Lah cepet banget 200 nya padahal baru kemarin. Karena saya kaget dan belum menyiapkan ceritanya, jadi saya perlu waktu buat menulisnya.
Next 250 biar nggak terlalu cepet :p nggak nyampe segitu juga akan saya up kok lol.
Adipati POV's
Saat mataku terbuka, aku melihat Gani telanjang. Tentu saja kalimat pertama yang kulontarkan adalah kenapa dia telanjang. Namun saat aku menyadari tubuhku ikut telanjang dan pikiranku langsung menerabas menuju hari kemarin di mana aku habis mabuk berat karena sampai sekarang Anggun nggak pernah membalas pesanku, aku pun tahu, apa yang terjadi semalam pasti akan membuat Jaka Gani Firdaus membenciku. Ditambah tangannya terikat dan matanya kosong ketika memandangku. Gila, tubuhnya mulus sekali meski penuh lekukan otot. Eh? Bukan! Harusnya aku panik sekarang.
Gani memintaku supaya aku diam. Katanya dia ingin memukulku sampai puas. Kalau itu yang dia mau apa boleh buat. Lagian, itu memang salahku. Yang bisa kulakukan sekarang hanya menunduk. Nahasnya, di sana ada kontol Gani yang lemas dan cukup besar jadi aku malah semakin tidak fokus. Ini kali pertamaku melihat kontol seseorang dalam keadaan telanjang.
"Pukul saya, komandan," kataku. Betapa bagusnya kulit Gani. Coklat langsat dengan bulu-bulu sewajarnya di daerah kaki yang merambat ke paha kemudian bagian belakangnya terlihat bagus. Berbanding terbalik dengan buluku yang tumbuh seenaknya. Bahkan saat aku cukur pun dengan tidak sopannya bulu itu tumbuh beberapa minggu kemudian—aaaaarrrggghhh! Aku mengerang kesakitan! Gani benar-benar memukulku sekuat tenaga.
"Saya benci kamu, bang," katanya serak. "Saya seharusnya nggak terlalu baik sama orang. Kembalikan harga diri saya, bang."
BUGH!
Dia memukul perutku lagi. Aku nggak tahu kenapa dia nggak memukul bagian wajahku, namun yang jelas pukulannya keras sekali. "Komandan maaf. Sa-saya nggak sadarkan diri. Kalau mau balas dendam entot lagi saya aja," kataku ngawur. Mata Gani semakin tajam menghunusku.
"BANG!!!" teriaknya murka. Napasnya memburu menahan amarah. Selama semenit yang menegangkan itu, kami berdua hanya saling menatap sambil sesekali menarik napas lalu mengembuskannya. "Sudahlah. Orang sepertimu mana takut dan ngerti apa saya omongin. Saya minta kamu pergi, bang. Jangan temui saya lagi."
Gani benar. Aku harus pergi. Dia pasti syok karena anusnya berhasil aku obok-obok. Jadi perasaan nikmat semalam itu bukan berasal dari Anggun tapi dari Gani?
Aku mencari celanaku yang ternyata ada di lantai. Setelah memakainya, aku kabur karena Gani berteriak menakutkan sambil meninju dinding. Tentara ngamuk itu memang menakutkan. Aku pernah melihatnya sekali saat SMA dulu. Kejadiannya kalau nggak salah temanku nggak sengaja menabrak seorang tentara yang sedang makan bakso. Tentara itu langsung ngamuk dan membanting motor temanku sampai ringsek. Dan, Gani sama menakutkannya seperti tentara yang kutemui dulu!
Sesampainya di kosan, aku mendapatkan SMS dari Ayah—tidak, tetapi dari Baron. Dia menyuruhku pergi ke markas jam 8. Ada apa gerangan ya? Aku punya firasat buruk soal ini. Anak buahku memang disandra Baron sejak bisnis minuman kerasnya gulung tikar karena ulahku. Jadi bisa dikatakan sekarang aku seorang preman yang nggak memiliki teman atau anak buah. Baron yang merenggut semuanya. Bahkan saking kesalnya, dia beberapa kali kalap dan akan membunuhku. Dia memang gila! Emosinya mirip setan. Anak kandungnya sendiri saja dia libas, apalagi anak orang lain?
Tentu saja, sebagai seseorang yang pernah dia jebak ke kandang harimau, aku nggak mungkin menyetujui begitu saja permintaannya. Bahkan apa pun alasannya, aku sudah nggak peduli. Aku pernah melihat anak buahku nyaman-nyaman saja ada di bawah tangan Baron. Bahkan saat terakhir aku ke sana, mereka sedang main kartu remi sambil minum kopi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Addict [ManXMan] [Tamat]
RomanceKisah membosankan antara preman dan tentara.