pintu kamarku, dari yang asalnya aku ingin marah, Adipati malah langsung menarikku ke ruang nonton lalu mematikan lampu sambil memberikan cemilan kesukaannya : keripik singkong. "Hehe nggak asik kalau nggak ada komandan. Ini film tentang monster yang menyerah bumi, pasti komandan suka!" Masalahnya aku sudah nonton dua kali.

"Bang saya besok harus bangun pagi."

"Saya bangunin."

"Tapi—"

"Berisik!"

Kejamnya! Baiknya, karena dia tahu aku super mengantuk, Adipati menyandarkan kepalaku ke pahanya untuk jadi bantalan supaya aku bisa tidur di pangkuannya. Rada malu dan gimana gitu tapi aku berhasil tidur di pahanya yang cukup empuk itu. Nyenyak sekali.

"Komandan? Bangun, ayo pindah ke kamar, filmnya sudah selesai."

"Abang?"

Aku bangun sebentar lalu terlelap lagi. Beberapa detik kemudian aku merasa tubuhku melayang. Ternyata Adipati mengangkat tubuhku. Kubiarkan dia memindahkan tubuhku ke kamar. Lampu mati, lalu aku terlelap lagi. Tahu-tahu, paginya aku memeluk benda hangat, ukurannya besar, lalu benda hangat itu mengeluarkan dengkuran yang sangat berisik sekali. Adipati. Dia pasti tidur di sini. Aku berusaha melepaskan pelukanku, namun susah karena bagian tangan kananku tertindih tubuhnya. Kenapa bisa-bisanya aku memeluk pria menyebalkan ini ya? Tapi Bandung dingin sekali pagi ini. Jadinya aku malah semakin mengeratkan pelukanku sampai matahari benar-benar menyingsing.

"Komandan?" Dia sudah bangun ternyata.

"Apa?"

"Bolos kerja aja hari ini."

"Ngawur."

"Serius. Saya mau ngajak komandan ke dufan."

"Kenapa tiba-tiba?"

Preman Addict [ManXMan] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang